Kurang afdhol kalau belum follow akun author sebelum baca🤗
Jangan lupa vote and komen guys, thank you🥰
Happy reading🥰
🎵🎵🎵
Layaknya anestesi, kamu mebghilangkan segala rasa sakit yang menyergap dada
Mely menghentikan langkahnya di depan kelas yang agak sepi penghuni dan orang yang lalu lalang.
"Kakak suka sama Ari?" Tanya Mely to the point.
Wendy tertawa renyah, membuat Mely menyerngit bingung.
Wendy menatap Mely lama, "Iya, gue suka sama Ari"
Daebak. Kak Wendy bener-bener to the point. Innner Mely berteriak.
"Kenapa? Apa yang membuat Kak Wendy suka sama Ari?"
"Semua orang tahu, Ari ganteng, pintar, multitalenta" Jawab Wendy mantap. Seakan memang itulah semua orang menilai sosok Arian Mahendra.
"Lo suka sama Ari?" Pertanyaan itu dengan mulusnya keluar dari bibir Wendy.
Tanpa pikir panjang Mely mengangguk. Toh alasannya untuk mengajak Wendy bicara empat mata adalah untuk mengakui perasaannya. "Gue suka sama Ari dari lama kak" Ungkapnya.
Wendy tersenyum,"Bagus dong, kita bisa bersaing secara sehat buat dapetin Ari"
Mely merutuk dalam hati.
Masalahnya disini adalah tentang dirinya yang mudah insecure dengan keberadaan Wendy. Tapi mana mungkin ia bicara terus terang, yang ada ia bisa disembur dengan ucapan Wendy, meskipun hal itu tak akan terjadi.
Sial. Ia kehilangan kata-kata untuk membalas.
"Oke. Kita bersaing secara sehat" Hanya itulah yang mampu diucapkan Mely.
Tanpa mereka berdua sadari, seorang lelaki yang menjadi topik utama pembicaraan mendengarkan percakapan mereka dari balik tembok kelasnya.
Wendy bertanya, "Lo sendiri? Apa yang lo sukai dari Ari?"
Mely bertatapan sebentar dengan Wendy, lalu ia tersenyum menatap langit-langit, "Suara"
Ari tertegun di tempat. Sepersekin detik kemudian bibirnya menyunggingkan senyum simetris.
"Nggak peduli seberapa gantengnya dia, nggak peduli seberapa pintarnya dia, dan nggak peduli seberapa tenarnya dia, Suara dialah yang selalu buat gue ingin terus berada di sebelahnya. Mellifluous. Itulah perasaan gue" Jawab Mely mantap.
Wendy tersenyum. Ia bukanlah orang yang akan membenci satu orang karena keinginannya yang terhalang, sejak dulu dia diajarkan dengan yang namanya 'perjuangan'.
"Andaikata suaranya nggak sebagus saat ini, apa lo masih bakal tetap suka sama Ari?"
"Ya" Itu jawaban singkat yang diberikan Mely atas pertanyaan Wendy.
Andaikata suara Ari jelek pun, sepertinya ia masih bisa menyukai lelaki itu. Toh ia menyukai bukan karena suaranya yang bagus, tapi suaranya yang selalu membuat nyaman dan damai. Itu adalah sebuah perbedaan.
"Keren, semoga berhasil dapetin Ari, Mely Antawirya" Ucap Wendy mengeja nametag seragam Mely.
Mely tersenyum, lalu mengannguk. "Lo juga kak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous (ONGOING)
Teen FictionMely, si gadis buta cinta dan terlalu peka itu menjatuhkan hatinya kepada sosok Arian Mahendra, lelaki dengan kelebihan vokal emas dan visual yang tak kalah berkelas dari oppa korea yang sering ditontonnya dari layar laptop. Berawal mendengarkan ira...