selamat membaca~
____________________________Satu Minggu setelahnya, Leonard kembali lagi ke akademi. Tentunya bersama orang yang selalu bersamanya, Dexter.
Kedua orang itu disuguhi fakta mengejutkan, yaitu Lia keluar dari akademi. Sebenarnya Leonard tak terlalu terkejut karena dia sudah menduganya dulu. Hanya saja dia tak menyangka bahwa dugaannya menjadi kenyataan.
Pantas saja selama berperang hatinya tidak tenang. Saat itu rasanya dia ingin perangnya cepat selesai. Ngomong-ngomong perang dimenangkan oleh pasukannya dan laut utara resmi jadi wilayah kekuasaan ayahnya. Padahal dari dulu memang wilayahnya.
"Leo, apa yang akan kau lakukan saat tahu dia pergi?" tanya Dexter sambil membalut luka gores dilengan tangannya. Padahal kemarin sudah kering, tapi tiba-tiba lukanya membuka.
"Kau masih bertanya?"
Dexter menghela nafas. "Benar dugaanku, pasti kau akan mencarinya. Tapi bagaimana? Dia kan menghilang begitu saja. Bahkan tanpa berpamitan ke teman-temannya"
Leonard memijat pelipisnya. "Aku belum kepikiran bagaimana mencarinya. Yang pasti aku akan menemukannya"
"Kau sesuka itu ya padanya?"
"Apa tidak terlihat dari yang kulakukan selama ini?"
Dexter menghela nafas. Bocah di depannya ini kebiasaan sekali menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Setahuku Lia bukan bangsawan kan? Pasti dia bersekolah disini karena bantuan dari seseorang. Kurasa orang itu mungkin tahu keberadaannya saat ini"
"Duke yang memasukkannya kesini dengan imbalan dia harus mengawal putrinya. Berlebihan sekali"
Dexter terkejut. "Kau mencari tahu tentangnya sampai sejauh itu?!"
"Kenapa? Bagiku itu biasa saja"
Dexter menggeleng tak habis pikir. Lama-lama temannya ini menyeramkan juga.
Sejujurnya, Dexter tak terlalu mendukung hubungan keduanya. Ya karena Dexter sadar hubungan itu merugikan satu pihak. Sekeras apapun Leonard berusaha, pada akhirnya mereka tak bisa bersama karena saking banyaknya halangan.
Dan temannya yang bodoh ini tak memikirkan ke depannya. Sebenarnya Leonard itu sadar tidak sih bahwa dia calon kaisar di masa depan? Sudah pasti banyak yang menentang hubungan keduanya. Apalagi Lia bukan golongan bangsawan yang Dexter yakin hal itu pasti akan membuat semuanya tambah rumit.
Menurut Dexter sih lebih baik Lia bersama orang yang biasa-biasa saja. Mungkin seperti dirinya?
Ya meskipun dirinya anak perdana menteri, tapi kan keluarganya tak terlalu disorot media. Dan urusan pribadi keluarganya juga tak mungkin dipermasalahkan oleh orang-orang karena tak berpengaruh pada Kekaisaran Valharn.
👑👑👑
(Lia pov)
Katanya, mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Nah aku yakin 100% bahwa keputusanku menghilang dihadapan mereka itu sudah benar. Aku hanya mencegah hal-hal buruk yang kemungkinan bakalan terjadi.
Yang paling utama yaitu Shofia menjadi dendam denganku dan melakukan hal nekat. Sifatnya saat bersamaku akhir-akhir itu sungguh sangat bikin overthinking.
Karena terlihat tanda-tanda Shofia sudah mulai tidak menyukaiku, aku langsung bertindak. Andai saja Leonard tidak menyukaiku, pasti saat ini pertemananku dengan Shofia baik-baik saja dan aku tak akan keluar dari akademi.
Bisa dibilang aku melakukan semua itu karena waspada. Jangan sampai mimpiku yang dibunuh Shofia itu menjadi kenyataan. Dan berakhirlah aku menghilang dari mereka.
Dan ternyata .....
Sangat menenangkan!
Menghilang dari hadapan mereka ternyata tidak buruk juga. Hidupku jadi damai dan tenang. Tidak ada pikiran-pikiran buruk tentang apa yang akan Shofia lakukan ke aku ke depannya, tidak ada pertengkaran Aksara dan Vincent karena berebutan ingin pergi denganku, tak ada hawa kengerian saat melihat Leonard dan masih banyak lagi.
Indahnya kedamaian.
Aku harap selamanya seperti ini.
Jika kalian bertanya aku berada dimana, jawabannya adalah aku berada di pedesaan asri yang letaknya di kaki pegunungan. Alias ke tempat tinggalnya Reira asli. Ingatan ditubuh inilah yang membawaku kesini.
Pertama kali melihat rumah Reira itu hanya satu kata yang muncul dipikiran. Menyeramkan. Rumah yang ditinggal beberapa tahun itu terlihat kosong dan mempunyai hawa tak mengenakkan.
Tapi semua itu langsung sirna saat masuk ke dalam. Perabotan dan seisinya terlihat bersih dan tertata rapi. Ternyata rumah ini dirawat pamannya yang tepat tinggal di samping rumah ini. Saat melihatku kembali paman itu langsung menangis terharu. Dia kira aku sudah mati.
Keseharianku itu hanya membantu pamanku berjualan bunga ditokonya. Yang tadinya hanya berjualan bunga saja kini bertambah dengan menjual rangkaian bunga. Urusan merangkai itu menjadi pekerjaanku.
Sejujurnya aku sudah mempunyai niat untuk membuat usaha sendiri. Tapi masih dalam tahap mengumpulkan modal.
Ngomong-ngomong bagaimana kabar mereka ya saat tahu aku kabur? Jika mereka sedih, kuharap sedihnya hanya sementara. Dan selanjutnya mereka hidup seperti biasanya.
Tentang Sean, ada alasan lain kenapa aku menghilang dari hadapannya selain tak ingin merepotkannya. Karena aku yakin Shofia pasti akan mencariku ke rumah Sean. Mengingat dia tahu bahwa aku tinggal disana.
Benar, sudah seharusnya begini.
Aku akan berusaha tak muncul lagi dipandangan mereka atau memasuki wilayah ibukota yang merupakan tempat tinggal mereka. Karena sudah kutebak jika aku sampai bertemu mereka lagi, sudah dipastikan kehidupanku yang damai ini akan hilang.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Peran Figuran
Teen Fiction[FANTASI - HUMOR] [TERSEDIA DI KARYAKARSA] Setelah isekai ke novel temanku, keinginanku cuma satu. Hidup tenang tanpa merusak alur. Tapi kenapa ... "Kau hanya bisa pergi dari sisiku dengan satu keadaan, kau mati" -tokoh utama pria. "Kau sudah punya...