25. | DMS Band

155 9 0
                                    

HARI-H telah tiba. SMA Pancawala terlihat lebih ramai dari biasanya. Lapangan yang dikelilingi bangunan sekolah yang biasanya digunakan sebagai tempat upacara berubah menjadi area panggung. Dikanan kirinya terdapat stand-stand bazar yang didirikan tiap kelas. Mereka menjual berbagai jenis jajanan. Sementara tempat pertunjukkan kerajian seni hasil kreatifitas siswa berada di aula sekolah.

Tidak hanya murid SMA Pancawala yang hadir, namun juga murid sekolah lain yang sengaja hadir. Beberapa diantara mereka menjadikan moment langka ini sebuah kesempatan untuk bisa masuk ke dalam SMA favorit. Beberapa lagi adalah korban yang tergiur oleh penawaran di brosur acara yang menuliskan janji-janji manis seperti: akan ada penampilan spesial dari DMS Band yang terkenal lewat konten youtube yang diunggah, penampilan anak cheerleaders yang merupakan perkumpulan anak-anak hits, dan tentu saja para most wanted SMA Pancawala juga akan terlibat di dalam acara.

Tidak hanya siswa, guru, pengurus komite, dan jajaran orang-orang berpengaruh di SMA Pancawala juga hadir dalam acara Festival Musik dan Budaya ini.

"Krew perform, gimana? Aman?" tanya sebuah suara lewat monitor.

Para siswa yang mengenakan almamater merah maroon terlihat mondar-mandir. Tanggung jawab yang dibebankan pada mereka cukup besar untuk memastikan agar acara Festival Musik dan Budaya berjalan baik.

"Aman. DMS Band udah siap di backstage," jawab seorang perempuan berkucir kuda berdiri di belakang panggung. Menunggu diluar ruang kelas XII IPS 4 yang kini dialihfungsikan sebagai ruang ganti.

Ia mengenakan id card-nya ke leher, nama panjangnya disingkat menjadi,

Tiarasyita. D. A. P
KREW

Ara melihat arlojinya, tiga puluh menit lagi menuju acara pembukaan. Ia menarik nafas pelan meredakan kegugupannya. Kemudian memutuskan membuka pintu ruangan setelah beberapa saat menunggu para anggota DMS Band selesai berganti kostum.

"Gimana, udah..." Ara menggantung ucapannya. Susah payah menelan saliva-nya begitu melihat pemandangan di depannya.

Sekelompok anggota inti Demos dengan kostum perpaduan hitam dan coklat tua terlihat mengerikan dan elegan dalam waktu bersamaan. Ada Carlo yang tengah memasang ikat pinggang agar celananya tidak terlalu longgar. Ekspresi datarnya terlihat kontras dengan gaya rambut yang sengaja menutupi separuh dahinya.

"Halo, Ra! Udah mau mulai ya?" sapa Siska melambaikan sebelah tangannya yang sedang memegang blush. "Eum, bentar lagi kita kelar kok," kata perempuan itu mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum lebar.

Dibawahnya Ariel duduk didepan meja rias. Ia mendongak pada Siska. "Udah kan ini?" tanyanya.

"Sabar, ibuk. Kurang blush-on nya," sahut Siska mengusapkan warna pink ke tulang pipi Ariel.

"Jangan tebel-tebel. Gue nggak dandan aja cantik," gerutu Ariel setengah cemberut. Tidak sabar di make over oleh Siska yang banyak omongnya.

"Iyaa... bawel, deh."

Mereka memilih untuk berdandan dan menyiapkan segala keperluan perform sendiri. Gio dengan berat hati memberi ijin agar mereka tampil sebagai pembuka. Dengan syarat harus tampil sempurna.

Dibagian pojok, ada Aaron, Kaemon, dan Raya yang sudah selesai bersiap. Aaron mengenakan headband di kepalanya, tidak lupa lambang kebanggaan serigala putih itu tercetak kecil disana. Kaemon tak mau kalah, cowok petakilan itu semakin tampan dalam balutan hoodie oversize bergaya metal.

"Jangan tidur lo!" tegur Raya menendang kaki Aaron yang berbaring di sofa. Hampir terpejam karena hawa sejuk dari pendingin ruangan.

"Lima menit, lima menit." Aaron mengangkat tangannya dengan mata terpejam, lalu merubah posisinya membelakangi Raya.

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang