Sebelum baca, vote dulu, yuk.
Kangen ga nih?😆
Luvvv dulu❤
Selamat membaca
***
Uzi membaca surat undangan sekolah dengan seksama. Tim basketnya ditantang untuk melawan SMA sebelah tempat Renata bersekolah. Ia menatap guru olahraga dengan datar. Mengapa mendadak sekali? Dan mengapa juga ia yang harus diberi tahu sedangkan ketuanya adalah Garuda? Menyebalkan sekali.
"Garuda aja." Uzi memberikan kertas itu sopan pada pak Beni selaku guru olahraga.
"Kamu sajalah. Garuda itu tak bisa diandalkan. Lihat saja, sudah saya suruh kesini malah bolos." Pak Beni berdecak kesal.
"Nanti kasih tau Garuda."
"Kamu saja."
"Saya bukan ketua basket."
"Tapi saya suka skill kamu."
"Saya gak suka."
Uzi beranjak berdiri dari duduknya. Begitu juga dengan pak Beni yang tampak menghembuskan nafas kasar. "Oke, biar tim Agler saja yang saya utus?" Pak Beni meminta pendapat.
"Terserah."
"Astagfirullah, saya menyerah mendidik kalian. Percuma kalian latihan kalau akhirnya saat bertanding seperti ini pada tolak-menolak seperti cinta saya yang selalu ditolak." Pak Beni mengelus dadanya. Pria itu mengambil kembali kertas yang berisi surat undangan untuk dimasukkan kembali ke dalam amplop dan memberikannya pada Uzi. "Kalian diskusikan bersama Garuda dan juga Agler. Ini tuh penting! Jangan anggap remeh," ucap pak Beni memberikan paksa amplop pada Uzi yang tak ingin menerima.
Dengan kesal, Uzi mengambil kertas itu lalu memasukkannya kedalam saku celana. Cowok itu melangkahkan kakinya menuju rooftop mencari Garuda dan yang lainnya. Saat hendak menaiki tangga rooftop, Uzi melihat Uri yang sedang latihan silat sendirian dengan berbekal video di HPnya dibelakang gedung sekolah.
Tersenyum simpul. Ternyata, Uri mengerjakan apa yang ia suruh tadi malam. Tadi malam, ia mengirim video pada Uri untuk di praktekan di rumah untuk bekal dasar latihan hari ini dari bang Arif.
Langkah kaki Uzi mendekat kearah Uri yang sedang menarik baju olahraga nya kebawah. Sampai, pelan-pelan, Uzi memegang pundaknya membuat gadis itu tersentak kaget karenanya.
"Ngapain lo?!" sewot Uri memutar bola matanya.
"Udah bisa?" tanya Uzi.
Uri mengangguk singkat. "Udah dong. Apa yang gue gak bisa coba?" ujar Uri. Bukan sombong nih, ya.
"Tadi olahraga apa?" Uzi bertanya mengisi keadaan yang hening.
"Kepo," ucap Uri terkekeh.
"Basket udah?"
Uri mengangguk semangat. "Udah dong. Emang kelas kalian yang lama sampai materi basket."
"Sekolah kita dapat undangan tanding basket sama sekolah tetangga."
Uri menatap Uzi dalam. Demi apapun ia sangat senang akan hal ini. Dari dulu, ia sangat ingin menjadi bagian dari tim basket SMA nya. Masalah skill, jangan ditanya lagi. Uri sudah mendalami semuanya. Tapi, sayang, di sekolah ini cewek tak diperbolehkan untuk masuk tim basket cowok. Bahkan, disini tak ada tim basket cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
UriUzi [ END ]
Teen FictionSpin off Garuda *** Auristela Keisya, cewek tomboi yang nggak suka basa-basi. Iya, ya, iya. Nggak, ya, nggak. Uri panggilannya, semua olahraga ia lakukan, bahkan mengunjungi semua tempat latihan khusus olahraga yang tempatnya terkadang hanya diisi...