Bagian 38

408 76 1
                                    

Sembilan pasang mata menatap satu sosok, kesembilan orang yang sudah terkenal dengan kemampuan sihir yang diatas rata-rata dari penyihir lainnya, sekaligus kesepuluh orang yang bertanggung jawab atas kedamaian satu benua.

Begitupun dengan Akademi Fiore serta kekaisaran yang tidak bisa melakukan apapun saat kesembilan orang itu sudah turun tangan dan memanggil langsung untuk meminta pertanggung jawaban atas kejadian yang terjadi.

Kerusakan, kehacuran, dari peperangan hingga merugikan banyak orang.

"Kali ini lebih rumit dari sebelumnya,"

"Banyknya bangunan yang hancur dan mereka memilih memulainya dari ulang sendiri,"

"Keterlaluan! Meski begitu sebisa mungkin dihindari!"

"Menyerang Guild lain tanpa persetujuan itu termasuk larangan!"

"Kaisar tidak akan tinggal diam!"

'Brak'

"Kali ini apa yang bisa kau sangkal?.. Lichtalia (Namamu)..?" kedua maniknya menatap tajam, seorang pria tua dengan pangkat lebih tinggi sebagai ketua dewan menatap dingin menunggu jawaban.

"Aku akan mengembalikan-"

"Kau selalu menjawab hal yang sama!"

"Apa dengan begitu mereka akan jera?!"

"Kau terlalu memanjakan mereka! Maka dari itu mereka selalu membuat kekacauan!"

Semua mata mengarah padanya, menunjuk dirinya seorang.

Gadis bermanik emas, berkemampuan sihir tinggi yang dikagumi serta dihormati banyak orang. Hidup sebagai nona bangsawan dengan memiliki fisik sempurna (kecuali tingginya) yang selalu ditatap iri dan banyak orang yang menginginkannya.

Kini hanya bisa terdiam, tidak bisa menyangka jika semua tuduhan yang diebrikan dewan sihir adalah sebuah fakta yang terlihat dan tidak lagi bisa ditutupi,

(Namamu) Lichtalia, yang selalu dikagumi dan di anggap bisa melakukan apa saja. hanya seorang manusia biasa faktanya.

Dengan gelar yang dimilikinya, beban yang di tanggung pundaknya kian memberat dan membuatnya terkadang merasa lelah dan ingin berhenti. Hidup seperti game tidak terlalu menyenangkan dan hanya membuatnya merasa terbebani.

Banyak orang yang menatap penuh harap padanya, sebisa mungkin (Namamu) melakukannya. Tapi faktanya, tidak sesuai.

"(Namamu) Lichtalia!"

"Tuan!-" (Namamu) menatap tegas, "hal ini bukan salah Guild Fairy Tail! Mereka yang menyerang lebih dulu! Kami hanya-"

"Menyerang dan membuat keributan di kota?!"

"Apa kalian semua pendendam?!"

"Apa semua anggota Fairy Tail hanya membuat ulah dan-"

'Sret'

'Duar'

Sebagian tempat ruang dewan hancur dalam hitungan detik, bersamaan dengan sisa kilatan petir dan api yang berada di sekitar reruntuhan. Kesembilan dewan sihir itu bungkam dalam hitungan detik, tidak lagi berkomentar.

"Tuan.. tolong jangan seperti ini.." (Namamu) menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, hanya butuh beberapa detik bagi gadis itu menenagkan diri. Lalu kembali duduk dengan tenang,

"Aku sudah memberikan laporan lengkap sebelumnya pada kalian," salah kakinya ia silangkan, "apa kalian mengabaikannya?" (Namamu) memangku kepalanya dengan kedua tangannya, "aku sudah membereskan sesuatu hal yang merepotkan.. seharusnya berterima kasih dong,"

Fairy Tail x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang