Part 30 (Kondisi Jungkook)

753 70 6
                                    


"Huh."

Reyna berkali-kali menghela nafas untuk mengatur nafasnya. Usia kandungannya sudah memasuki 6 bulan, membuatnya kini sudah tidak sebebas dulu bergerak, bahkan sering mengalami sesak nafas.

"Kau kenapa?"

"Oppa, rasanya sesak." adu Reyna pada Wonho.

"Perlu ku hubungi Jungkook?", Reyna menggeleng.

"Pasti dia sedang sibuk bermesraan dengan sekretarisnya itu, ck!." cibir Reyna. Ia benar-benar membenci sekretaris baru Jungkook.

"Ya, ya. Jangan menuduh Jungkook seperti itu. Kalau memang kau tidak nyaman dengan kehadiran wanita itu. Kau bisa menyuruh Jungkook untuk memecatnya."

Cklek!

Keduanya menoleh pada pintu kamar yang terbuka lebar, memperlihatkan sosok Jungkook yang tengah membawa kantong kresek berisi belanjaannya dari supermarket.

"Kau kenapa, Rey?"

Wonho beranjak dari tempatnya kemudian menghampiri Jungkook lalu menepuk pelan pundak suami dari adik sepupunya itu.

"Reyna tersiksa, Jung. Tolong bantu dia." ujarnya sebelum keluar dari kamar menyisakan mereka berdua.

Jungkook berjalan menghampiri Reyna lalu duduk disebelahnya setelah meletakkan kantong itu diatas nakas.

"Bagian mana yang sakit?"

"Apa pedulimu?!" Reyna berbaring dikasur yang justru membuat nafasnya makin terasa sesak.

"Rey, kau kenapa lagi? hm?"

"Pergi, Jeon. Nafasku sesak. Aku butuh sendiri."

"Tidak. Aku tidak akan kemana-mana."

Jungkook memaksa Reyna untuk duduk agar nafasnya bisa lancar lagi.

"Jangan berbaring. Itu akan membuat dadamu semakin terasa sesak."

Jungkook membelai lembut rambut Reyna. Ia ingin membuat Reyna tenang jadi nafasnya bisa jauh lebih lancar.

"Aku tau, kau cemburu dengan sekretaris ku. Tapi tenang saja, aku sudah memecatnya."

"Kenapa memecatnya? bukankah dia penting bagi perusahaan mu? heoh?!" ujarnya yang emosi mengingat Jungkook yang dulu kekeuh tak mau memecat Yura karena Yura penting bagi perusahaan Jungkook.

"Tidak ada yang lebih penting dari kau dan calon anak-anak kita. Aku akan bangkrut? tidak masalah. Yang terpenting kau milikku, dan tetap berada disisiku. Itu sudah cukup bagiku."

Jungkook mengelus perut buncit Reyna membuat wanita itu seketika merasa tenang.

"Jangan latihan karate lagi, itu berbahaya."

Reyna terdiam. Padahal selama ini ia berusaha menyembunyikannya dari Jungkook.

"M-Maaf."

"Tidak apa-apa, tapi jangan ulangi lagi. Tidak ada hal lain yang harus kau pikirkan selain kesehatanmu."

Jungkook terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya ia tersenyum kembali.

"Aku ke toilet sebentar."

Cklek!

Jungkook langsung menuju wastafel setelah membuka lalu menutup pintunya.

"Huekkk! uhuk! uhuk!"

Jungkook memukuli dadanya yang kesakitan. Ia kemudian mengambil air lalu membersihkan mulutnya yang penuh darah juga hidungnya yang sejak dikamar tadi sudah hampir meneteskan darah.

"Sakitku makin parah. Apa aku harus memberitahu Reyna? Ah, Tidak Jung. Nanti kau malah menambah beban pikiran Reyna. Yakinkan dirimu, Jung. Kau pasti akan baik-baik saja setelah menjalani pengobatan."

Tes.

Jungkook meneteskan air matanya. Kenapa ia harus sakit? bukankah muntah darah itu cuman kelainan? kenapa malah dia divonis Leukemia?

"Sudah stadium 3. Apa aku masih bisa bertahan beberapa bulan ke depan? Hikss ... Aku mencintaimu Rey ... hiksss ... hiksss ... aku mau menjagamu sampai kita menua bersama. Tapi kenapa takdir tak mengizinkan kita bersama?"

Siapa yang tidak pesimis jika sudah divonis Leukemia stadium 3? Jungkook mendudukan dirinya dilantai toilet. Ia menatap cincin pernikahannya dan Reyna sejenak lalu menangis sejadi-jadinya berhubung toilet itu kedap suara.

Cklek!

"Jeon?"

Jungkook menoleh ke arah Reyna. Ia dengan cepat menghapus air matanya.

"Kenapa kau menangis, Jeon?"

Jungkook beranjak dari duduknya kemudian menghampirimu Reyna dan memeluknya erat.

"Aku ... aku kangen dengan Eomma hikksss ... Rey, percaya padaku. Aku benar-benar mencintaimu. Tolong kuatkan aku, Rey ... hiksss. kali ini saja ... hikksss ... hiksss."

Reyna mengelus punggung Jungkook pelan. "Jangan menangis. Eomma akan sedih jika melihatmu menangis. Aku tidak akan membiarkanmu sedih lagi."

Jungkook mengeratkan pelukannya. Ia ingin jujur, namun rasanya terlalu sulit.

.
.
.
.
.

TBC


ISTRI BAR BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang