URIUZI 24

3.1K 592 574
                                    

Hai...

Thank you udah tembus, ya❤

***

"Uziinying kemana sih? Nggak tau apa jantung gue degdegan?" ujar Gardha kesal.

"Tuh anak ga ada akhlak banget. Udah tau kita gak pernah latihan buat pertandingan, tapi malah ga datang. Detik-detik kekalahan dimulai," ujar Daffin kesal.

Sudah setengah jam mereka menunggu Uzi datang. Tapi, belum juga ada tanda-tanda kedatangan dari cowok itu. Dari pagi, Uzi belum datang ke sekolah sampai saat ini. Di SMA Pandawa sekolah Renata, Uzi belum juga datang.

Ratusan pesan telah Garuda lakukan untuk mengetahui keberadaan Uzi. Ratusan panggilan pun telah dilakukan menanyakan keberadaan cowok itu yang sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangannya disini.

"Lima menit lagi kalau sampai Uzi gak datang. Gue nggak ikut main," ujar Garuda yakin.

"Lah, terus gimana dong? Mau malu-maluin sekolah?!" Lemuel berdecak kesal.

"Terserah, deh. Itu hak gue," ujar Garuda.

"Heh, BuDin. Lo lihat Uzi nggak?"

Semua mata tertuju pada orang yang disebut "BuDin" oleh Gardika barusan. Di sana, ada Uri yang berdiri kaku menatap mereka.

"Apaan sih lo?!" Uri salah tingkah. "Mana tau gue dimana dia," kata Uri.

"Ya, kali. Eh, ada Luisa. Apa kabar? Garuda ada nih. Tuh dia."

Luisa, sepupu Uri, menatap Zayyan malu-malu. Ya, tujuannya datang hanya menyemangati Garuda kesini. Menjadi pacar Garuda adalah sebuah kebanggaan untuk Luisa. Walau Uri sudah melarangnya untuk berdekatan dengan Garuda, tetap saja, Luisa tak mau mendengarkannya.

"Garuda udah sama Grizella. Udah lo jangan ganggu mereka, deh," sentak Uri memperhatikan Garuda dan Grizella yang tengah duduk dibangku penonton.

"Lo kok jahat banget sih sama gue?! Gue sepupu lo, Uri. Dia? Cuma teman lo doang," ujar Luisa.

"Bukan jahat. Kalau Garuda benar sayang sama lo, dia nggak bakal tinggalin lo lah," kata Uri santai.

Tiba-tiba, riuh suara pekikan  dari siswi pun mulai terdengar. Lima menit lagi pertandingan basket akan dimulai. Zayyan panik, dia yang sedari dari sibuk minum Boba pun turut prihatin dengan keadaan sekarang.

"Gue nggak ikut, deh. Perut gue mual, pengen hamil."

"Sinting," tukas Lemuel. "Bukan waktu becanda, Yan. Makanya jangan banyakin minum. Kembung, kan." 

Zayyan menggembungkan pipinya sebal.

"Emang Uzi kemana?" tanya Uri menaikkan sebelah alisnya bertanya.

"Si Renata kemana, ya? Dia kan serumah sama Uzi. Gak mungkin ga tau dong dimana Uzi," kata Gardha.

"Gue ke toilet dulu, ya," pamit Uri meleaps tangan Luisa yang memeluk lengannya.

Setibanya di toilet, Uri mengeluarkan HPnya dari dalam saku rok. Ia menatap nomor Uzi gugup. Telepon, tidak, telepon, tidak. Uri menggigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali menelepon Uzi dan memberikan kabar bahwa pertandingan akan dimulai. Tapi, ia juga gengsi menghubungi duluan.

"Gak pa-pa, demi kepentingan sekolah," gumam Uri memencet nomor Uzi untuk di telepon.

"Halo?"

"Halo? Ini siapa?"

Mata Uri terbelalak kaget. Demi apapun?! Uzi tak menyimpan nomornya selama ini? Jadi, dia saja yang menyimpan nomor Uzi selama ini? Fiks, keterlaluan. Ternyata, Uri saja yang ke geeran selama ini. Huft. Pantas saja, Uri tak pernah melihat SW Uzi.

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang