11. Keputusan

39.7K 6.8K 23
                                    

selamat membaca
__________________________


Setelah memikirkan perihal penjaga itu selama semalaman. Akhirnya aku membuat keputusan.

Aku menerima tawaran Shofia.

Ketahuilah aku membuat keputusan itu karena terpaksa. Ingat ya, terpaksa! Kemarin malam untuk yang kedua kalinya Sean memohon padaku untuk membujuk Shofia pergi dari rumahnya.

Dia benar-benar tidak mau keluarganya berurusan dengan Duke nantinya. Awalnya aku pusing memikirkan bagaimana caranya Shofia pergi tanpa aku yang mengiyakan tawarannya.

Ternyata tidak ada. Aku sudah pernah berpikir untuk memanggil prajurit kediamannya kesini untuk membawanya pergi. Tapi setelah dipikir-pikir, hal itu akan melibatkan keluarga Sean.

Prajurit itu pasti akan mengadukan ke Duke bahwa putrinya ditemukan dikeluarga ini.

Ya intinya aku mengiyakan tawaran itu karena Sean. Hitung-hitung balas budi karena kebaikan keluarganya selama ini. Sean, kau harus tahu pengorbananku!

Dengan bermodalkan alasan ingin jalan-jalan, kita berdua berhasil pergi dari rumah Sean. Tujuan kita sebenarnya itu ke kediaman Shofia.

Perjalanan kita kesana menggunakan sepeda milik Sean. Tentunya diawali dengan perdebatan.

Shofia tidak mau naik sepeda, maunya naik kereta kuda. Padahal tarif naik kereta kuda itu cukup mahal, apalagi dia tidak bawa uang. Memang banyak mau orangnya. Padahal tinggal duduk aja.

Akhirnya setelah mengeluarkan segala ancaman, dia menurut.

"Shofia, ini belok kanan atau kiri?"

"Ck bisakah kau jangan menyebut namaku keras-keras?!?! Nanti orang-orang mengetahuiku!" kesalnya sambil membenarkan selendang yang menutupi wajahnya.

"Iya-iya, ini kita belok mana?"

"Kiri ikuti jalan. Jika kau melihat pagar yang menjulang tinggi dan rumah mewah, berhenti saja. Itu kediamanku"

Sesuai perkataan tuan putri, aku menghentikan kayuhanku di depan rumah mewah dan besar. Ini bukan rumah lagi, tapi mansion!

"Ini kediamanmu?"

"Iya. Kenapa? Belum pernah lihat rumah sebesar ini ya" katanya sombong.

"Biasa saja"

"Ayo masuk" ajaknya menggandengku.

Baru beberapa langkah, kita berdua langsung dihentikan oleh dua penjaga depan rumah. Mereka menyilangkan senjata runcing panjang di hadapanku juga Shofia.

"Siapa kalian? Ada keperluan apa kesini?"

Shofia melepas selendang yang melilit wajahnya. Sontak raut kedua penjaga itu terkejut.

"NONA?!"

"Diam kalian! Biarkan aku dan temanku masuk"

Kedua penjaga itu tak bisa berkata-kata lagi. Mereka membiarkan kita masuk rumah besar itu.

👑👑👑

Bayangkan saat ini kalian sedang duduk berhadapan dengan bupati di kota kalian. Canggung tidak tuh.

Ini yang aku rasain sekarang. Duduk bersama orang yang notabenenya orang penting di wilayah ini.

Terjebak Peran FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang