5. | Warung Mbak Laela

488 34 0
                                    

Typo kasih tau ya, guys.
Happy reading:)

...

JAM pulang sekolah adalah saat-saat warung di persimpangan jalan sekolah itu ramai berkumpul anggota Demos. Wanita berusia tiga puluh lima tahun yang kerap disapa anak-anak Demos dengan sebutan Mbak Laela. Awalnya ia iseng membuka warung kecil di depan halaman rumahnya. Lama-kelamaan anggota Demos terdahulu mulai sering nongkrong disana. Hingga sampai turun temurun ke angkatan Kenzo sekarang ini.

Kenzo menggigit gorengan ditangannya. Sementara pikirannya masih terbayang dengan pemilik notebook biru itu. Ia baru saja melihat gadis itu pulang melewati warung mbak Laela yang memang tempatnya strategis. Dari sini Demos bisa nongkrong santai sambil tetap mengawasi sekolah. Jika ada musuh datang, maka mereka siap menahan sebelum tiba di SMA Pancawala.

"Tiarasyita itu murid baru?" tanya Kenzo lebih terdengar seperti bergumam.

"Tiarasyita?" beo Aaron di dekatnya. Ia menutup laptopnya setelah menyelesaikan tugas bahasa inggris yang sudah melewati batas deadline. Ia lantas menoleh pada Kenzo yang masih termenung. "Tiarasyita Dewi Anjani maksud lo?"

"Lo kenal?" Kenzo membelalak.

"Lha, dia seangkatan sama kita."

"Kok ... gue gak tau." Bingung Kenzo.

"Lo nya sibuk ama Ibu Negara," cibir Aaron sambil melirik Raya yang sedang memaksa Carlo untuk membantunya menghitung uang kas anak Demos.

Kenzo mengedikkan bahunya. Memilih tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Aaron. Cowok itu sudah berpindah di sebelah Siska.
"Assalamualaikum, kawan kawan kawin," seru Kaemon baru saja datang. Wajahnya sumringah sambil menenteng gitar akustik.

Kaemon menghampiri penjual warung yang tengah sibuk membuatkan pesanan minuman. Ia kemudian bertanya, "Mbak Laela, mbak tau gak bedanya mbak sama gitar spanyol?"

Orang-orang yang ada di warung Mbak Laela langsung ricuh mendengarnya. Kaemon semakin bersemangat untuk melancarkan aksinya.

"Enggak," jawab Mbak Laela cuek.

"Kalau gitar spanyol tuh gini-Mbak, liatin napa," cerocos Kaemon memaksa Mbak Laela untuk melihatnya.

"Iya, bawel banget kamu."

"Kalau gitar spanyol tuh gini..." Tangan Kaemon meliuk-lik memperagakan bentuk gitar. "Nah, kalau mbak, gini..." Kali ini Kaemon memperagakan dengan lekukan sedikit berbeda.

Teman-temannya tertawa. Lucu atau tidak yang penting ketawa saja dulu. Menghargai usaha teman yang mencoba melucu.

"Kamu ngejek saya?" amuk Mbak Laela berkacak pinggang.

"Lho, saya membicarakan fakta, mbak," sanggah Kaemon.

"Mas Kenzo ini temennya bawa pulang aja. Masukin karung terus buang selokan," adu Mbak Laela pada laki-laki berompi jeans disudut warung.

Kenzo yang merasa terpanggil, balas menjawab, "Saya rencana mau loakin di pasar gelap, mbak. Tapi nunggu dia dapet cewek dulu."

Tawa mereka menyembur, membuat Kaemon cemberut. Tidak terima mendengar ejekan Kenzo.

"Lo tunggu sampai cucunya cucu kucing gue beranak juga gak akan ada yang mau sama Doraemon," ledek Raya.

"Buset, panjang amat silsilahnya," tanggap salah satu anggota Demos yang lain.

"Panjang ya, Ray. Kayak marga lo besok. Freya Kristy Bratadika," celetuk Kaemon menyengir.

Raya melotot. "Ngomong sekali lagi gue sumpel mulut lo pake cabe!"

The King Demos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang