12. Masuk Akademi

39.5K 6.5K 69
                                    

selamat membaca
___________________________

Satu bulan kemudian...

"Jangan melupakanku ya" ucapku menatap sedih Sean yang sedang memasukkan barang-barangnya ke kereta kuda yang menjemputnya.

Sean menghampiriku. "Jangan pernah berpikir seperti itu, karena itu tidak akan terjadi"

"Haha benarkah?"

"Tentu, kalau begitu aku akan sering mengirimimu surat"

"Tidak usah, kau fokus saja belajar. Aku yang akan mengirimimu surat nanti, dan kau tak perlu membalasnya. Tapi harus dibaca ya"

"Baiklah jika itu maumu, kabari aku juga saat kau mulai masuk ke akademi itu"

Ngomong-ngomong Sean sudah tahu bahwa aku akan masuk ke akademi bangsawan. Awalnya dia tidak setuju, tapi setelah aku mengatakan aku diberi kepercayaan Duke untuk menjaga Shofia dia tidak bisa mencegahku lagi.

Entah kenapa yang berhubungan dengan keluarga Shofia, Sean selalu terlihat kesal.

"Aku pasti akan langsung mengabarimu!!" ucapku tersenyum lebar.

Sean terdiam. Dia terus menatapku beberapa saat dengan tatapan ... hangatnya(?)

"Rei"

"Apa?"

"Bisakah kau memelukku?"

Hah? Serius Sean bilang begitu? Ini aku gak halu kan? Dia kan paling sensitif jika tubuhnya dipegang.

"Peluk?"

"Kau tidak mau ya?" lirihnya dengan wajah murung.

Tidak bisa dibiarkan. Selain tidak bisa melihat orang tampan memohon, ternyata aku juga tidak bisa melihat orang tampan sedih. Dengan sangat kaku, aku maju dan memeluknya.

Sean langsung membalas pelukanku.

"Jaga dirimu, Sean"

"Hm"

"Kita tidak akan bertemu untuk waktu yang lama"

"Aku tahu"

"Belajarlah sungguh-sungguh disana"

"Kau juga"

👑👑👑

Bulan ini Sean berangkat ke akademi, maka bulan ini juga akademi bangsawan membuka pendaftaran siswa baru. Dan hari ini pendaftaran sudah mulai dibuka.

Shofia yang mendengar kabar itu langsung semangat. Pagi-pagi tadi dia datang dan mengajakku ke kediamannya.

Awalnya kutolak karena harus membantu ibu Sean berjualan, tapi setelah ibu Sean memaksaku pergi aku tak bisa menolak lagi. Dan di dalam kereta kuda ini, Shofia terus nyerocos.

"Wah aku benar-benar tak menyangka harapanku masuk akademi bisa terkabul. Ini seperti mimpi"

Shofia menatapku. "Ternyata tak sia-sia aku bertemu denganmu. Kau memang takdirku"

Aku menatapnya horor. "Kata-katamu ambigu"

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan bodoh! Suatu saat kau akan tahu maksudku"

Aku mengedikkan bahu tak peduli. "Oh iya, ngomong-ngomong akademi itu tidak melakukan ujian masuk?"

"Buat apa memangnya? Kau bangsawan saja sudah langsung diterima"

Terjebak Peran FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang