24. | Persiapan

156 9 3
                                    

Apa kabar kalian?
Makan dulu baru lanjut baca


_______





“Ada yang lebih berat dari tugas seorang ketua selain memastikan semuanya sempurna. Yaitu memastikan keselamatan anggotanya,”
- Kenzo Danuarta






➖➖➖➖➖➖   D  E  M  O  S   ➖➖➖➖➖➖






HARI libur biasanya Ara akan bermalas-malasan di dalam kamar sambil membaca buku ditemani wafer coklat kesukaannya. Tapi hari ini, pagi-pagi ia sudah tiba di sekolah. Membawa sekotak besar berisi alat untuk dekorasi persiapan Festival Musik dan Budaya yang akan di selenggarakan di lapangan tengah SMA Pancawala besok Senin. Maka dihari libur ini Osis dan semua orang yang terlibat dalam acara wajib datang untuk persiapan dan gladi bersih.

“Ara, lo udah data semua yang akan tampil?” tanya Gio.

Sebelum memulai persiapan, para anggota Osis berkumpul untuk meeting di aula. Gio memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Ara sebagai Wakil Ketua, memegang tanggungjawab penting untuk mengurus para peserta yang akan tampil.

“Semalem datanya udah gue kirim ke tim dekor buat ditulis dibagian posternya. Tinggal nunggu mereka datang buat latihan,” jawab Ara memasukkan kedua tangannya ke saku jas almamater.

Gio mangut-mangut. “Pastiin orang-orang itu datang hari ini dan enggak bikin onar. Ngerti?!”

Ara mengernyit mendengarnya, tapi kemudian mengangguk saja. Entah kenapa, ia agak tidak suka mendengar Gio menyebutnya dengan ‘orang-orang itu’, padahal mereka punya nama. Ara saja merasa bangga anak-anak yang di cap berandal seperti mereka mau repot-repot tampil di acara seperti ini. Kejadian langka. Biasanya mana mau mereka ribet untuk acara sekolah. Palingan memilih menjadi penonton sambil bercanda gurau di bagian paling belakang.

Rapat berjalan lebih singkat. Anak-anak Osis lalu menyebar untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing. Ara berjalan menuju arah panggung, sambil mengawasi sekelilingnya.

“Vani, potnya jangan kasih situ deh, bakal ngalangin jalan enggak sih?” tegur Ara pada Vani yang kebetulan juga termasuk anak osis.

Vani bangun dari posisi jongkoknya. Memperhatikan hasil tataan pot sebagai dekorasi pintu masuk. “Bagusan disitu, Ra,” balasnya.

“Enggak, itu halangin jalan masuk. Kasih sebelah sana aja,” katanya menunjuk sisi lain yang masih kosong.

“Ya udah iya, nurut gue.” Vani bergerak memindahkan pot bunga sesuai permintaan Ara.

Ara mengedarkan pandangannya. Hampir sempurna. Tinggal memasang balon-balon di langit-langit panggung. Tapi semua orang rupanya sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara ia sendiri nganggur. Jadi, sepertinya ia bisa melakukan pekerjaan mudah satu ini.

Ada tangga lipat di bawah panggung. Ara memindahkannya ke tengah-tengah panggung. Perlahan ia naik ke tangga sambil membawa beberapa balon yang sudah di tiup dan ditempeli pita.

“Santai, Ra. Santai.” Ara mengatur nafasnya begitu sampai di pucuk tangga. Kedua tangannya sibuk menggenggam erat balon-balon itu sampai tak sengaja kukunya menusuk salah satunya.

DUAR

“Aaa,”

“ARA!”

Semua orang kompak menoleh ke suara letusan balon disusul teriakan. Namun detik berikutnya, suasana mendadak hening. Ara masih memejamkan matanya. Ia sudah siap untuk merasakan kerasnya lantai panggung. Tapi setelah beberapa saat, ia tersadar. Merasa tubuhnya melayang di udara.

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang