UriUzi 40

3.2K 621 920
                                    

Halo...

SEBELUM BACA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW YE, BREH😉

SELAMAT MEMBACA, BREH🖤

***

Uri menyibak jendela kamarnya. Matahari telah terbit, sinarnya pun perlahan memasuki kamarnya. Hari ini hari minggu, namun tak ada artinya bagi Uri lagi. Kegiatan yang semula menjadi rutinitas, sudah hilang sekarang.

Yang biasanya olahraga, sekarang jadi rebahan di rumah. Dua minggu lagi ujian sekolah dimulai. Uri sama sekali belum melakukan persiapan. Hanya ada Uzi yang ada di pikirannya.

Sudah satu bulan lebih Uzi tanpa kabar. Di telepon tak pernah diangkat, di kirim pesan tak pernah dibalas. Tak ada juga kejelasan untuk hubungan mereka. Uri merasa, Uzi semakin jauh dari jangkauannya.

Uri sudah mengambil keputusan. Putus.  Mungkin itulah yang terbaik untuk mereka. Uri bisa bebas ngapain aja, Uzi juga bebas bersama siapa pun. Mungkin, mereka bukan ditakdirkan untuk bersama. Mereka terlalu cuek dengan hubungan. Tak tahu definisi berjuang yang benar untuk hubungan.

Bukannya apa-apa. Uri hanya ingin fokus ujian dua minggu lagi. Tak ingin menunggu kabar dari siapapun. Tak ada yang istimewa dari hubungan ini.

"Sebenernya nggak rela putus. Baru aja bahagia sama dia. Eh, dia nya malah pergi sama orang." Uri duduk di balkon kamarnya.

Uri mengeluarkan HP nya dari dalam saku. Biarlah semuanya menjadi kenangan. Untung semua orang belum tahu, andai saja tahu bisa malu Uri dikata tak becus menjalani hubungan.

Jari-jarinya bergerak cepat menuliskan rangkaian kata yang bisa dijadikan acuan untuk kejelasan hubungannya dengan Uzi. Uzi baik, walaupun cuek. Sama seperti dirinya.

Auristela Keysa:
Gimana kabar? Baik? Gue harap baik, ya.
Gimana sama hubungan kita?
Lo nggak pernah kasih kabar ke gue.
Gue nggak suka.

Auristela Keysa:
Uzi, maaf.
Gue belum jadi pacar yang baik untuk lo.
Gue mau kita putus, supaya kita juga bisa bebas. Lo sama Renata, gue juga bisa lakuin kegiatan gue kayak biasa. Maaf. Maafin gue. Gue kangen lo. Dan terimakasih udah jadi orang baik beberapa bulan ini.

Uri memblokir nomor Uzi langsung. Dua nomor Uzi dan seluruh sosial media nya. Uri harap, Uzi membacanya. Ia juga punya perasaan, dilakukan seperti ini rasanya tak enak. Sakit.

Setiap bicara tentang Uzi, air matanya selalu keluar. Uri akui, ia lemah jika tentang cinta. Ia juga tak bisa berlaku romantis seperti cewek-cewek di luaran sana pada pasangannya.

Uri tak bisa seperti itu. Uri tetaplah Uri. Tak bisa menjadi romantis secara tiba-tiba, tak bisa menjadi cewek manja dan lemah seketika. Manja, Ully saja yang manja padanya ia marah.

Panas pagi menembus kulit Uri. Ia berdiri lalu menutup pintu balkon. Hanya karena Uzi, ia galau. Jarang makan, jarang keluar rumah, malas olahraga. Setiap olahraga, hanya ada bayangan Uzi yang tertawa. Uri benci itu semua.

***

"Uzi. Terimakasih banyak sudah menemani kami disini."

"Gak pa-pa, Tante." Uzi berhembus nafas pelan. "Tante, saya pamit, ya." Uzi menyalami Yena dengan sopan.

"Kamu hati-hati, Uzi. Maaf, handphone kamu rusak gara-gara aku," kata Renata penuh penyesalan.

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang