Kurang afdhol kalau belum follow akun author sebelum baca🤗
Jangan lupa vote and komen guys, thank you🥰
Happy reading🥰
🎵🎵🎵
Jadilah tabah untuk semua yang membuatmu patah
"Karena gue pengen ketemu sama lo"
Mely terdiam. Otaknya bekerja lambat. Atmosfer di sekitarnya menjadi sempit. Diminumnya es teh sampai tandas guna menghindari kegugupan yang menyergap.
"Uhuk"
Es teh kurang ajar. Bisa-bisanya nyangkut di saluran pernapasan.
"Hati-hati" Ari menepuk bahu Mely pelan, yang malah membuat Mely gugup tak tertahan. "Makasih" Ucap Mely pelan.
Ari mengangguk. "Habis ini lo mau kemana?"
Mely mengedikkan bahu, sejujurnya setelah dibawa pergi Ari ia jadi tak tau arah tujuan.
Ari bangkit dari duduknya, membayar dua es teh, dan keluar dari kedai. Merasa tak punya tujuan, Mely mengikuti Ari dari belakang.
"Mau ikut gue?"
Pertanyaan itu meluncur manis dari bibir Ari, yang langsung dijawab anggukan semangat oleh Mely. Kapan lagi kesempatan bisa pergi berdua bersama Ari.
Motor Ari membelah jalan raya, dengan Mely yang berada di jok belakang. Semilir angin di sore hari membuat Mely nyaman dan damai. Bersama Ari di sore hari. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
"Pegangan yang bener" Teriak Ari mencoba mengalahkan suara angin sore.
Mely bingung. Ia hanya bisa memegang ujung jaket milik Ari.
Berdecak kesal, Ari menarik tangan Mely dan merapatkannya pada pinggang Ari.
Jangan tanya Mely bagaimana, sepertinya stok napas Mely akan cepat habis dalam waktu dekat.Mely mencoba melepaskan, namun lagi-lagi tangan bebas Ari mencegahnya dari depan. Jika terlanjur begini, jangan salahkan Mely yang baper berkepanjangan.
"Kalau gue baper tanggung jawab loh Ri" Ucap Mely saat lampu merah.
Tanpa Mely sadari, Ari menyunggingkan senyum di balik helm full face nya. "Iya" Jawab Ari sekenanya.
Daebak. Tadi kepala Ari mungkin kebentur apa kejedot tembok gitu. Batin Mely penuh tanda tanya.
Motor besar Ari berhenti tepat di depan stadion sepak bola. Tak lupa memarkirkan motor di tempat parkir yang trlah disediakan, Mely turun dari motor dengan perasaan dongkol. Jika tau tujuan Ari adalah untuk menonton bola, lebih baik ia tidak usah ikut.
"Ayo, malah bengong"
Ucapan Ari sukses membuat lamunan Mely buyar. Ia mengikuti langkah Ari yang sudah berjalan agak jauh di depannya.
Ari memilih duduk di salah satu kursi stadion, diikuti Mely yang duduk di sebelahnya.
"Disini dulu," Peringat Ari sebelum pergi.
Mely menggerutu, "tau gini gausah ikut"
Sepeninggal Ari, Mely hanya berkutat dengan gadget nya, sekali kali ia melihat lihat penonton yang berdatangan.
Tiba-tiba ponselnya berdering, nama 'Temen Biadab' tertera jelas di layar ponsel. Dengan malas, ia mengusap icon hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous (ONGOING)
Fiksi RemajaMely, si gadis buta cinta dan terlalu peka itu menjatuhkan hatinya kepada sosok Arian Mahendra, lelaki dengan kelebihan vokal emas dan visual yang tak kalah berkelas dari oppa korea yang sering ditontonnya dari layar laptop. Berawal mendengarkan ira...