Hujat author sepuas kalian😭😭😭
Tapi baca dulu ya, siapa tau kesel nya jadi hilang wkwk.
Be careful, TYPO BERTERBARANAku jatuh terlalu dalam untukmu
Hujan yang mengguyur belahan ibukota membuat Ari harus terjebak di rumah Mely. Padahal ia adalah tipe lelaki tak suka merepotkan orang lain.
Gara-gara mulut yang tak pernah disekolahkan milik Ara- kembar laknatnya itu, jadilah ia terjebak ke dalam susasana canggung dengan Mely di ruang tamu.
Ari bukanlah lelaki bodoh yang tak peka dengan lingkungan.Gilang pergi ke belakang entah sedang apa bersama Melany.
Dan jangan lupakan kembar laknatnya itu, dengan alasan klise ingin ke kamar mandi, Ari yakin seratus persen mereka sengaja membuatnya dirudung akward bersama Mely."Eh iya. Tugasnya Pak Bima yang fisika lo udah? Biasanya kan kelas lo udah udah ngebut pelajarannya Pak Bima"
Huh, demi menepis kecanggungan yang kian menggerogoti, lebih mending Mely mempertaruhkan harga dirinya untuk berbicara lebih dulu.
Eh, emang sejak kapan ia masih sayang harga diri?
Dia kan sudah dijuluki 'si cewe pede' disekolahnya.Sekarang tinggal menunggu si empunya bicara. Kadang Mely mikir, apakah Ari mempunyai gangguan tenggorokan? Atau sariawan akut? Atau lem perekat bibir? Mengapa ia JARANG sekali melihatnya berinteraksi panjang lebar.
Ari yang sedari tadi diam, menoleh. "Tugas yang bab apa?"
Mely menggeleng pelan, "Lupa, kebanyakan tugas soalnya, bentar ya gue ambilin"
Ari menatap punggung kecil milik Mely yang kian menjauh. Ia tersenyum kecil mengingat tingkah absurd dan kejadian-kejadian akhir-akhir ini yang membuatnya--sedikit berwarna.
Hampir sepuluh menit menunggu. Akhirnya Ari putuskan untuk melihat-lihat ruang tamu milik Antawirya ini. Pandangannya jatuh pada figura kecil yang terpampang di atas meja panjang. Ia pun mengambil dan memandangnya lama.
Itu adalah foto masa kecil seorang Mely Antawirya. Meskipun Ari tak tahu, tapi dari sorot mata dan lagaknya, itu memang terlihat seperti Mely.
Ia mulai berfikir, sepertinya dulu Mely adalah seorang artis, atau mungkin selebram anak yang hitz, karena melihat fotonya yang berpose layaknya orang dewasa itu, membuat siapa saja pasti tak akan ragu mengakatakan bahwa Mely adalah seorang yang top dalam hal berpose.
"Itu foto gue waktu kelas empat, gue waktu itu pernah jadi..."
Ari menoleh, mendapati Mely yang berdiri agak dibelakangnya, dengan buku yang ditaruh di depan dadanya. Ari menaikkan sebelah alisnya. Tanda masih ingin tahu apa yang akan dikatakan Mely selanjutnya.
"Jadi apa?"
"Model majalah anak" cicit Mely pelan.
Ari hanya ber oh menanggapi. Ia masih memfokuskan atensi nya pada foto Mely.
"cantik"
"Hah? Apa ? Gimana? Nggak denger gue?"
Ara berjalan mendekat kearah mereka. Jelas itu suara Ara. Dan bohong jika Mely tidak mendengar sepatah kata yang terucap dari bibir Ari. Ia hanya mematung ditempat, berkebalikan dengan hatinya jedag jedug siap tempur.
Ari membelalakkan matanya. Perasaan dia tadi hanya membatin. Kenapa benar-benar terucap?
Dan sialnya lagi, Ara yang mendengarnya.Ari mencoba mengalihkan pandangannya pada sorot mata menuntut dari sang kembaran. Sedangkan yang ia sebut 'cantik' tadi masih terdiam keki. "Gue cuman bilang cantik, emangnya salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous (ONGOING)
Teen FictionMely, si gadis buta cinta dan terlalu peka itu menjatuhkan hatinya kepada sosok Arian Mahendra, lelaki dengan kelebihan vokal emas dan visual yang tak kalah berkelas dari oppa korea yang sering ditontonnya dari layar laptop. Berawal mendengarkan ira...