Part 37

151 25 2
                                    

Happy Reading!

Alin berlari mengikuti langkah kakinya ia benar-benar tidak bisa berfikir saat ini, entahlah kakinya akan membawa dirinya kemana saat ini intinya ia ingin menjauh dari Ari oh menyebut namanya saja Alin sudah malas. Saat Alin masih berjalan di pinggir jalan tiba-tiba cuaca menjadi mendung dan mulai gerimis. Rintik demi rintik menerpa wajah Alin sepertinya sebentar lagi akan turun hujan deras, dengan cepat Alin pun mencari tempat berteduh agar bajunya tidak basah. Ia pun berhenti di salah satu halte bus yang tampak sepi. Sesampainya di halte bus hujan pun langsung turun dengan derasnya di iringi dengan kilat kilat dan juga halilintar Alin jadi takut sekarang karena keadaan saat ini sangatlah sepi tak ada kendaraan yang berlalu lalang.

"Di-dingin. Aduh mana ngga ada bus atau taksi yang lewat lagi, gimana nih? Oh iya aku telpon pak Budi buat jemput aku aja," ucap Alin lalu tangannya pun mulai membuka tasnya dan mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi panjang tersebut.

Dengan cepat pun Alin mulai mencoba menyalakan ponselnya namun nihil ponselnya mati. Ia baru ingat bahwa semalam ia lupa mengisi daya baterai ponselnya jadilah sekarang ponselnya mati.

"Aish .... Kenapa harus mati sekarang sih?! Sekarang gimana caranya hubungin pak Budi atau pesen taksi online mau ngga mau aku harus nunggu disini," keluh Alin.

Di sisi lain Ari sedang mengendarai motornya sambil hujan-hujanan untuk mencari Alin, pikirannya jadi kacau karena Alin bahkan keberangkatannya untuk touring di tunda karena masalahnya dengan Alin. Mana mungkin ia meninggalkan Alin dengan keadaan seperti ini andai saja tadi ia tak kelepasan saat berbicara pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Ari takut jika terjadi sesuatu pada Alin, tapi semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Alin. Jika itu benar-benar terjadi Ari tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

"Alin. Kamu dimana sih? Aku khawatir Lin," lirih Ari. Ari sudah mencari Alin kemana-mana namun belum menemukan keberadaan Alin sama sekali, hujan pun juga turun sangat deras dan tentu itu membuat Ari semakin takut terjadi sesuatu pada Alin.

Saat Ari mengendarai motornya melewati trotoar jalan yang terdapat halte bus matanya menangkap sosok perempuan yang sedang memeluk dirinya sendiri. Sepertinya perempuan itu sedang menggigil kedinginan dan Ari mengenal sosok perempuan tersebut siapa lagi kalau bukan Alin pacarnya sendiri. Dengan pelan pun ia mendekat ke halte bus tersebut. Ari menuruni motornya lalu perlahan melangkah mendekat Alin. Sepertinya Alin masih tak mengetahui keberadaan Ari karena suara hujan yang sangat keras jadilah ia tak berbalik menghadap Ari.

"Alin." panggil Ari.

Mendengar namanya di panggil Alin pun langsung berbalik melihat pemilik suara yang memanggil namanya. Alin terkejut ketika melihat pemilik suara tersebut adalah Ari, sedang apa Ari di sini? Bukan kah ia ingin pergi bersama temannya? Untuk apa ia menemui Alin lagi? Apakah Ari lupa jika Alin tidak ingin bertemu dengannya lagi? Begitu banyak pertanyaan di kepala Alin saat  ini namun ia jadi malas menanyakannya karena melihat wajah yang ada di depannya.

Mood Alin seketika hancur ketika melihat Ari. Alin pun mulai berdiri dari duduknya lalu berlari meninggalkan Ari sendiri, namun baru saja Alin ingin berlari tiba-tiba tangannya di cekal oleh Ari. "Kamu mau kemana? Aku baru aja nyampe, lagian hujan nanti kamu sakit," ucap Ari.

"Apa peduli lo kalau gue sakit? Dan ngapain juga lo di sini? Lo lupa? Kalau gue udah ngga mau ketemu sama lo lagi!" ucap Alin.

"Apa peduli aku? Aku ini pacar kamu Lin jadi aku berhak buat peduli sama kamu," ucap Ari sembari memutar badan Alin agar berhadapan dengannya.

"Apa? Pacar lo? Oh pacar yang suka ngatur-ngatur lo itu? Gue kira lo udah ngga anggap gue jadi pacar lo soalnya tadi lo bilang Lo ngga suka di atur sama gue," komentar Alin.

"Kamu ngomong apa sih? Kamu itu pacar aku Lin. Dan selamanya akan tetap begitu ngga ada kata-kata putus kamu ngerti? Soal tadi aku minta maaf karna aku kelepasan ngomongnya aku nggak tau kalau tadi aku bakalan ngomong kaya gitu sama kamu. Please maafin aku." sesal Ari.

"Aku mau maafin kakak asal kakak nikahin aku." ucap Alin tiba-tiba hingga membuat Ari melotot. Ari pikir Alin akan meminta putus darinya namun ternyata tidak melainkan Alin malah minta di nikahi? Why? Apakah Alin sudah kehilangan akal?

"Kamu ngomong apa sih? Jangan becanda deh Lin masa minta nikah?"

"Aku ngga becanda, aku ngga mau jadi pacar kakak selamanya aku mau jadi istri kakak. Biar aku bisa ngatur-ngatur kakak sesuka aku dan biar kakak ngga bisa protes lagi karna aku pacar kakak. Jadi sekarang kakak mau aku maafin atau ngga?"

"Ngga gitu caranya Lin. Kita ini masih muda aku belum lulus sekolah dan kamu juga masih kelas sepuluh loh masa iya kamu mau nikah di usia yang masih dini? Nanti kamu gendong anak terus temen-temen kamu pada sarjana dan sukses emangnya kamu ngga iri?" tanya Ari pada Alin hingga membuat Alin berfikir sejenak.

"Umm .... Iya juga sih nanti aku jadi mama muda dong. Ta-tapi bagus dong nanti umur aku sama anak aku ngga beda jauh," ujar Alin dengan santainya.

"Nggak, nggak Alin. Denger yah aku pasti nikahin kamu tapi nanti saat aku udah mapan, aku udah punya pekerjaan, dan aku udah cukup dewasa buat jadi suami kamu. Kalau sekarang aku belum siap Lin kamu sabar yah?" ucap Ari mencoba membuat Alin mengerti.

"Bener? Tapi kalau aku kaya tadi lagi gimana? Kalau aku ngatur-ngatur kakak lagi gimana?" tanya Alin.

"Nggak papa aku ngga peduli." jawab Ari.

"Beneran? Tapi kak sebenarnya tadi aku ngga berniat ngatur kakak, aku cuma ngga mau terjadi sesuatu sama kakak, aku khawatir kak." lirih Alin.

"Udah lupain aja, aku juga minta maaf yah soalnya tadi udah bentak-bentak kamu."

"Iya aku maafin, terus kakak kok di sini? Bukannya mau touring sama temen kakak yah?"

"Mana mungkin aku pergi ninggalin kamu saat-saat seperti ini? Jadi touringnya di undur jadi besok," ujar Ari takut-takut di kata-kata terakhirnya. "Nggak papa kan Lin aku pergi?" lanjutnya. Alin tersenyum. "Ngga papa kok, asal kakak jaga diri kalau pergi terus kabarin aku terus setiap saat," ucap Alin lalu memeluk pinggang Ari lalu Ari pun membalas pelukan Alin.

Alin ada-ada aja sih masa orang berantem minta nikah. Jadi gimana part ini? Jangan lupa vote and komen guys!
.
.
.
.
.
.
.
Salam manis dari Alya^3^

ALIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang