Ini semua sebab CORONA

199 30 1
                                    

Pandemi masih berlangsung, aktivitas belajar dan lainnya jadi terhambat lalu di fokuskan ke online. Sejujurnya (y/n) sangat bersyukur banget, kapan kali dapat liburan banyak ? Seolah semua tanggal di kalender itu bewarna merah semua. Seharusnya memang begitu, karena dia bisa manjaan atau main bareng sama abang-abangnya tapi mari kita ulangi, kita tekankan kata seharusnya itu.

Selama pandemi, tugas-tugas kuliah serta sekolah abang-abangnya makin banyak. Tiap hari nonstop selalu datang tak terhingga, ini para dosen ama para guru sebenarnya niatnya mau ngerusak mental kakak-kakaknya apa ? Hey! Otak juga butuh istirahat juga pak,bu. Masih untung, kalau deadlinenya gak kayak hari ini tugasnya hari ini juga di kumpul terus jawabannya serta soalnya beranak.

Dan disinilah (y/n), duduk menatap televisi dengan pipi di kembungin. Ngambek, soalnya tugas abang-abangnya itu mencuri semua perhatian abangnya.

Bunda yang di dapur cuman ketawa kecil ngelihat si bungsu yang lagi ngambet kuadrat, dia mulai sibuk lanjut masak makan malam. Ayah juga ngelihat daritadi sambil nahan senyum geli, duh lucunya anak bungsunya yang lagi merasa di duakan sama abang-abangnya.

"Abang, tuh adeknya di ajak bicara. Nanti makin ngambek dan gak mau ajak bicara ama abang loh."Ujar Bunda, pas lihat anak pertama masuk dapur dan minum air es dari gelas.

Urata yang dengar suara bunda langsung melirik adik perempuannya yang masih gembungin kedua pipinya macam bakpau, masih ngambek.

"Iya bun, ini abang baru mau dekatin."Ujar Urata, membuka kulkas terus mencari sesuatu.

"Tugasnya makin banyak ya, bang ? Udah nemu kerjaan yang pas ?"Tanya Bunda.

"Mau lanjutin bisnis ayah ?"Tawar Ayah.

"Iya bun, abang belum nemuin sih. Ini lagi nyari, dan kayaknya bisa deh ayah. Buat isiin waktu luang abang."Jawab Urata.

Habis ketemu sama sesuatu yang di cari, dia mulai ingin beranjak tapi berhenti pas lihat adiknya yang punya tahilalat dibawa matanya sebelah kanan dan kedua adiknya yang lain masuk ke dapur secara bersamaan.

"Bun, masak apa ?"Tanya Sakata.

"Masak makanan kesukaan kalian."Jawab bunda.

"Mumpung kalian semua udah ada disini, sana bujuk adik kalian tuh."Ujar Ayah.

Mereka ngelihat si adek, (y/n) tampak mengeluarkan ribuan sumpah serapah sambil meremas kuat bantal sofa sambil natap tajam televisi. Ke empatnya hanya terkekeh lalu beranjak ke ruang tamu, Urata dan Shima tampak duduk di samping kanan dan kiri adik perempuan mereka lalu kedua adik mereka yang lain -Senra dan Sakata- duduk di atas karpet.

"Udah ngambeknya dek, pipi kamu macam bakpau."Ujar Sakata, terkekeh ngelihat pipi adiknya makin digembungin.

"Apaan sih abang Sakata! Ganggu ajah!"kesal (y/n).

Melipat kedua tangannya di atas dada,lalu ngelirik mereka semua dengan datar dan tajam. (Y/n) mencoba berdiri dan ingin pindah tempat, tapi keburu di tahan sama Abang Urata dan Abang Shima yang membuatnya balik duduk.

"Mau kemana, princess ?"Tanya abang Shima.

"Mau pergi duduk di sofa tunggal."Ketus (y/n).

Senra ama Sakata saling melirik, abang dam adik itu saling lirik dan berbicara melalui mata mereka lalu tersenyum.

"Maafin abang ya dek ? Tugas abang banyak makanya jarang perhatian ama adek."Ujar Senra.

"Kalau adek gak mau maafin juga gak papa, abang mah bisa maklumin kalau adek udah gak sayang sama abang."Lanjut Sakata.

(Y/n) yang dengar maunya masih marah tapi, pas lihat wajah kedua abangnya yang menunduk sedih dan seperti udah mau cari adik baru -ini spekualisasi (Y/n) saja- langsung meluk kedua abangnya itu. Dua abang lainnya, cuman ketawa pelan pas lihat dua adik laki-laki mereka yang berhasil bikin sang adik gak ngambek lagi.

"Abang, jangan cari adek baru ya ?! Adek udah maafin nih!"Panik (Y/n).

Senra ama Sakata cuman ketawa lalu meluk adik mereka, mengelus punggung dan surai adik mereka yang terlihat mau mewek.

Urata dekat lalu nyentuh pundak adik perempuannya, dia ulurkan tangannya dan ngasih sesuatu yang dia ambil di kulkas tadi.

"Nih... Sebagai perminta maaf abang, abang Shima, abang Senra ama abang Sakata."Ujar Urata, senyum kecil.

"Di maafin! Ehehehe."Ujar (y/n), pas lihat benda itu.

Adik dan empat abang itu mulai akrab lagi, bunda ama ayah yang daritadi nyimak dan lihat di dapur cuman senyum serta ketawa kecil.

(Y/n) sendiri kini setelah selesai ngambeknya sama keempat abangnya, mereka main game di telivisi menggunakan salah satu kaset game milik ayah yang gak sengaja dia lihat. Mereka main game dengan penuh ceria dan canda tawa.





Tbc

Maaf ya, baru up wwww.

Semoga suka ya~~

Oh iya! Stay home, jaga jarak pas keluar rumah, selalu pakai masker ama handseniter(benar gak sih tulisannya XD), jaga kesehatan juga~~~

Abang [USSS Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang