3.Mulut Licin

126 18 1
                                    

Kurang afdhol kalau belum follow akun author  sebelum baca🤗

Jangan lupa vote and komen guys, thank you🥰

Happy reading🥰

🎵🎵🎵


Mulut dan hati memang selalu mendominasi, bukan mengikuti

"Hai,lo"

Mely tersenyum kikuk menatap Ari.

Farah panas dingin ditempat. Ingin rasanya ia merukyah Mely supaya terbuka mata hatinya, dan sungguh Farah benar-benar tidak habis fikir saat Mely lebih dulu. catat.Mely yang lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Ari.

Ari menatap datar Mely. Sebelumnya ia tak pernah mndapati wajah seperti Mely berkeliaran di SMA Taruna. Baru kali ini ia melihatnya.

"Gue Mely. Mely Antawirya. Anak 11 MIPA 3. Lo?"

Ari mangalihkan pandangan ke arah lain.
"Ari.Arian Mahendra." Ucapnya pelan. Mencoba menghargai atensi orang lain.

"Kayak Ari Irham, ya. Ganteng, bagus lagi suaranya" Guman Mely tanpa sadar, membuat si empunya menoleh

"apa?" tanya Ari memastikan.

Mely tersenyum seraya menggelengkan kepala. Mely menoleh kepada Farah yang hanya diam sedari tadi.

"Ampun deh Far. Nggak usah canggung kali.selow, santai. Kayak mau disunat aja lo"

Sontak hal itu mengundang tawa ketiga lelaki. Dan tentunya membuat seluruh penjuru kafe memusatkan perhatian mereka ke tempat Mely dkk.

"Gila lo,Mel. Eh, Far. Lo kok betah sih temenan sama dia?"
Ucap  Nata dengan hebohnya. Satu lagi teman Ari ini memang gemar menghebohkan suasana.

"Eh, bentar. Lo kok kenal sama Farah?"
Mata Mely menyipit mendengar penuturan Nata barusan.

Nata nyengir tanpa dosa.
"Gue baru inget, ternyata Farah satu kelas sama gue"

Mendengar penuturan Nata barusan membuat mereka yang mendengar mendengus kesal. Apalagi Farah yang merasa tidak dianggap langsung menoyor kepala Nata pelan.

"Emang harus di servis otaknya" Farah tersenyum meremehkan kepada Nata.

Nata mengacungkan dua jari tanda peace.

Suara telepon dari hape Mely mulai mengheningkan suasana.

"Bentar ya"
Mely berjalan menjauhi kerumunan.

"halo,Kai"
.....
"oh, lo udah pulang dari les?"
.....
"oke , nanti gue mampir. Siapin jajan yang banyak"
.....
"hah? Sekarang?"
.....
"oke oke , demi lo nih. Sekarang sama Farah"
.....
"hem. Iya"

Mely menutup saluran telepon secara sepihak.
Ia kembali menghampiri Farah.
Namun perhatiannya  terpusatkan kepada Ari yang beranjak pergi.

"Lo mau pergi, Ri?"
Pertanyaan itu sukses meluncur dari bibir mungil Mely. Membuatnya merutuk dalam hati.

Mulut gue aduuh. Licin banget kayak oli.

"Gue duluan, Gue mau jemput Arabella,"
Tentu saja Ari mengucapkannya bukan untuk menjawab pertanyaan bodoh Mely.

"Oke, Titip salam buat Ara ya, Ri."
Riko menaik-turunkan alisnya.

Ari mendesis pelan lalu berjalan keluar kafe.

Melliflous (ONGOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang