Heiho para readers ku yang ter uwuuu, maap ya author lama banget up nya, berasa setaun fix (hyper banget thor)
Jadi, author tuh mood mood an kalau ngetik gini, rasanya nanti kalau suasana hati nggak mendukung(eaak, apasi thor, curhat gatau tempat) jadinya mood ambyar buat lanjutin cerita.
Tapi tenang aja yawla, author bakal bikin kejutan di setiap part nantinya. Diusahain deh bakal cepet up nya kalau yang baca dan komen makin banyak (wkwkkwk)
Pokoknya mohon sabar ya, and jadilah pembaca yang bijaksana.
WARNING! Typo berterbaran, author bukan manusia sempurna.Kurang afdhol kalau belum follow akun author sebelum baca🤗
Jangan lupa vote and komen guys, thank you🥰
Happy reading🥰
🎵🎵🎵
Terkadang, sesuatu yang terlihat 'sepertinya' bukan yang sesuai dengan 'faktanya'
Mely mengerjapkan matanya perlahan, mencoba membiasakan cahaya yang masuk melalui celah celah gorden UKS.
Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun belum sempat ia ingin mendudukkan tubuhnya di atas ranjang UKS, kepalanya berdenyut- denyut karena bekas tonjokan keras dari Luky.
Mely kembali berbaring, sembari memegang kepalanya. Keadaan UKS hari ini sangat sepi, Mely mencoba menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari-cari apakah ada makhuk hidup selain dirinya disini.
Matanya menyipit kala melihat 3 orang yang sedang berbincang di balik gorden putih uks. Bayangan 2 orang perempuan yang tengah berdiri dan satu orang lelaki yang duduk mengamati keduanya. Tepat di ranjang depannya.
Lalu samar-samar Mely mendengarkan obrolan mereka.
"Gue juga nggak tau, kenapa tiba-tiba Luky geret tangan gue dan gue berontak, dan anehnya lagi Riko dateng dan nonjok muka Luky. Siapa sih yang nggak kaget"
Mely sangat tau itu adalah suara sahabatnya, Farah. Mely mempertajam pendengarannya.
"Gue yakin seratus persen kalau si Riko itu suka sama lo, Far. Itu namanya perhatian secara tidak langsung. Iya kan, Ri? Lo pasti tau dong, lo kan temen lengketnya,"
Dahi Mely menjadi berkerut. Jelas-jelas iti suara Kaila. Tapi, siapa yang diajak ngomong Kaila?
Ri. Atau jangan-jangan?"Gue nggak tau. Itu privasinya Riko"
Blassh.
Benar dugaan Mely. Dari suaranya saja Mely sudah yakin seyakin yakinnya kalau lelaki yang duduk di ranjang depannya ini adalah Ari.
Napas Mely menjadi tidak teratur, pikirannya sudah penuh dengan nama Ari.
Mungkinkah?
Mungkinkah Ari yang menemaninya?
Mungkinkah Ari yang mengantarnya?
Namun, sekelebat bayangan interaksi antara Ari dan seorang perempuan yang tak Mely ketahui membuatnya membuang jauh-jauh perasaan 'hope' yang merayapnya.
Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat mereka yang berada di UKS refleks menoleh.
"MELY!"
Yap, Zidan datang dengan raut wajah yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia mendekat kearah Mely yang terbaring di ranjang UKS. Kaila, Farah, dan Ari pun mengamati Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous (ONGOING)
JugendliteraturMely, si gadis buta cinta dan terlalu peka itu menjatuhkan hatinya kepada sosok Arian Mahendra, lelaki dengan kelebihan vokal emas dan visual yang tak kalah berkelas dari oppa korea yang sering ditontonnya dari layar laptop. Berawal mendengarkan ira...