6. | Nama yang Panjang

464 26 3
                                    

"Karena gue cuma sekedar tau, bukan kenal."

- Tiarasyita

➖➖➖➖➖➖ D E M O S ➖➖➖➖➖➖

SMA Pancawala memiliki dua lapangan. Satu lapangan indoor untuk basket di belakang sekolah dan lapangan outdoor yang berada di tengah-tengah gedung sekolah, biasanya digunakan untuk upacara pada hari senin atau tempat nongkrong para siswa karena suasananya yang sejuk dengan pohon besar di kanan kiri.

Sekarang di dalam lapangan itu ada dua kubu yang sedang melaksanakan pelajaran olahraga. Kelas XII IPS 1 dan XII IPA 3. Kebetulan guru yang mengampu pelajaran olahraga absen sehingga mereka dibebaskan bermain.

Kelas XII IPA 3 tengah melakukan pemanasan. Sementara kelas XII IPS 1 menyebar di sepanjang penjuru lapangan. Kenzo membiarkan teman-temannya melakukan kegiatan yang mereka sukai. Peraturannya hanya satu, yaitu tidak ada aturan. Kenzo memang ketua kelas yang baik kan? Mampu menyenangkan hati rakyatnya dengan hal kecil seperti ini.

Murid-murid perempuan lebih memilih berteduh di bawah pohon sambil membicarakan gosip yang sedang ramai diperbincangkan. Ada keseruan sendiri di dalamnya. Pemersatu bangga yang tiada tara.

Murid laki-laki yang kurang kerjaan pun menciptakan sebuah ide menarik. Mereka bersiap di lapangan untuk pertandingan futsal melawan kelas XII IPA 3. Di bagian depan ada Kenzo Danuarta dan Giovanni Prawira sebagai kapten dari masing-masing tim.

"Siap?" Aaron berada di tengah-tengah kedua laki-laki itu.

"Ronde pertama," seru Kaemon berlenggak- lenggok sambil membawa dashboord hasil nyolong dari ruang guru yang digunakan sebagai papan skor. Ia melewati Kenzo dan Gio yang saling menatap sengit. Keduanya kelihatan serius bertanding, tidak semata-mata untuk hiburan pengisi bosan.

"Lo ngapain, bangsat. Malu-maluin." Aaron menepuk pantat Kaemon yang sok seksi. Malu sendiri dengan tingkah temannya.

Kaemon mencibir, menarik jambul Aaron lalu berlari ke pinggir lapangan sebelum mendapat amukan dari Aaron.

"Kita mulai babak pertama. 1...2..." hitungan ketiga Aaron meniup peluit. Dan Kenzo mulai merampas bola dari tendangan Gio.

"Pertandingan babak awal antara kelas IPS 1 melawan IPA 3 sedang berlangsung kawan. Menurut tuan Carlo, siapa yang akan jadi pemenang?" Kaemon duduk di pinggir lapangan, ia berlagak seperti komentator bola dengan menjadikan gulungan buku tulis sebagai mixcrofon.

"Berisik," ketus Carlo. Konsentrasinya mengamati pertandingan seketika buyar.

"Baiklah. Kita lihat bara api yang berkobar dimata sang raja Demos dan percikan air yang takut-takut dari ketua osis kita." Kaemon berseru lantang.

"Woy! Ngomong sekali lagi sini di depan gue," tantang Ghafar. Salah satu teman Gio. Tapi yang ini lebih beringas.

"Oh, oke-oke. Santai, Men." Kaemon menenangkan. Tidak ingin memicu perkelahian. Bisa gawat nanti jika ketahuan Pak Buya dan masuk BK.

"Terlihat dari keduanya ambisi dan kekuatan yang sama kuat." Kaemon meralat ucapan sebelumnya.

"Dan... yak yak,"

Sedang seru-serunya melohat permainan Gio dan Kenzo yang saling berebut bola. Tiba-tiba Kenzo jatuh terpeleset bola basket yang masuk ke lapangan. Bona yang disebelahnya dengan sigap membantunya berdiri.

"Eh, elo yang disana. Yang bener kalo main bola," teriak Aaron.

Gadis berambut kucir kuda itu membekap mulutnya mendengar teriakan Aaron. Mata yang agak sipit melebar karena terkejut. "Mati gue. Gak sengaja," rutuknya gelisah.

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang