TIARASYITA Dewi Anjani Putri.
Nama itu terlintas begitu saja dalam benak Kenzo. Kata Aaron, mereka satu angkatan. Tapi mengapa Kenzo bisa tidak mengenalnya? Tiga tahun menjadi murid SMA Pancawala namun Kenzo bahkan tidak mengenal teman satu angkatannya.
Gadis itu ... menarik. Rambutnya panjang cocok dengan kulit kuning langsat. Parasnya jelita, meski terlihat natural tanpa make-up sekalipun. Polos, tidak banyak tingkah. Sederhana, dan...
"Abwang pilih yang mana, perawan atau janda?" nyanyi Kaemon mencolek dagu Kenzo. Ia berkolaborasi dengan Aaron dan Raya tengah menggelar konser dadakan di kelas. Berhubung belum ada guru yang masuk.
"Yang mau aje lah," sahut Kenzo mendengus sebal.
Lamunannya buyar seketika. Ngomong- ngomong, kenapa ia jadi memikirkan sosok itu? Mungkin karena notebook biru pastel yang belum sempat Kenzo kembalikan. Kenzo sih, niat mengembalikan. Tapi keterusan lupa hingga sekarang.
Kenzo menyambar tangan Carlo yang memegang permen jelly lalu mengarahkan pada mulutnya.
"Bangke," rutuk Carlo memukul pipi Kenzo. Tidak terima permen terakhirnya berakhir di mulut Kenzo.
"Kalo sama dedek, mau gak bwang?" Kaemon mengedip-edipkan matanya kembali menggoda bapak ketuanya.
"Jijik, Mon." Kenzo mendorong dahi Kaemon dengan telunjuknya.
"Eh, anjir. Muka lo, cocok juga, Mon." Aaron terbahak.
"Enak aja. Maksud lo apa? Hah?!"
Raya memilih duduk menonton adegan selanjutnya tak lagi ikut nimbrung Aaron dan Kaemon. Seru nih, pasti.
"Nah, kalo gini kayak banci lampu merah lagi ngamuk," komentar Aaron.
"Sialan, kamu mas. Kamu nggak ingat..."
"Apaan?" sela Aaron.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada kuh sampai seperti ini?" Kaemon mendramatisir keadaan. "Mas, yang kamu lakukan pada saya itu, sungguh ter-la-lu."
"Lah, ngapa jadi gue?" Aaron menggaruk kepalanya bingung.
Kenzo tak mau kalah. Ia berlagak seperti Ibu-ibu dengan menyambar jaket Carlo yang tersampir di kursi lalu mengenakannya seperti hijab.
"Ya allah, Nak. Ibu tidak pernah mengajarimu menyia-nyiakan anak gadis. Kasian dia, bayar utang gorengan aja belum lunas. Masih kamu selingkuhin, iya?" ujar Kenzo berakting memarahi Aaron.
"Dia itu pencuri, Buk. Mana barang curiannya gak elit lagi, gorengan gigitan." Aaron memandang Kaemon sok jijik.
Satu kelas terbahak melihat drama tiga laki-laki most wanted itu. Hanya Carlo yang tetap mempertahankan gaya khas sok cool-nya. Ia tak habis pikir dengan tingkah teman-teman ajaibnya. Mereka bisa menjadi apa saja. Di sekolah berandal, biang onar. Di luar mereka adalah komplotan beringas yang banyak musuh.
"Sakit lo pada," ketus Carlo. Tertawa juga.
Kenzo menyeka sudut matanya. Sejak bertemu dengan makhluk spesies macam Kaemon dan Aaron selera humornya menurun.
Kelas kembali tenang ketika konser dadakan selesai. Dua biduannya duduk diatas meja kelelahan. Sekarang berganti kerumunan perempuan ribut berteriak, memaki, sampai salto. Entah apa yang mereka tonton sampai sebegitunya.
"Berisik, woy!" teriak Aaron.
Siska juga ikut terlibat lantas menoleh. "Apa?!"
Aaron terkejut lalu meringis. Nyalinya seketika mencium berhadapan dengan sang kekasih. "Eng-enggak jadi, yang. Lanjutin."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Demos [ON GOING]
Teen FictionAda banyak hal yang harus Kenzo lindungi dalam hidupnya. Keluarga. Demos. Sahabat. Pacar. Apa yang sudah ia miliki harus dijaga. Karena diluar sana beberapa orang berlomba merebut kebahagiaan. Kenzo Danuarta Alatas. Laki-laki ramah dan baik hati. Ke...