Bagian 44

177 35 6
                                    

"Aku tidak pernah mengumumkan jika asramaku menjadi tempat perkumpulan anggota asrama yang lain," sebisa mungkin aku tersenyum, menahan diri untuk tidak melempar dan mengusir sosok yang baru saja menerobos masuk meski sudah di larang kesekian kali.

Tidak ada tanggapan, dia hanya diam tidak mengatakan apapun. Kalau seperti ini mau ditinggal juga catatan milik (Namamu) bisa di bongkar semuanya, penelitian yang disembunyikan (Namamu) akan sia-sia jika dibaca orang lain.

'Sret'

"Misi?" salah satu alisku terangkat, selembar kertas yang masih terlihat baru tergeletak diatas meja. Aku menatap kearahnya, sosok pemilik sihir petir yang tidak mengatakan apapun dan hanya menatap lurus, "Laxus, kalau kau tidak mengatakan sesuatu, aku juga tidak akan tau,"

"Apa yang kau bicarakan dengan laki-laki berkacata mata itu?"

He..?

Aku kembali melihat kearahnya, beberapa kali menatap kearah kertas misi ranked S dan Laxus secara bergantian, masih mencari tau hubungan antara misi dan Loke yang beberapa saat lalu berbicara denganku.

"Laxus, misinya bencana alam," aku mengingatkan setelah membaca kembali lembar misi secara jelas,

"Apa yang kau bicarakan dengan pria itu?" Laxus mengulang pertanyaan yang sama,

Dari sekian banyak anggota yang aku temui, sedikitpun aku masih sulit mengerti jalan pikirnya. Mengejutkan saat mendengar cerita (Namamu) memiliki hubungan yang baik dengan pria ini, kira-kira apa yang dilakukan (Namamu) sampai bisa membuat pria ini tertarik dan menuruti perkataannya?

"Laxus,"

"(Namamu),"

Aku menghela napas, memijat kening pelan. Belum misi saja kepalaku mendadak sakit, mereka ini kalau aku bicara jujur pasti tidak akan diizinkan dengan berbagai alasan, berbohong saat ini juga mereka pasti akan mencurigaiku lebih lama, memang jalan terakhir adalah menghindari, tapi Laxus terlihat menuntut jawabannya sekarang.

'Sret'

"Aku kerjakan sendiri deh," mengambil kertas, lalu mengambil mantel yang berjarak dekat, "kalau kau tidak mau aku pergi sendiri saja," melambaikan tangan, memilih pergi saat ini memang pilihan terbaik untuk menghindari pertanyaan.

'Sret'

'Pluk'

Panas...

Padahal cuaca masih terik, kenapa pria ini justru meletakkan mantelnya diatas kepalaku?!

"Katanya cuaca di sana tidak stabil, kau bisa membeku sebelum misi selesai,"

Laxus berjalan lebih dulu, bahkan pertanyaan yang diajukan kedua kali itu tidak lagi dipermasalahkan, aku terdiam beberapa saat mencerna. Lalu tersenyum senang, aku tidak menyangka jika rencanaku akan berhasil dengan mudah.

"Sepulang misi kita mampir ke toko kue?" tanganku menutup pintu dan menguncinya menggunakan sihir,

"Akan aku berikan jika kau menjawab pertanyaanku,"

Aku menatap lurus sambil berjalan di belakangnya, "hadiahnyakan cukup besar, aku bukan anak-anak lagi. Jadi kalian tidak perlu mengurus keuanganku lagi," peringatku setelahnya berlari kecil untuk berjalan di sisinya, "ya..?" aku menatap memohon padanya, "aku dengar ada menu baru di sana..."

Laxus melirik, langkahnya masih sama, "kau berhubungan dengan pelayan toko?"

Aku mengangguk, "pelayan mengabari jika akan ada diskon khusus untukku jika kembali ke sana! Bahakan kokinya membuat menu baru khusus untuk aku coba!! Mereka baik sekali Laxus!" aku berucap senang, kembali mengingat surat yang kuterima 1 hari lalu.

Fairy Tail x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang