Part 44

264 21 0
                                    

Happy Reading!

Pagi-pagi sekali Ari sudah siap untuk joging dengan pakaian trainingnya ia berfikir untuk berlari untuk beberapa putaran karena ia sudah cukup lama tidak melakukan joging. Baru saja Rafa turun dari tangga ia langsung melihat Ari mengikat tali sepatunya.

"Mau joging Ri?" tanya Rafa.

"Iya nih Bang, gue udah lama nggak joging." jawab Ari.

"Gue ikut yah, bentar-bentar gue ganti baju dulu," ucap Rafa kemudian kembali memasuki kamarnya untuk berganti pakaian.

"Cepet bang ntar siang loh, ini aja udah jam enam lewat lima," ucap Ari.

Tak menunggu lama Rafa pun keluar dari kamarnya menggunakan pakaian training yang pas di tubuhnya.

"Udah?" tanya Ari.

"Udah." jawab Rafa. Kemudian mereka berdua pun pergi keluar rumah untuk berlari santai.

Di sepanjang jalan mereka berlari selalu saja ada cewek-cewek yang meneriaki mereka namun keduanya tak menanggapi teriakan-teriakan tersebut. Mereka memilih fokus untuk berlari saja. Sebenarnya Ari berlari hanya untuk meluapkan emosinya bahkan mungkin setelah joging ia akan terus ke tempat gym untuk berolahraga sebentar. Saat mereka telah sampai di sebuah taman kota, mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar.

"Gue tau lo pasti kepikiran omongan Ayah," ucap Rafa memulai percakapan.

"Kalau gue nggak kepikiran mungkin gue gila kali Bang. Gue nggak mau melawan sama Ayah tapi gue juga cinta sama pacar gue," ucap Ari dengan tatapan kosongnya.

"Gue tau Ri, nanti kita bicara sama ayah baik-baik aja. Semoga ayah bisa ngertiin perasaan lo," ucap Rafa kemudian tangannya terangkat untuk merangkul adiknya.

Alin berjalan membawa keranjang pasar bersama asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya. Ia ingin ikut pergi ke pasar karena bosan di rumah. Lagi pula jika di pasar ia bisa membeli banyak makanan atau aksesoris lainnya. Hitung-hitung membantu Bi Inah berbelanja.

"Non. Non Alin nggak usah ikut ke pasar, di rumah aja nanti bau loh di pasar," ucap Inah, pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Alin.

"Ngga Bi, aku mau ikut ke pasar. Sini tasnya aku yang bawa," tolak Alin.

"Aduh, non Alin 'kan nggak pernah ke pasar," ucap Inah khawatir.

"Aku pernah ke pasar kok Bi, waktu itu aku dapet tugas sekolah buat wawancara sama pedagang yang ada di pasar," ucap Alin. Mau tak mau Inah pun mengiyakan permintaan Alin untuk ikut ke pasar bersamanya.

Pasar yang mereka datangi tak begitu jauh dari rumahnya jadilah mereka memutuskan untuk berjalan saja. Sekalian olahraga pagi kata Alin. Begitu Alin dan Bi Inah melewati sebuah taman mata Alin menangkap seseorang yang sangat dekat dengan dirinya. Orang tersebut sepertinya sedang berbincang dengan teman laki-lakinya namun Alin merasa asing dengan orang tersebut.

"Kak Ari!" panggil Alin. Membuat si pemilik nama tersebut berbalik. Alin pun berlari ke arah Ari namun sebelum pergi Alin terlebih dahulu menyuruh Inah menunggunya. "Bi, aku mau ke sana dulu yah. Bentar doang kok," pamit Alin kemudian Inah mengangguk mengiyakan.

Begitu Alin sampai ia tersenyum kepada Ari. "Kamu mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Ari.

"Mau ke pasar bareng Bibi." jawab Alin sembari menunjukkan keranjang belanjaannya.

ALIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang