Req {Oneshoot Urata}

231 45 3
                                    

Req by Jikoodez_
Gomen agak telat banget kuadrat updatenya.







Happy reading


Tidak ada yang tahu, bahwa si kecil atau mari kita sebut (Y/n), kesayangan mereka itu punya alergi pada hewan. Lebih tepatnya, alergi pada kucing, alergi yang rupanya turunan dari mama Mafu.

Sudah lama dia sembunyikan alerginya tersebut, sangat cukup lama. Karena buktinya keempat abang serta kedua orang tuanya gak tahu dan gak sadar. Itu karena, setiap alerginya muncul, (y/n) selalu menyembunyikannya.

Tapi... Bagaimana sekarang ?

Setelah, keluarganya gak ada dirumah kecuali dirinya dan abang Urata yang rupanya sibuk ngerjain beberapa tugas serta skripsinya. Setelah dirinya merasa aman, dan bermain dengan Iroha serta Poteto -kucing peliharaan Bunda-.

(y/n) yang begitu fokus ngelus kedua kucing tersebut, gak sadar kalau abang Urata di sampingnya sambil ngelus Yamadanuki -Tanuki peliharaan abang Urata-.

Sehingga....

"HUAACCHIIIM!"

Rie gak tahu suara bersin ke gimana//lupakan.

Suara bersin yang rupanya dari (y/n) terdengar. Membuat Urata panik, apalagi adiknya gak berhenti bersin belum lagi wajah adiknya terlihat memerah.

"Adek ?"Panggil Urata khawatir.

(Y/n) yang dengar suara khawatir abangnya itu menatap abangnya, terkejut. Ingin balas panggilan abangnya tapi dirinya keburu bersin lagi lalu jatuh pingsang.

***

(Y/n) membuka matanya dengan pelan-pelan, samar-samar dirinya mendengar suara abangnya yang seperti sedang berbincang dengan seseorang.

"Ugh..."

"Adek! Adek butuh sesuatu tidak ?"Tanya Urata, menatap adiknya dengan pandangan khawatir setelah menutup panggilan telepon dengan seseorang.

"A--air, bang."Ujar (Y/n) terbata-bata.

Urata langsung ngasih segelas air ke (y/n), yang langsung diterima dan dihabiskan sama adiknya. (y/n) kembali bersin-bersin, membuat Urata makin panik, menyuapi bubur adiknya lalu menyuruhnya minum obat.

"Makasih, bang. Maaf, adek repotin dan bikin abang panik serta khawatir."Ujar (Y/n), menunduk sedih.

"Gak papa, udah sewajarnya seorang abang khawatir sama adiknya."Ujar Urata, mengelus sayang surai sang adik.

Lama mereka diam, (y/n) terlihat gelisah. Takut abangnya nanya soal dirinya punya alergi atau tidak, tapi, melihat abangnya yang cuman duduk dan diam sambil ngelus kepalanya. Membuatnya bersyukur atau tidak ?

"Adek sejak kapan punya Alergi ? Kenapa sembunyiin cukup lama ? Kenapa gak beritahu kami ?"Tanya beruntun Urata.

"A--adek---."Mau jawab tapi udah kepotong.

"Adek tidur ya."Ujar Urata.

Beranjak dari kamar adiknya setelah melihat adiknya yang udah tidur karena efek dari obat yang dia minum.

***

Setelah beberapa jam, (y/n) bangun dari tidur dan pas bangun yang dia lihat bukan abang Urata tapi abang Sakata.

"Abang ?"Tanya (y/n).

"Iya dek, sebenarnya abang mau nanya hal yang sama ke Adek. Tapi adek kayaknya perlu selesaiin masalah adek sama abang Urata."Ujar Sakata, mencium dahi adiknya lalu membantunya berdiri.

(y/n) bersyukur, menampilkan senyuman bersalah lalu berjalan ke kamar abang Urata di bantu ama abang Sakata. Setelah sampai di depan pintu abang Urata, (y/n) yang di tinggal sendiri ama abang Sakata tampak diam.

Belum lagi ketika mendengar perkataan abangnya, dan membuat perasaan bersalah yang amat cukup banyak memasuki relung hatinya.

"Kenapa aku gak sadar selama ini ?"

"Selama ini adikku menyembunyikan penyakitnya."

"Kakak macam apa kau, Urata. Perhatian ama adik saja kau tidak bisa."

Dan berbagai macam ucapan lainnya.

Tidak bisa menahan dirinya, (y/n) membuka pintu kamar abang Urata lalu berlari dan menerjang sang kakak. Memeluknya lalu menangis dengan cukup deras, mengucapkan ribuan kata maaf.

Urata yang kaget, apalagi di peluk cukup erat sama (y/n) hanya bisa memeluk adiknya juga lalu mengelus kepalanya, menenangkan adik kecilnya yang menangis cukup deras.

"Maaf."Ujar Urata.

"Ini bukan salah abang! Tapi salah adek hiks, coba adek ceritain dan gak sembunyiin hiks... Huweeh."Ujar (y/n) dan menangis makin deras.

Urata yang dengar hanya diam, lalu membisik kata penenang di telinga kanan adiknya sambil mengelus punggung adiknya.

"Lain kali hiks adek bakalan gak kayak gini, abang Urata."Ujar (Y/n), masih tersedu-sedu.

"Iya... Udah ya ? Udah nangisnya ya ?"ujar Urata, mengelap air mata adiknya.

"Abang gak marah ?"Tanya (y/n).

"Jujur abang marah dan merasa gagal jadi seorang abang. Tapi, sekarang yang penting adik sembuh."Ujar Urata.

"Maaf abang."Ujar (y/n), meluk abangnya makin erat lalu ngedusel.

Urata hanya terkekeh lalu mengelus kepala adiknya, berjanji bakalan memperhatikan adiknya makin ketat guna tidak terjadi hal yang sama.

Ayah, bunda, serta ketiga adik Urata lainnya melihat interaksi mereka berdua di ambang pintu kamar Urata yang terbuka cukup lebar dengan padangan terharu.

TAMAT

Maaf baru up req kamu dan maaf gaje banget endingnya.

Semoga kamu suka ya.

Abang [USSS Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang