MALAM yang cerah bertabur bintang. Kenzo menikmati pemandangan langit malam di balkon rumahnya. Ditemani secangkir mocachino dan gitar di pelukannya.
Biasanya Kenzo akan berkumpul bersama teman-temannya di kedai kopi atau rumah Yazdan atau teman-temannya akan datang mengobrak-abrik kamarnya. Namun malam ini Kenzo memilih menyendiri. Entah kesambet apa, sepulang dari warung mbak Laela maghrib tadi Kenzo langsung menghabiskan waktu untuk menyalin tugas. Tolong catat, menyalin bukan membuat. Lebih tepatnya berbagi jawaban dengan Ariel yang berbaik hati mau memfotokan tugas Ekonomi untuk teman-teman solidnya.
Petikan demi petikan Kenzo mainkan. Matanya memejam.
It's you, it's always you
If I'm ever gonna fall in love I know it's gon' be you
It's you, it's always you
Met a lot of people, but nobody feels like youSo, please, don't break my heart
Don't tear me apart
I know how it starts
Trust me, I've been broken before
Don't break me again...Lantunan lagu It's you yang dipopulerkan oleh Ali Gatie terdengar kontras dengan suasana malam. Suara Ken memang tidak sebagus Carlo, petikan gitarnya tidak seapik Aaron. Tapi kalau yang menyanyikan Kenzo, beh, dua temannya itu lewat. Kenzo kan magnet girl-nya Demos.
Drrrtt drrttt
Ponsel diatas meja bergetar. Kenzo melirik malas benda itu. Dilayarnya tertera nama 'Kacung is Prioriti'. Orang itu terlalu seiring meneleponnya. Sampai history panggilan Ken isinya 'Kacung is Prioriti' semua.
Si empunya sempat marah ketika tahu Kenzo memberi nama kontaknya dengan sebutan 'Kacung'. Cowok itu mengancam berhari-hari kalau Kenzo tidak segera mengganti nama kontaknya, ia akan mengadukan pada Raya kalau Kenzo sering merokok diam-diam padahal cewek itu sudah mengancamnya. Tapi baru di gertak sedikit saja, cowok songong berkulit putih itu kicep, tidak berani lagi menentang. Salah siapa, The King dilawan.
Nada getar ponselnya tak kunjung berhenti membuat Ken jengah sendiri sehingga memutuskan untuk mengangkat panggilan.
"Gue lagi males kumpul, cung, kacung," ujarnya ngegas.
"Anjir, lo masih namain kontak gue itu? Plis ya, Ken. Ganti. Oke?" sahut Aaron diseberang sana.
Kenzo memutar bola mata. "Lo telpon gue cuma mau bilang itu?"
"Eh, enggak-enggak."
"Gue tutup."
"Woy, anjir. Dengerin dulu." Aaron langsung heboh.
"Buruan!"
"Temen lo ngeyel banget ini. Mau ikut balapan lagi."
"Siapa? Raya?" tanya Kenzo. Aaron tidak menjawab, disebrang sana cowok itu mengangguk.
"Dimana?"
"Tempat biasa. Gue gak akan sekhawatir ini kalo lawan dia bukan anak Algebra. Ini Algebra, Ken. Lo bisa bayangi gak kalo-"
Kenzo menutup telepon secara sepihak. Tidak usah Aaron terusnya, ia tahu harus bagaimana. Kenzo mengganti celana pendeknya dengan jeans panjang, lalu mengenakan jaket kulit hitam. Meninggalkan rompi kebanggaannya karena malam ini udara cukup dingin. Ia menyambar kunci motor lalu berlari kecil menuruni tangga.
"Mi, Kenzo main dulu sama temen!" pamitnya beralibi.
"Lagi ke rumah tetangga," sahut perempuan yang sedang menonton tv. Kezia Dianlin, putri sulung keluarga Danuarta.
Kenzo berhenti sebelum membuka pintu rumah. "Bilangin Mami gue mau main sama Raya. Gue pulang agak malem, pintu depan jangan dikunci dulu."
"KEN," panggilan Kezia membuat Kenzo kembali menoleh. "Titip beliin roti cewek dong di minimarket."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Demos [ON GOING]
Teen FictionAda banyak hal yang harus Kenzo lindungi dalam hidupnya. Keluarga. Demos. Sahabat. Pacar. Apa yang sudah ia miliki harus dijaga. Karena diluar sana beberapa orang berlomba merebut kebahagiaan. Kenzo Danuarta Alatas. Laki-laki ramah dan baik hati. Ke...