8. Bukan Keluarga, katanya.

47K 7.5K 188
                                    

selamat membaca
____________________________


Saat ini, kita menuju perjalanan untuk pulang.

"Sean, apa kau pernah melihat wajah Putra mahkota?"

"Tidak"

"Kalau Kaisar?"

"Tidak"

Hening.

Aku berpikir keras mencari topik pembicaraan agar suasana tak canggung. Ketahuilah bahwa mencari topik pembicaraan itu susah.

brak!

Demi apapun jantungku hendak lompat dari tempatnya!

Bayangkan saja, duduk diboncengan sepeda dengan posisi menyamping tanpa ada pegangan. Tiba-tiba sepedanya menabrak sesuatu sampai oleng.

"Maaf, tadi ada batu"

Tanpa babibu aku langsung melingkarkan tanganku ke pinggang Sean. Sekalian modus. Karena momen seperti ini itu langka jadi jangan disia-siakan.

Sean bergerak kesana-kemari. "Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!"

"Tak mau, kau tak tau kan tadi aku hampir terjungkal ke belakang?"

"Sekarang jalannya halus, jadi tak akan ada yang seperti itu. Lepaskan"

Perkataannya tak kugubris. "Sean, tipemu idealmu seperti apa?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, cepat lepaskan ini. Aku jadi tak bisa fokus"

"Kan tinggal diabaikan"

"Lepas atau kau kuturunkan disini?"

Dengan gondok aku menarik tanganku. "Ngomong-ngomong jawab pertanyaanku tadi, tipe idealmu seperti apa?"

"Kau kehabisan topik sampai menanyakan hal itu?"

Itu tahu. "Anggap saja begitu, cepat jawab"

"Aku tak punya tipe ideal"

"Hah? Kok bisa? Kau tak suka wanita cantik?"

"Ini bukan tentang cantik atau tidaknya. Jika menyukai seseorang hanya karena dia memenuhi standar yang kita inginkan, bukankah itu nantinya tak akan bertahan lama? Bagaimana jika satu per satu standar itu hilang?"

Benar juga ya. Aku yang memiliki banyak tipe idaman langsung tersindir.

"Intinya cinta itu tanpa alasan. Yang namanya mencintai itu, tak ada kata tipe ideal diantara mereka. Mengerti?"

"Aku paham, terima kasih Sean! Aku dapat ilmu baru" pekikku dan langsung memeluknya.

Sebelum dia protes, sudah kukatakan lebih dulu. "Jalanan di depan sana terjal. Bagaimana kalau aku jatuh? Janji jika jalannya halus lagi, pelukannya kulepas"

Terdengar helaan nafas dari Sean. Bisa kurasakan tubuhnya menjadi sangat kaku.

"Sean, kau berolahraga ya?"

"Tidak"

"Bohong! Untuk umur 14 tahun, tubuhmu terlalu keras"

Brakkk!!

Sepeda terjatuh dengan posisiku yang menggenaskan. Lagian juga kenapa tiba-tiba jatuh sih? Perasaan belum memasuki jalanan terjal.

Dengan cepat aku langsung bangun. Kuedarkan pandanganku ke sekitar. Bersyukur tak ada banyak orang. Hanya ada beberapa dan mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Terjebak Peran FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang