Kurang afdhol kalau belum follow akun author sebelum baca🤗
Jangan lupa vote and komen guys, thank you🥰
Happy reading🥰
🎵🎵🎵
"Cepetan dikit elah, Mel. Gausah bersih-bersih"
Mely menatap tajam Zidan yang membawa kemoceng di tangan kiri dan penghapus papan tulis di tangan kanannya.
"Eh, salah apa gue kok bisa satu kelompok piket sama lo. Mana yang lain balik duluan lagi"
Ya, Zidan memang sahabat Mely, tapi seseorang yang melihatnya malah bukan terlihat seperti seorang sahabat, malah seperti rival.
"Udah kagak usah di bersihin semua,Mel. Ini tuh dah sore, gue kudu balik cepetan nih, Si ketos udah nungguin soalnya."
Satu fakta lagi.
Selain Zidan yang super duper cerewat itu sekelas dengan Mely, rupanya cowok bermata agak sipit itu juga ikut berkecimpung dalam organisasi OSIS."Yaudah, elo duluan aja, gue tinggal dikit kok nyapunya. Bentar lagi gue juga selesai" Ucap Mely yang masih sibuk menyapu lantai.
"Bentar lagi selesai gigi lo gendut. Tuh, masih ada satu baris lagi yang belum disapu. Lo sih, pake acara laci juga ikut di bersihin, kan kelamaan. Tuh laci biar orangnya sendiri yang bersihin"
Mely sejak tadi geram sendiri mendengar komentar Zidan. Ia mengambil bola kasti yang sedari tadi tergeletak di pojok kelas. Lalu dilemparnya bola itu tepat mengenai punggung Zidan.
"woy. Anjir lo. Malah ditimpuk. Temen sendiri,nih"
Gerutu Zidan sambil mengusap punggungnya sendiri.Mely mencebik kesal.
"Bodoamat, makanya bantuin dong. Kalau nggak mau yaudah,"
"Gue ada acara OSIS" Sahut Zidan cepat.
"Yaudah kek buruan sana, gausah nangkring disini, gue bisa kerjain sendiri"
"Terus nanti lo pulang sama siapa dodol??"
Mely terdiam.
Seketika otaknya mengingat dengan jelas insiden kantin tadi pagi.
Ari. Cowok itu akan menjemputnya pulang bersama.Ralat. Bukan akan menjemput. Tapi dipaksa menjemput.
Hah. Rasanya Mely ingin menghilang dari bumi pertiwi ini saja saking gugupnya.
"Ye, nenek lampir, ditanya malah bengong"
Celetuk Zidan asal.Mely mengedarkan pandangan. Lalu mempercepat aktivitas menyapunya.
Takut bila tiba-tiba Ari datang dan menunggunya.Sepertinya Mely sudah terlalu berharap.
Tidak. Mely menggeleng pelan. Menghilangkan perasaan yang entah sejak kapan bersarang.
"MEL ! GUE DULUAN! NANTI TELEPON GUE KALO MAU PULANG!"
Mely melongok ke luar kelas. Ternyata Zidan sudah berjalan pergi bersama Reinald, ketua OSIS SMA Taruna.
Mely tersenyum simpul. Ia bersyukur dikelilingi teman-teman, keluarga, dan sahabat yang selalu ada untuknya.
🎵🎵🎵
Mely menutup pintu kelas dan menguncinya dari luar.
Ia melirik jam putih yang bertengger manis di tangan kiri nya.Jam setengah lima. Papa bisa bisa nyariin kalau sampai maghrib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous (ONGOING)
Teen FictionMely, si gadis buta cinta dan terlalu peka itu menjatuhkan hatinya kepada sosok Arian Mahendra, lelaki dengan kelebihan vokal emas dan visual yang tak kalah berkelas dari oppa korea yang sering ditontonnya dari layar laptop. Berawal mendengarkan ira...