4. Bertemu Antagonis

58.8K 8.4K 73
                                    

selamat membaca~
______________________

Kesadaranku kembali saat gadis di depanku kembali bersuara disertai geraman.

"Beraninya kau tak menundukkan kepalamu"

"Hah?"

"Argh menyebalkan! Kau tahu tidak aku ini siapa?" kesalnya menunjuk-nunjuk wajahku.

Dia kenapa sih? Aku yang diejek kenapa dia yang marah-marah?

"Manusia" jawabku malas.

"KAU!!!!" teriaknya geram. Tangannya terkepal kuat. Cantik - cantik pemarah, sayang sekali.

"Sial! Kupukul baru tau rasa kau"

"Pukul saja" tantangku. Aku memajukan pipiku dengan tatapan mengejek.

"Cih, andai aku tidak teringat dengan janji ayahku mungkin aku sudah memukulmu dari awal"

"Nona, sudah hentikan pertengkaran kecil ini. Ayo kita lanjutkan perjalanan mencari toko kue"

Aku menatap seseorang yang berbicara di belakang perempuan menyebalkan itu.

ASTAGA!

SEJAK KAPAN DIBELAKANGNYA ADA PENGAWAL??? Kok aku tidak sadar. Bisa dibilang pakaian yang dikenakan gadis itu hanya jubah hitam biasa dan tak ada aksesoris yang menunjukkan bahwa dia bangsawan.

Mataku menatap horor, sedangkan dia menyunggingkan senyum miring.

"Kenapa? Baru sadar ya" sindirnya.

"Kau siapa?"

Perempuan itu menatapku remeh.

"Shofia De Rhodes. Putri dari seorang Duke. Dan kau! Kau hanya rakyat jelata yang berani-beraninya membuatku kesal"

Kok aku sakit hati ya. Rakyat jelata. Bukankah kata itu terlalu merendahkan?

"Yang Terhormat Nona Shofia, maafkan atas ketidaksopanan saya tadi" ucapku sedikit membungkuk.

Shofia membuang muka. "Cih, aku tak akan memaafkanmu semudah itu"

Bakal nambah panjang nih. Baiklah mari akhiri percakapan ini secepatnya.

"Nona, bisakah saya menitip sesuatu untuk disampaikan ke ayah nona?"

"Memangnya kau orang penting sampai aku harus melakukan itu?"

"Terserah Nona akan menyampaikan atau tidak. Tapi jika Nona menyampaikan, saya akan merasa senang. Tolong sampaikan ke Duke Rhodes untuk memberikan pelajaran etika ke putrinya yang bernama Nona Shofia De Rhodes. Karena jujur dia sangat buruk dalam beretika"

Wajah Shofia berubah pias juga memerah. Tangannya mengepal sampai bergetar. Dua pengawal dibelakangnya menatapku tak kalah terkejut.

"Oh iya Nona, kau tadi menyebutku dengan kata rakyat jelata kan? Bukankah itu terlalu merendahkan? Aku pikir Nona harus meminta maaf padaku"

"Ti.dak.su.di!"

"Sayang sekali. Padahal nona merupakan anak dari seorang Duke yang dihormati semua orang, tapi perilaku Nona secara tidak langsung mencoreng nama baik keluarga Nona. Lihatlah sekeliling. Semua pengunjung pasar menatap kita berdua. Aku harap mereka semua tidak tersinggung ketika mendengar kata rakyat jelata dari Nona tadi"

Mampus.

Dia tak bisa berkata-kata. Tatapannya yang tajam semakin menajam. Jika diumpamakan tatapannya itu pisau, kepalaku pasti sudah tertusuk sampai tembus ke belakang.

Oh iya benar dugaanku. Perempuan didepanku ini adalah sang antagonis novel. Kasihan sekali, hidupnya hanya sampai 5 tahun ke depan. Karena dia dipenggal diumur 19 tahun.

Sangat disayangkan. Tapi aku tidak peduli.

"Nona tidak mau meminta maaf? Yasudah. Saya harap kita tak bertemu lagi. Saya juga akan melupakan kejadian ini, kuharap Nona juga begitu"

Setelah itu aku berlari meninggalkan pasar dengan kecepatan kilat.

👑👑👑

Sudah 1 bulan aku hidup di dunia ini.

Keseharianku hanya membantu ibu Sean berjualan di pasar, makan, tidur, dan menanam bibit sayur di kebun. Sudah hanya itu.

Awalnya memang menyenangkan, tapi lama-lama bosan juga. Kutatap punggung Sean yang membelakangiku. Lelaki itu sibuk menanam bunga matahari. Padahal setahuku dia tak menyukai bunga.

Ingatanku melayang ke kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat aku bertemu Shofia di pasar. Semoga saja pertemuanku dengannya tak mengubah alur.

"REI!"

Aku tersentak. "Kenapa teriak-teriak?"

"Kemarilah, lebih baik kau membantuku"

Meskipun kesal, aku tetap menghampirinya. "Sudah kubilang berhenti memanggilku Rei, itu terdengar seperti panggilan laki-laki"

"Terserah aku"

Aku mendelik. Tanganku mengambil satu pot dan memasukkan tanah yang sudah dicampur pupuk.

"Sean"

"Hm"

"Sean"

"Apa?"

"Apa yang terjadi kalau anggota keluarga kerajaan ada yang cacat?"

Entahlah aku hanya kepikiran dengan tokoh utama wanita. Dia putri dari raja yang hebat, tak ada orang yang tak mengenalnya. Bagaimana reaksi orang-orang ketika putri raja menjadi cacat? Apalagi orang itu akan bersanding dengan penerus kaisar.

Meskipun dinovel dijelaskan orang-orang tak setuju, tetapi tokoh utama pria tetap dengan pendiriannya.

Sean menghentikan kegiatannya. Dia menatapku aneh. "Kau gila sampai berpikir seperti itu? Seperti tak ada hal lain saja untuk dipikirkan"

"Hanya seandainya Sean, siapa tahu dimasa depan ada kejadian seperti itu"

"Imajinasimu terlalu jauh"

"Cepat jawab, aku penasaran. Kira-kira bagaimana anak itu akan berakhir?"

"Tentu saja diasingkan. Memiliki anggota keluarga yang cacat dianggap sebagai aib oleh kerajaan."

"Kejam ya"

Kalau memang benar apa kata Sean, itu berarti sang Tuan Putri nanti berakhir diasingkan oleh keluarganya? Kenapa hal ini tidak tertulis di novel?





tbc

terima kasih sudah membaca ❤️

Terjebak Peran FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang