Bagian 47

151 31 0
                                    

Kertas yang berserakan, pintu yang terkunci, tidak lupa dengan sihir pendeteksi setiap kali ada beberapa siswa yang mendekat, sekedar lewat ataupun berniat memberikan laporan- meletakkan beberapa kertas penting di atas meja kerja.

"Aku sudah menyimpannya," ia masih ingat jelas bagaimana (Namamu) di masa ini meletakkan di kamar asrama, namun untuk kembali meneliti (Namamu) membawanya ke akademi, tidak ingin tertangkap basah oleh para anggota yang selalu singgah di asramanya.

"Ketemu!-"

'Tok tok tok'

"(Namamu)-san, apa kau ada di dalam?"

(Namamu) menjerit tertahan, menyimpannya kertas misi itu ke dalam ruang khusus penyimpanannya dan membuka pintu dengan senyum semanis gula, "ada apa?" (Namamu) berkata ramah,

"Aku memberikan laporan ujian praktek yang harus diserahkan pada dewan sihir minggu ini," kedua manik siswa itu melirik kearah belakang (Namamu), terlihat janggal- tidak ada Erza yang biasa membantu mengurus dokumen yang terlihat berantakan.

"Apa kau sibuk?"

"Apa ada yang penting lagi?"

Siswa itu terdiam, lalu menggeleng, "apa aku bisa meletakkannya di atas meja? Kau bisa melihatnya dulu dan memberikannya pada dewan sihir," siswa itu memberi saran,

"Begini-"

Siswa itu berhenti di tempat,

"-ada beberapa hari aku tidak bisa kembali ke akademi," (Namamu) tersenyum, "sebaiknya diberikan pada dewan sihir langsung bukan? menungguku hanya membuang waktu sedangkan, nilainya diperlukan secepat mungkin kan?"

Siswa itu terdiam beberapa saat, mengernyitkan kening, tidak seperti biasa (Namamu) akan meminta untuk langsung memberikan hasil ujian pada dewan sihir. (Namamu) di masa ini terbiasa mengerjakan segala sesuatu sendiri, dan menyerahkan hasilnya pada dewan sihir setelahnya.

"Kau yakin?"

(Namamu) tersenyum dan menepuk pundak siswa yang masih menatapnya curiga, "cuman beberapa hari, tolong katakan pada yang lain ya!"

(Namamu) meninggalkan ruangan, siswa yang membawa setumpuk kertas itu menatap terkejut kearah (Namamu) yang meninggalkannya seorang diri,

"Apa (Namamu)-san sekarang sudah sadar jika menjadi ketua komite akademi dan penyihir suci sangat berat ya?"

Fairy Tail by Hiro Kashima

Fairy Tail x Reader By RamaLina

Langit senja terlihat lebih cerah dibandingkan siang hari yang begitu terik, ditemani dengan angin sejuk yang berhembus pelan, matahari perlahan terbenam dan bergantian dengan bulan yang bersinar.

Hangat cahaya matahari yang sejak tadi menyelimuti tubuhnya, perlahan berubah menjadi sejuk saat sinar rembulan bersinar terang tanpa awan yang menutupi. Sihir yang terbuang banyak saat latihan, perlahan pulih kembali.

Tubuhnya bergerak, mencoba bangkit dengan keadaan tubuh yang lebih segar dibandingkan sebelumnya. manik emasnya melirik kesekeliling, menjelajah tempat yang ia pakai sebagai media latihan.

Pohon-pohon yang tumbang, sebagian tanah yang hancur dan terbelah, sisa-sisa es yang masih tertancap, dan beberapa pohon yang masih terbakar akibat sengatan listrik dan semburan api, beruntung tidak ada makhluk hidup di sekitar.

(Namamu) menghela napas, tangannya bertepuk sekali dan tempat kesekelilingnya berubah menjadi sedia kala tanpa kerusakan.

"Menyempurnakan sihir ya ... mengatakannya sih gampang," manik emasnya kini melirik kearah kertas misi rank S yang bertepatan di hutan terlarang, "apa orang iseng yang meletakkan misi ini? Angka hadiahnya gak normal, tapi melihat (Namamu) yang memiliki tabungan cukup banyak, kayaknya misi ini memang serius,"

Fairy Tail x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang