20. | Bantuan Ara

204 9 0
                                    

"Pemimpin yang baik seharusnya memberi contoh yang baik bagi anggotanya."
- Tiarasyita


➖➖➖➖➖➖   D  E  M  O  S   ➖➖➖➖➖➖




ARA mempercepat langkahnya menuruni tangga. Ia melihat dua orang anggota pmr yang mengenakan rompi putih tengah mengobrol di depan UKS.

“Permisi,”  kata Ara membuat dua orang itu menoleh. “Eh, di dalam masih ada orang?” tanyanya to the point.

Salah satu dari mereka mengangguk. Ara kenal perempuan ini, adik kelasnya yang bernama Sani. “Masih, Kak.  Cewek yang pingsan tadi sama temen-temennya. Ramai banget mereka, kita mau ngingetin tapi gak enak.” Ia sedikit mengecilkan suaranya.

Ara menggigit bibirnya. “Mmm, ya udah kalian balik ke kelas aja gak pa-pa, mau mulai pelajaran kan?”

Sani dan temannya mengangguk.

“Biar aku yang kasih peringatan mereka,” ucap Ara lagi.

“Tapi, Kak,” sela Sani. Sepertinya ia mengatakan sesuatu tapi ragu.

“Enggak pa-pa kok.” Ara tersenyum meyakinkan.

Akhirnya kedua anggota pmr itu mengiyakan perintah Ara. Mereka lalu meninggalkan Ara seorang diri di depan pintu UKS yang tertutup.

Ara menghela nafas berat, berdoa dalam hati semoga tidak terjadi hal buruk ketika ia membuka pintu di depannya.

Ia heran ketika mendapati suasana UKS yang sunyi. Tadi bukannya anak pmr itu bilang jika di dalam sangat ramai? Namun yang Ara temukan justru kebalikannya.

Sayup-sayup terdengar suara orang mengobrol. Ara meneruskan langkahnya, suara itu mendadak hilang ketika ia mendekati satu bilik khusus perempuan yang tertutup. Dengan sedikit ragu, Ara menyingkap tirai putih yang menutup bilik tersebut.

“Ra?”

Ara mengernyit, mendapati Kenzo berdiri di sebelah Raya yang tengah terbaring. Cowok itu terlihat agak terkejut dengan kedatangannya.

“Sori, ganggu. Gue cuma mau pastiin…” Ara menoleh pada Raya. Yang dibalas dengan putaran bola mata. Ara meringis samar, kemudian buru-buru menutupinya dengan senyum kecil lantas mengangguk pada Kenzo.

“Kayaknya semuanya aman. Kalau gitu gue balik kelas dulu,” pamitnya tidak ingin terlalu lama berada disana.

“Ara?” panggil sebuah suara menghentikan langkah Ara yang hendak pergi. Kepala Kaemon muncul dari kolong tempat tidur Raya diikuti empat kepala lain.

Pipi Ara menggembung menahan tawa melihat kelima orang itu berdesak-desakan dibawah sana. “Kalian ngapain?” tanyanya.

“Ngumpet,” sahut Carlo polos.

“Tadi kita pikir Pak Buya yang bakal dateng,” jelas Aaron.

“Pak Buya? Dimana?” tanya Ara celingukan.

Kenzo geleng-geleng kepala tak habis pikir. “Mana ada Pak Buya rambutnya panjang pake rok lagi. Minus ye mata lo pada,” hardiknya.

“Ya, namanya juga waspada,” balas Kaemon.

Carlo lebih dulu keluar dari sarang persembunyian mereka. Tidak sengaja sehelai rambut Siska menyangkut di gelangnya.

“Aduh aduh,” rintih Siska memegangi kepalanya. “Carlo, rambut gue!” teriaknya.

“Gak sengaja,” kata Carlo sambil melepaskan helaian rambut Siska yang menyangkut di gelangnya.

Satu persatu dari mereka keluar dari kolong tempat tidur Raya. Ara yang memperhatikan kericuhan itu menahan tawanya. Ketika tatapannya bertemu dengan Kenzo, cowok itu hanya mengangkat bahu. Mungkin artinya tidak peduli atau justru malu dengan kelakuan teman-temannya.

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang