URIUZI 7

3K 588 107
                                    

Uri menatap Daffin kesal. Sedari tadi, cowok itu hanya memvidiokan dirinya dan Uzi ketika menyapu. Daffin pun sama sekali tak ada membantu mereka sama sekali. Padahal, halaman yang akan mereka sapu masih banyak.

"Halo, Gardha, Zay. Kalian harus lihat nih, kalau Eneng Uri sama Akang Uzi ada apa-apa nih. Toh, lihat. Gue di kacangin mulu. Andai kalian ada disini. Pasti lebih seru deh." Daffin berseru senang ketika ia memvidiokan Uri dan Uzi yang akan ia kirim nanti pada Gardha. Lumayan, dapat deh mainan baru untuk goda Uzi yang selalu diam-diam baek!

"Heh, mending lo bersihin ini deh," kata Uri kesal.

"Tenang Eneng. Kita itu harus damai untuk menuju kemenangan. Eh, kok gue ngerasa kurang srek, ya, kerjaan kita. Ini mah kecil, lebih susah dapatin si Dia daripada ini," ujar Daffin, tapi tak kunjung mengambil sapu juga.

Uzi melemparkan sapu lidi yang ada ditangannya pada Daffin. Ia sudah lelah menyapu, Uri memang ikut andil tetapi membantunya, tapi tak sebanyak ia yang sudah capek membantu. Bahkan keringatnya sudah bercucuran.

"Sapu," kata Uzi dingin.

Daffin menghembuskan nafas gusar. Ia menatap Uzi dengan kesal. Tak urung, ia juga menyapu halaman seraya menggerutu pelan. Daffin menyapu sambil bernyanyi.

"Eneng Uri kok bisa kenal Akang Uzi?" tanya Daffin berhenti sejenak menyapu untuk memperbaiki pinggangnya yang terasa sakit.

Uri tak menjawab. Dia hanya fokus menyapu kembali. Jangankan menjawab, melirik saja tidak. Beralih pada Uzi, cowok itu sudah duduk manis dengan handphone ditangannya.

"Akang, kapan Tante Sopi lahiran? Nggak sabar deh gue lihat Akang Uzi punya adik. Pasti gemoy."

Tak ada jawaban.

Daffin melempar sapunya asal. Mulutnya selalu ingin berbicara, tapi kenapa tak ada menjawab? Daffin menggelengkan kepalanya. Kenapa ia harus berada diantara Uri dan Uzi? Jika boleh memilih antara Uzi dan Garuda, Daffin lebih memilih bersama Garuda. Bersama Garuda, tak akan di kacangin seperti ini.

Kembali lagi, Daffin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan. Ia ingin pergi dari sini dan bertemu dengan Gardha dan Zayyan. Lama-lama bersama Uzi akan membuatnya gila. Apalagi, sudah ditambah dengan Uri sekarang.

"Assalamualaikum," salam Daffin. Apalah dengan salam keduanya menjawab? pikir Daffin mencoba.

"Ngapain ucap salam?" tanya Uzi, mengernyit dahi bingung.

"Sinting," gumam Uri melanjutkan menyapu.

"Alhamdulillah, akhirnya. Kalian ngomong juga." Daffin mengelus dada syukur.

Akhirnya, setelah sepuluh menit menggerutu Daffin selesai di wilayah pekerjaannya. Tanpa sepatah kata, Daffin pergi begitu saja meninggalkan Uri dan Uzi yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Daffin?" Uzi menatap heran ke sekelilingnya. Kemana Daffin?

"Pergi," jawab Uri sekenanya.

"Kapan?"

"Barusan."

"Kerjaannya udah selesai?" Uri mengangguk sebagai jawaban.

"Lo udah selesai?" tanya Uzi. Cowok itu beranjak berdiri lalu mengambil kembali sapu lidi. "Pergi sana."

"Belum."

"Biar gue yang selesain," ujar Uzi.

"Nggak."

Uzi mengangkat bahunya acuh. Sudah baik ia menawarkan Uri untuk pergi dan ia yang menyapu ini semua. Namun, gadis itu malah menolak. Ya udah, kalau begini akan cepat selesai.

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang