18. | Upacara

162 11 0
                                    

"UPACARA?!" seru Siska menoleh pada keenam temannya.

Kenzo, Raya, Kaemon, Aaron, Carlo, Ariel, dan Siska baru saja tiba di parkiran sekolah. Tak lama terdengar pengumuman dari pengeras suara yang menyuruh seluruh warga sekolah untuk segera berkumpul di lapangan outdoor untuk mengikuti kegiataan upacara bendera yang diselenggarakan secara rutin setiap hari senin.

Kenzo mengusap kasar wajah bantalnya lalu menguap lebar. "Bodo amat gue ngantuk mau tidur," ujarnya setengah kesal.

Raya mengangguk setuju, melipat tangannya di depan dada. "Gue juga ogah banget panas-panasan," timpalnya.

"Terus? Kabur nih?" tanya Aaron memastikan.

"Menurut lo?!" balas Kaemon.

Ketujuh murid itu bergegas menuju ke pintu belakang sekolah. Gorengan dan es Mbak Laela lebih menggoda daripada mereka dijemur dibawah terik matahari selama satu jam lebih mengikuti upacara bendera. Namun, rencana mereka tidak berjalan mulus tatkala melihat para siswa yang mengenakan jas almamater merah maroon sedang berkeliling melakukan patroli.

"Osis," desis Carlo membuat teman-temannya mengerang sebal. "Dan si buaya," lanjutnya ketika melihat guru laki-laki kesayangan mereka juga ikut mengawasi kegiatan patroli yang dilakukan oleh osis.

"Ayo buru dong! Sebelum mereka sadar kita disini," desak Raya.

Kenzo mengangguk. Mengintrupsi teman-temannya untuk mengikutinya. Tinggal beberapa langkah untuk mereka mencapai tembok belakang, yang sayangnya tempat itu dapat terlihat dari jendela kantin.

"HEY! MAU KEMANA KALIAN?!" teriakan menggelegar itu menghentikan pergerakan mereka.

Carlo dan Aaron yang sedang membantu Siska untuk melompat tembok, perlahan kembali menurunkan Siska. Perlahan menoleh pada Pak Buya yang sudah berdiri dibelakang mereka dengan sebelah tangannya menarik tas Kaemon sehingga cowok itu tidak bisa kabur.

"Ehehehehe, selamat pagi Bapak," sama Kaemon cengengesan.

"Mau kemana?" tanya Pak Buya tajam.

Ia melepaskan Kaemon dan membiarkan cowok itu bergabung bersama teman-temannya yang kini berbaris rapi dan saling menyenggol lengan.

"Mulutnya pada ketinggalan di warjok ya?!" bentak Pak Buya merasa diabaikan.

Raya menyikut perut Kenzo, niatnya hanya pelan tapi tenaga yang ia kerahkan ternyata mampu membuat Kenzo mengerang kesakitan. Raya melotot, memberi isyarat pada Kenzo lewat matanya.

"Ini...naruh tas di kelas, Pak," alibi Kenzo asal.

"Sejak kapan kelas dua belas ips satu pindah ke belakang kantin, HAH?!"

Pak Buya memicing. Mengamati ketujuh anak didiknya yang berdiri dihadapannya dengan penampilan tidak ada yang benar.

"Tau kan hari ini hari apa?" tanyanya.

Keenamnya kompak mengangguk. Kecuali Kaemon yang terdiam sebentar nampak berpikir kemudian menggeleng pelan. Membuat Pak Buya melotot, bersiap menarik daun telinga Kaemon, namun cowok itu buru-buru menghindar.

"Eh, iya pak. Hari Senin, Pak!" jawab Kaemon.

"Itu tau ini hari Senin. Kenapa enggak ada satu orang pun dari kalian yang berpenampilan lengkap?!"

"Loh, lengkap dong, Pak," sahut Kenzo. "Saya pakai seragam, sepatu, daleman-"

"Seragam dikeluarin tanpa dasi dan ikat pinggang, sepatu putih. Kalian mau sekolah apa mau foto majalah cover boy? Dari rambut sampai kaki enggak ada yang bener." Pak Buya melotot pada Kenzo, Kaemon, Aaron, dan Carlo.

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang