URIUZI 6

3K 591 109
                                    

"Alhamdulillah, aku masih tetap juara."

"Selamat, Grizella." Uri tersenyum pada Grizella yang mendapat peringkat pertama.

Walaupun Uri belum pernah mendapat juara, tapi untungnya ia masih berada di lingkungan peringkat sepuluh besar di sekolah. Kali ini, Uri mendapat peringkat lima. Tak apa, itu artinya perjuangan nya menghafal seminggu kemarin tak sia-sia.

Mulai besok, sekolah sudah diliburkan. Namun, sepertinya Uri tak akan kemana-mana selama liburan. Apalagi nantinya ketika bulan puasa dan lebaran, palingan ia akan pulang ke rumah neneknya saja.

"Ah, selamat Griz. Lihat nilai lo bikin gue lemes. Gue boleh nggak pinjam hadiah lo buat gue bawa pulang terus tunjukkin sama Ibu gue deh. Nanti gue balikan, deh, janji," kata Queen.

Grizella hanya geleng-geleng saja. Ia menatap Queen heran. Apakah dengan ia yang meminjamkan Queen hadiah juaranya, Ibunya Queen akan percaya? Pastinya tak semudah itu.

"Emang Ibu percaya sama kamu?" tanya Grizella.

"Nggak sih. Tapi, gimana lah," ujar Queen menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. "Eh, kita liburan, yuk?! Kemana aja deh, habis lebaran," ajak Queen antusias.

"Aku pasti nggak di bolehin Ayah," jawab Grizella lesu. Grizella tahu betul, kedua orang tuanya tak akan membiarkannya pergi begitu saja karena ia begitu dijaga ketat oleh kedua orang tuanya.

"Gue sih bisa aja. Tapi, malas," jawab Uri.

"Yah, padahal gue sama Lemuel mau liburan sama-sama. Teman-temannya Lemuel juga ikut kok."

Uri hanya diam. Itu artinya di sana juga ada Uzi? Uri juga belum terlalu dekat dengan teman-teman Lemuel. Tak ingin berlama-lama lagi, Uri pamit pada Grizella dan Queen untuk pulang duluan.

Sesampainya di parkiran, Uri memasuki mobilnya dan menaikinya. Setelah ini, ia harus menjemput Ully di sekolahnya. Saat hendak melajukan mobilnya meninggalkan sekolah, Uri dikagetkan dengan Uzi yang tiba-tiba mengetuk pintu kaca mobilnya.

"Bantuin gue."

Tangan Uri gemetar. Ia melihat darah pada seragam Uzi. Sudut bibir dan pipinya juga tampak berdarah. Buru-buru Uri membuka kaca mobilnya setengah.

"Kenapa?" tanya Uri, yang sekarang sudah biasa saja.

"Tolong dia."

"Dia siapa?" tanya Uri tak mengerti.

"Garuda, cepetan!" sentak Uzi tak sabar a lalu cowok itu masuk ke kursi penumpang bagian depan mobil Uri.

"Sana." Uzi mengerahkan tangannya menuju jalan tempat Garuda darurat. Sesekali ia meringis sakit saat tangannya mengelap darah yang keluar dari pipinya dengan tissue.

"Ngapain sih?" tanya Uri heran.

Uzi tak menjawab, cowok itu langsung keluar begitu saja. Beberapa menit kemudian, Uri baru sadar kalau ternyata mereka sehabis tawuran. Garuda memasuki mobil Uri dengan wajah yang menahan sakit. Menatap Uzi sekilas, cowok itu menyuruh Uri untuk melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.

"Ngapain sih?!" tanya Uri kesal. Ia baru teringat kalau ia harus menjemput Ully segera.

"Rumah sakit," jawab Uzi.

"Cieee, kalian kenal sejak kapan?" Daffin, cowok itu tengah duduk memangku kepala Garuda.

"Apa sih," kesal Uri menggerutu.

"Ini hot nih. Gue harus kasih tau sama yang lain. Ah, gue foto kalian dulu, ya, nih satu... dua... tiga."

"Mau lo pada apaan sih? Udah baik gue nolongin dia, lo juga ngapain foto-foto gue sama dia segala?" sentak Uri marah.

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang