Part 33

153 27 17
                                    

Happy Reading!

Setelah Alin memasuki kamarnya ia langsung terduduk di balik pintu sambil menangis, kejadian beberapa tahun yang lalu seakan sebuah kaset yang berputar di kepalanya. Dimana Rifki selalu bersikap romantis padanya dan disaat Rifki terlihat menahan sakit di bagian dadanya, yah itu sebenarnya sering terjadi tetapi setiap Alin menanyakannya Rifki  selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja tentu saja Rifki mengatakan itu agar Alin tidak khawatir padanya.

Alin merasa bersalah pada Rifki dan seakan semua terjadi karna dirinya. Alin berfikir mengapa ia tidak bisa peka terhadap keadaan Rifki saat itu? Padahal sudah sangat jelas dengan keadaan Rifki yang sering kesakitan dan juga wajah Rifki yang pucat belum lagi ditambah badan Rifki yang lumayan berisi menjadi kurus. Tuhan mengapa baru sekarang Alin mengetahui yang sebenarnya? Mengapa Alin selalu menganggap Rifki salah padahal bukan seperti itu maksud Rifki, bagaimana bisa Rifki sebaik itu pada dirinya? Jika saja semua ini belum terlambat Alin pasti akan kembali pada Rifki tetapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur Alin kini telah mempunyai kekasih yang begitu sangat menyayanginya tidak mungkin jika Alin meninggalkan kekasihnya begitu saja hanya untuk seseorang yang datang dari masalalunya.

"Maafin gue Ki. Gue ngga bisa apa-apa, gue udah jadi pacar orang dan ngga akan mungkin gue ninggalin pacar gue. Gue cinta sama dia Ki dan begitu pun sebaliknya sedangkan lo cuma masalalu gue, gue minta maaf," ucap Alin sambil menahan isakannya, ia menangis dalam diam, dan percayalah menangis dalam diam lebih pedih dari pada menangis dengan mengeluarkan suara.

Masih terpuruk dengan kebenaran yang baru ia ketahui tiba-tiba ponsel Alin berbunyi dan ketika Alin melihat nama yang naik di ponsel tersebut ia pun seketika menghapus air matanya dan menarik nafas lalu mengeluarkan nya lagi,  semua itu ia lakukan agar si  pemilik nama yang menelfon tadi tidak mengetahui bahwa Alin habis menangis.

"Hallo,"

"Iya, hallo Alin bisa ketemu sekarang?"

"Harus banget sekarang?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Ehh ngga, ngga papa. Mau ketemu dimana?"

"History Caffe, aku tunggu disana."

Tut.

Telpon di tutup sepihak oleh orang tersebut, setelah itu Alin mulai berdiri dan mulai berjalan ke lemari untuk memilih baju yang akan ia kenakan. Dan pilihan Alin jatuh pada celana jeans hitam dan atasan baju polos ungu dengan lengan yang panjang, ia tak membaw tas melainkan hanya memegang hpnya dan mengambil beberapa lembar uang untuk ia kantong.

Setelah siap dengan penampilan sederhananya Alin pun mulai berjalan keluar kamarnya.

"Ma aku mau keluar sebentar yah," ucap Alin pada Mia.

"Jangan lama-lama," ujar Mia pada Alin.

"Iya, kalo gitu Alin pergi dulu mah, assalammualaikum." ucap Alin lalu menyalimi tangan Mia.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh."

Saat sudah berada di depan gerbang Alin langsung bertemu dengan ojek online yang ia pesan, tak menunggu lama pun Alin langsung menaiki motor tersebut. Beberapa menit berlalu kini motor yang di tumpangi Alin kini telah sampai di depan Kaffe yang di sebut oleh seseorang yang menelpon Alin tadi.

"Nih kang uangnya, makasih yah." ucap Alin setelah turun dari motor ojek online tersebut.

"Makasih yah neng, kalo gitu saya pergi dulu," ucap kang ojol yang di balas dengan anggukan kepala dari Alin.

Alin pun masuk ke dalam Kaffe, saat Alin telah masuk matanya langsung tertuju pada seseorang yang ingin ia temui. Ia pun langsung menuju ketempat orang tersebut duduk.

"Hai Kak Ari, ada apa ngajak aku ke sini? Biasanya juga langsung kerumah," ucap Alin. Dan yapp orang yang ingin di temui Alin adalah Ari.

"Nggak papa, aku mau nanya sesuatu," ucap Ari.

"Nanya apa kak?" tanya Alin.

"Tapi mending kamu pesen dulu, Mas saya mau pesen," ucap Ari. Lalu salah satu pelayan Kaffe datang ketempat mereka.

"Mau pesan apa mas?" tanya pelayan tersebut, Ari pun memberi kode pada Alin agar menyebutkan pesanannya.

"Hot cappuccino satu," ucap Alin.

"Baik mbak di tunggu yah pesanannya," ucap pelayan tersebut lalu meninggalkan Alin dan Ari.

"Jadi mau ngomong apa kak?" tanya Alin.

"Tadi pagi aku kerumah kamu," ucap Ari. Mendengar ucapan Ari Alin menjadi ingat kejadian tadi pagi dimana ia langsung memeluk Rifki, percaya atau tidak sebenarnya saat itu Alin reflek ia juga memang membutuhkan pelukan saat itu. Alin jadi takut Ari melihat Alin memeluk Rifki dan salah paham atas semuanya.

"Ka-kakak tadi pagi kerumah? Tapi kenapa ngga masuk?" tanya Alin gugup.

"Soalnya .... Ada tontonan yang nggak bisa di ganggu jadi aku pulang aja," Deg! Benar saja Ari pasti melihat kejadian itu.

"Ma-maksud kakak apa?" tanya Alin lagi takut-takut.

"Aku tau Lin tadi pagi kamu peluk-pelukan sama Rifki di rumah kamu, ini bukan yang pertama kali kalian begitu. Tapi aku diam aja nggak negur kalian karena aku mau dengar dari mulut kamu sendiri penjelasannya." ucap Ari tenang sambil menyeruput secangkir kopi yang ada di depannya.

"Jadi kakak liat?"

"Iya aku liat tapi cuma pas kamu langsung peluk Rifki doang habis itu aku pulang dan saat aku sampai di rumah aku pusing Lin aku mikirin semuanya, apa aku masih kurang sama kamu sampai kamu kaya gitu di belakang aku? Atau mungkin aku dimanfaatin doang? Ini pernah terjadi dan untuk itu aku mau denger penjelasan dari kamu dulu biar aku nggak salah paham."

"Oke, sekarang aku jelasin biar kakak ngga salah paham. Jadi tadi pagi Rifki kerumah untuk ngejelasin alasan dia ninggalin aku waktu dulu aku sama dia masih pacaran. Karena aku dulu ngga tau apa-apa tiba-tiba aja dia langsung sekeluarga pindah ke Filipina. Dan setelah Rifki jelasin semuanya ternyata dia sakit kak, dia sakit kelainan jantung. Jantung dia bermasalah dan itu artinya dia harus mendapat pendonor jantung sementara dokter yang menanganinya menganjurkan dia untuk melakukan pengobatan di Filipina. Rifki ngga mau pergi, dia ngga mau ninggalin aku tapi dia di paksa sama orang tuanya, dan akhirnya Rifki mau tapi dengan syarat penyakit dia ngga boleh ada yang tau terutama aku. Dia ngga mau bikin aku sedih kak dia ngga mau di kasihanin. Maka dari itu dia rela di cap jahat sama aku dan temen-temen aku cuma biar aku ngga sedih. Ia semangat untuk terus menjalani berbagai jenis pengobatan dan operasinya juga lancar, sekarang Rifki udah sehat dan dia kembali ke Indonesia buat temuin aku, buat kembali sama aku, dan buat membuka lembaran baru, tapi aku udah jadi milik kakak, dan itu ngga mungkin terjadi sekarang keadaannya udah beda. Kakak tau? Aku cuma punya rasa bersalah sama Rifki ngga lebih, karna cinta aku sekarang udah sama kakak." jelas Alin, tapi entah mengapa air matanya tiba-tiba jatuh.

Ari yang menyimak penjelasan Alin pun ikut merasa sedih, ternyata Rifki yang selama ini ia benci karna berusaha merebut Alin dari dirinya sebaik itu. Ia jadi berfikir apakah dia bisa seperti Rifki dalam menjaga Alin. Ari langsung berdiri dari tempatnya dan beralih duduk di samping Alin. Tangannya terulur untuk memeluk Alin. Ia tahu bahwa Alin pasti terpukul atas kebenaran ini maka dari itu ia hanya diam mendampingi Alin.

"Udah Lin udah, semuanya juga udah terjadi lupain aja." ucap Ari memenangkan Alin. Alin hanya mengangguk mengiyakan perkataan Ari.

Hai reads apa kabar? Masih dengan orang yang sama dan perasaan yang sama? Wkwk kalo dia ngga peka tinggalin aja woii jangan dibikin ribet.
.
.
.
.
.
Eitsss Vote dan komen dulu dong
Salam manis dari Alya^3^

ALIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang