HOLA!!
Gimana kabarnya? Masih aman kan tugasnya selama sekolah online? Wkwkwk.
Semoga cerita ini bisa sedikit menghibur ya
Enjoy!!
(Ssttt, kalau ada typo kasih tau ya🤫)➖➖➖➖➖➖ D E M O S ➖➖➖➖➖➖
BEL pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu dan hujan deras mengguyur. Mereka yang tidak memiliki mobil, atau tidak membawa jas hujan, atau sedang menunggu jemputan terpaksa menunggu di sekolah sampai hujan mereda. Tapi ada juga yang sengaja pulang terlambat hanya untuk menikmati hujan sore ini. Termasuk Ara.
Gadis berambut panjang berkilau mirip iklan sampo itu duduk di bangku yang terletak di tepi lapangan. Ara menunduk sambil sebelah tangannya menyelipkan rambut yang menutupi pandangannya ke belakang daun telinga. Ia berdecak melihat sepatu putihnya kotor terkena cipratan air hujan.
Ara tidak suka hujan, karena baginya itu pertanda jika sedang ada seseorang bersedih. Pemikiran yang aneh? Memang. Tapi Ara suka lukisan langit ketika hujan usai. Saat pasukan awan hitam menyingkir dan sinar matahari menerobos ke celah-celahnya. Definisi fatamorgana yang tak ada duanya. Dan Ara sedang menunggu hal itu terjadi.
Ara membuka notebook biru pastel yang selalu ia bawa kemana-mana. Benda itu sudah seperti teman bagi Ara, yang menampung keluh kesah dan senangnya yang tertuang dalam tulisan.
Benda itu juga yang membawa Ara pada Ketua Demos. Ya, Ara sempat berpikir begitu. Lucunya, pernah suatu malam saat akan tidur, Ara melihat notebooknya membuatnya terbayang wajah laki-laki itu. Kemudian Ara merasa merinding begitu mengingat jabatannya, saking kepikirannya sampai terbawa mimpi.
Ara mengeluarkan pena jeruk dari sakunya, bersiap menulis. Tapi ia tidak ada ide untuk dituangkan. Maka ia mengedarkan pandangannya pada sepenjuru lapangan.
Ekstrakurikuler baris-berbaris, taekwondo, dan latihan upacara terpaksa dihentikan karena hujan deras. Namun lapangan sore ini tidak sepi. Beberapa murid laki-laki berlarian di bawah guyuran air hujan, saling berebut bola, bercanda gurau, terbahak tanpa beban.
Ada tiga cowok yang menarik perhatian murid-murid yang sedang melintas. Kenzo, Aaron, dan Kaemon. Tidak dengan Carlo, cowok itu lebih memilih duduk di pinggir lapangan tak jauh dari Ara dengan earpod menyumpal kedua telinganya.
“Kayak anak kecil,” gumam Ara menarik sebelah sudut bibirnya. Mengamati kelakuan Kenzo yang sedang tertawa lebar seraya menari-nari setelah berhasil mencetak gol untuk kesekian kalinya.
Ara memicing, menyadari Kenzo tidak lagi mengenakan seragam sekolahnya. Cowok itu mengenakan kaos hijau army dan celana pendek berwarna krem memperlihatkan kaki jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu keriting. Entah, mungkin Kenzo sudah menyiapkannya sejak awal jikalau hujan turun.
Bibir Ara sedikit melengkung ke atas, kadang lucu juga melihat tingkah anak-anak berandal yang tidak pernah kehabisan ulah. Dibalik sisi buruk mereka, pasti ada sisi baiknya. Coba kalau tidak ada mereka sekolah juga bakal monoton, begitu-begitu saja, tidak ada yang spesial dari masa putih abu. Kurang pasokan vitamin. Guru BK juga kekurangan kerjaan. Jadi, intinya keseimbangan ekosistem di sekolah itu penting.
Ara segera menunduk ketika iris matanya bertubrukan dengan manik mata coklat gelap milik-nya.
Ara mengatur degup jantungnya yang sempat berpacu cepat karena terkejut. Lalu ia mulai menulis rangkaian kalimat pada halaman kosong notebooknya.
Katanya gangster itu terkenal nakal, bandel, berandal, kejam.
Tapi ternyata enggak semuanya seperti itu.
Dia emang bandel, nakal, tapi dia baik, kelihatannya...
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Demos [ON GOING]
Teen FictionAda banyak hal yang harus Kenzo lindungi dalam hidupnya. Keluarga. Demos. Sahabat. Pacar. Apa yang sudah ia miliki harus dijaga. Karena diluar sana beberapa orang berlomba merebut kebahagiaan. Kenzo Danuarta Alatas. Laki-laki ramah dan baik hati. Ke...