Part 28

271 59 101
                                    

I really dont care about what anyone think of me every time and every where. I am who i am, i don't live to please you and my life is not from you

Happy Reading!

Jam 07.00

Alin terbangun dari tidurnya yang panjang, ia perlahan mengucek matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Saat penglihatannya sudah normal ia pun melihat sekeliling yang tampak kosong, lalu ia teringat bahwa tadi malam ia bersama Ari saat tertidur namun sekarang mengapa ia sendiri? Kemana Ari pergi? Buru-buru ia turun dari tempat tidurnya menuju dapur untuk bertanya pada Mia–– Mamanya.

"Ma ..." panggil Alin.

"Iya ... kenapa sayang? Loh kok belum mandi, katanya udah sehat. Nggak mau sekolah?" tanya Mia.

"Iya Ma, aku sekolah kok, umm .... Ngomong-ngomong kak Ari mana? Kan tadi malam aku sama kak Ari?" tanya balik Alin.

"Kamu lupa? Semalam kan Ari udah pamit pulang, katanya dia cuma kamu suruh buat temenin kamu sampai kamu tidur habis itu dia pulang," jawab Mia.

"Ohhya? Emang gitu yah Ma? Yaudah deh Alin mandi dulu," kata Alin lalu kembali menuju ke kamarnya.

"Anak itu, sekarang jadi manja lagi sama pacarnya. Jadi inget sama Rifki."  ucap Mia pelan ketika Alin susah mulai menjauh.

****

Kini Alin sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya, dan sedang memakai sepatunya. Saat ia sedang mengikat tali sepatunya tiba-tiba Bi Inah memanggil.

"Non Alin, diluar teh ada den ganteng nyariin non Alin," ucap Bi Inah.

"Siapa Bi?" tanya Alin.

"Bibi mana tau, coba non liat sendiri aja," ujar Bi Inah.

"Kak Ari kali yah?" ucap Alin pelan. "Ohh yaudah Bi aku kedepan dulu yah. Makasih,"  ucap Alin sopan lalu berjalan menuju pintu keluar rumahnya.

"Kak Ariii, Kakak jemput aku?" tanya Alin ketika sampai di hadapan Ari.

"Nggak mau jemput Pak Budi. Jemput kamu lah Alinnn," jawab Ari geram.

"Lah, selau dong kak, selauuu. Yuklah kita berangkat," ucap Alin lalu menarik Ari menuju tempat Ari memarkir motornya. Begitu mereka sampai di tempat Ari biasa memarkirkan motornya, Alin malah celingak-celinguk mencari keberadaan motor Ari, pasalnya yang ia dapati hanyalah mobil, bukan motor.

"Kakak bawa mobil?" tanya Alin pada Ari.

"Iya." jawab Ari singkat.

"Kenapa?" tanya lagi Alin. Tapi tak di jawab oleh Ari, melainkan menarik Alin menuju mobil. "Udah .... nggak usah banyak nanya, nanti kita telat. Sekarang kamu masuk, duduk manis di dalam mobil." ucap Ari lalu berjalan memasuki pintu pengemudi.

Sesampainya di sekolah Alin pun turun dari mobil dinaikinya yang dibukakan pintu oleh Ari, mereka berdua berjalan menyusuri koridor untuk sampai ke kelas Alin. Saat perjalanan menuju kelas Alin, ada saja yang berbisik-bisik tentang Alin yang tidak-tidak.

Kayaknya si Alin merdeka tuh gada Nabila.

Kita liat aja, siapa lagi yang bakalan dia singkirin dari sekolah.

Ternyata diem-diem licik juga yah.

Ehh udah-udah kalian ini, nanti di dengerAri mampus lo.

Ari yang mendengar langsung perkataan tersebut pun berhenti tiba-tiba, hingga membuat Alin juga ikut berhenti, sebenarnya Alin memang juga mendengarkan semuanya tetapi ia hanya menunduk dan tidak ingin menghiraukannya, tapi apalah dayanya sekarang yang bersama Ari berhenti dan menatap cewek-cewek yang berbisik-bisik tadi. Entah mengapa Ari pun akhir-akhir ini emosinya selalu saja meledak-ledak, tak seperti sewaktu ia masih mengejar Alin, sekarang semua berubah drastis.

"Lo ngomong apa barusan tentang cewek gue?" tanya Ari pada salah satu di antara mereka.

"N .... nggak, gue nggak ngomong apa-apa," jawab perempuan tersebut gugup.

"Masa sih? Perasaan kuping gue masi sehat, barusan lu ngomongin cewek gue," tanya lagi Ari sambil menatap lekat kerumunan cewek-cewek tersebut. "Jangan pernah ngusik ketenangan gue apalagi ngeggangu cewek gue kalo kalian masih mau tenang." lanjut Ari lalu menarik Alin menuju kelas. Alin sedari tadi hanya diam saat Ari berbicara dengan cewek-cewek tersebut, ia bingung ingin mengatakan apa jadilah ia diam saja.

Begitu mereka sampai di kelas Ari pun langsung berpamitan kepada Alin dan pergi menuju kelasnya.

"Hai guys," sapa Alin pada teman-temannya.

"Haii," jawab mereka serempak.

"Alin lo udah sehat? Gue kira lu dah wafat," ucap Ani.

"Ehh gue kira dia masuk ruang ICU." timpal Risa.

"Lah gue kira dia–" ucapan Puji terpotong kita Alin langsung berbicara.

"Dia apa? Lu tuh yaa, temen sehat bukannya seneng malah doain yang nggak-nggak, emang temen lucknut lu semua." ucap Alin pada Puji, Ani, dan juga Risa.

"Mhuehehe becanda Lin, becanda jangan baperan dong." ucap Puji dan di angguki oleh Ani dan Risa.

"Dahlah misi-misi gue mau duduk, paan si lo Ni punya bangku malah bangku gue yang di dudukin," ujar Alin lalu mendorong Ani agar pindah dari bangkunya.

"Iya-iya sabar napa,"

Begitu Alin telah duduk di bangkunya tiba-tiba Rifki datang dengan membawa nasi goreng dan sebotol air minum di tangannya.

"Hai Alin. Ini aku bawain nasi goreng, bunda yang masak aku tau kamu belum sarapan jadi aku bawain." ucap Rifki setelah mendaratkan kotak dan botol di atas meja Alin.

"Apaan sih lo. Ngga usah sok baik sama gue," ucap Alin sinis. Sedangkan teman-teman Alin hanya diam menyimak mereka berdua berbicara.

"Udah. Terima aja 'kan kamu suka masakan bunda Lia," ucap Rifki.

"Ngga usah. Makasih gue udah sarapan dirumah," ucap Alin ketus, ia masih heran kenapa Rifki masih saja menggangunya padahal ia sudah tak punya hubungan apa-apa lagi. "Bawa aja makanan lo, dan oh iya satu lagi ngga usah gangguin gue lagi Ki gue ngga suka." lanjut Alin lalu mendorong makanan dan minuman yang ada di mejanya ke arah Rifki.

Setelah mengucapkan itu tiba-tiba Bu Ningsih datang dengan buku di tangannya diikuti oleh murid-murid lain yang terlambat memasuki kelas. Rifki pun dengan cepat pergi berjalan ketempat ia duduk takut dimarahi oleh guru.

"Lin kenapa lo nggak terima aja sih, lumayan tau," ucap Puji dengan nada berbisik.

"Ngga ah, ntar dia baper lagi," ujar Alin.

"Iyasii tapi––"

"Udah-udah nanti di denger guru, ambil buku lo sana dah mau belajar juga,"

"Iya-iya bawel." 

Tinggalkan jejak^_^
Follow Ig author guys @AlyaaYalinn_
.
.
.
.
.

Salam manis dari Alya^3^

ALIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang