Part 38

182 29 23
                                    

Happy Reading!

Setelah kejadian kemarin Ari jadi lega untuk pergi touring bersama teman-temannya, akhirnya Alin bisa mengerti Ari. Dan sekarang Ari sudah siap dengan jaket kulitnya persis yang di pakai oleh teman-temannya juga ia memang sengaja membuat jaket persatuannya untuk di pakai saat pergi perjalanan jauh.

"Udah siap semua?" tanya Ari yang di angguki oleh teman-temannya."Oke kita langsung berangkat aja," lanjutnya. Mereka pun mulai menyalakan mesin motornya lalu mulai menjalankannya. Suara motor mereka menghiasi jalan raya dan Ari memimpin paling depan yang berboncengan dengan Azka diikuti oleh Kifli, Rian, dan seterusnya.

****

Alin saat ini sedang menyantap sarapan paginya bersama dengan mama dan papanya berbicara tentang papanya beberapa hari yang lalu papanya telah pulang dari luar kota kepulangan papanya tentu saja tidak dengan tangan kosong melainkan membawa begitu banyak oleh-oleh pesanan Alin pun yaitu tas branded original keluaran terbaru juga di belikan oleh papanya, sungguh papanya sangat menyayangi Alin bahkan papanya lebih sayang Alin dari pada Alisa putri sulungnya. Kalian tau 'kan kalau kebanyakan anak bungsu lebih di sayang dari pada anak sulung, maka seperti itulah Alin dan Alisa tapi tetap saja Mia dan Vano tak bisa membeda-bedakan mereka berdua. Karena sekarang Alisa sedang kuliah maka Alin lah yang di manjakan karena sekarang Alin yang berada di rumah namun bukan berarti Vano maupun Mia melupakan Alisa, mereka tentu saja tetap rajin mengirimkan uang pada Alisa setiap bulan dan juga sering menelepon atau video call.

"Pah aku mau kerumah Puji yah," ujar Alin pada Vano.

"Ngapain ke rumah Puji pagi-pagi?" ucap Vano.

"Umm .... Suntuk aja dirumah jadi pengen ke rumah Puji, lagian temen-temen aku yang lain juga ada di sana," ucap Alin.

"Yasudah boleh. Tapi jangan lambat pulangnya," ucap Vano mengijinkan Alin untuk pergi ke rumah temannya. Vano memang sudah mengenal teman-teman Alin karena dulu mereka selalu datang ke rumah Alin untuk menginap jadi Vano tak asing lagi dengan mereka.

"Makasih Pah." ujar Alin lalu memeluk Vano. "Kalau gitu Alin siap-siap dulu, Alin juga udah selesai sarapan,"  ucap Alin kemudian mencium pipi Vano dan Mia. Vano dan Mia hanya tersenyum melihat tingkah Alin.

Begitu Alin sampai di kamarnya ia pun langsung mengambil ponselnya dan mulai mem vidio call Puji, Ani, dan juga Risa. Tak lama menunggu jawaban mereka tiba-tiba muncullah wajah-wajah The Ghibah Squad.

"Kumpul di rumah Puji yuu," ajak Alin hingga membuat Puji melotot, Puji memang tidak suka jika rumahnya menjadi tempat tongkrongan The Ghibah Squad karena mereka sangatlah rusuh dia jadi capek untuk membereskan semua kekacauan kamarnya karena teman-temannya ini.

"Kok jadi rumah gue sih? Kenapa nggak di rumah lo aja Lin," tolak Puji. Enak saja rumahnya menjadi tempat kekacauan mereka.

"Eh nggak papa Ji, rumah lo aja lagian kita juga udah lama nggak ngumpul di rumah lo," bela Ani.

"Tuh bener tuh kata Ani gue juga setuju kalau di rumah Puji," ikut Risa.

"Kenapa sih Ji kalau di rumah lo? Kita juga ngga bakalan rusuh ya nggak?" ujar Alin.

"Muka lo kek pantat ayam, lo bilang gini karena belum sampai aja. Nanti kalau udah sampai kalian udah kek tarzan masuk kota," komentar Puji pada perkataan Alin.

ALIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang