Part 31 (END)

955 82 21
                                    

Jungkook memegangi dadanya. Rasanya sudah semakin sesak. Ia menyentuh rambutnya lalu mengelus pelan. Air matanya kembali menetes, melihat rambutnya yang rontok. Lumayan banyak, namun karena rambut Jungkook yang tebal, rambutnya masih terlihat seperti biasa.

Tes.

Itu bukan suara tetesan air mata. Jungkook segera mengambil tissu untuk menutup hidungnya yang kembali meneteskan darah. Ia menyumbat hidungnya dengan tissu itu.

Ia menoleh ke sebelah, Reyna sudah tertidur pulas. Tangannya kemudian terlulur menyentuh perut buncit Reyna.

"Appa harap, pengganti Appa nanti bisa menjadi ayah yang baik untuk kalian."

"Uhuk! uhuk! huekkk!" Jungkook menampung darah yang ia muntahkan ditelapak tangannya.

Jungkook berlari menuju kedalam toilet untuk membuang darah yang ia muntahkan ke wastafel. Ia kemudian berkumur-kumur dan membilas bagian wajah dan telapak tangannya yang terkena darah.

Setelahnya, ia berjalan keluar menuju ranjang. Dia melirik ke atas nakas kemudian meraih benda pipih itu dan menghidupkan layarnya.

"11.43." gumamnya. Sudah sangat larut malam.

Ia mengguncang pelan tubuh Reyna hingga wanita itu sedikit terusik.

"Rey ..."

"Eungghhh." Reyna memicinkan matanya. Ia mengedarkan pandangannya. Sekelilingnya masih gelap bahkan lampu tidur masih hidup.

"Jam berapa?" tanyanya.

"Sebentar lagi jam 12."

"Aishhh! kenapa membangu--"

"Hari ulang tahunku, Rey." ujar Jungkook sambil tersenyum.

Reyna langsung bangkit membuat perutnya malah jadi kram. "Akhhh."

"Kenapa, hm?"

"Perutku kram ... akhhh."

Jungkook mengelus perut Reyna hingga beberapa saat Setelahnya wanita itu tak lagi merasakan kram.

"Mau jalan-jalan?"

Kening Reyna mengerut, "Malam-malam begini?"

"Ditaman belakang rumah saja. Aku juga punya hal yang harus ku katakan padamu."

--

Reyna duduk disamping Jungkook. Wanita itu sudah menghembuskan nafasnya berulang kali. Ia berusaha untuk tidak menangis. Dadanya terasa sesak begitu mendengar pengakuan Jungkook.

"Sejak kapan, Jeon?"

Jungkook menatap kosong kedepan, "Aku juga tidak tau. Tapi aku rasa sudah cukup lama."

Reyna menyentuh bagian dadanya, kemudian beralih mengelus perut buncitnya.

"Kenapa tidak ke luar negeri saja untuk berobat?"

Jungkook menatap ke arah Reyna, ia kemudian memegang kedua pundak Reyna. "Saat itu, kau sedang hamil muda, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri. Aku juga tidak mungkin mengajakmu, itu membuatmu lelah dan akan berbahaya untukmu dan baby Jeon."

Greb!

"Jangan tinggalkan aku, Jeon ... hiksss."

Jungkook tersenyum, ia membelai rambut hitam pekat itu dan beberapa kali mengelus punggung Reyna untuk menenangkannya.

"Aku janji. Aku akan berusaha, Rey."

Jungkook melepas pelukan Reyna, ia kemudian menangkup pipi Reyna yang sudah basah akan air mata.

"Jangan menangis, nanti cantiknya berkurang."

Plak!

Reyna memukul lengan Jungkook cukup keras membuat pria itu meringis pelan.

Jungkook meraih tangan Reyna dan menggenggamnya. Kedua maniknya menatap penuh cinta ke arah Reyna.

"Rey, kau tau aku mencintaimu 'kan?" Reyna mengangguk.

"Apa kau juga mencintaiku?" Reyna menggeleng sambil sesekali meneteskan air matanya. Jungkook hanya terkekeh, Reyna benar-benar gengsi.

"Tapi setelah kupikir-pikir ... kau lebih cocok dengan Bright."

"TIDAK?!! AKU HANYA MILIKMU!!" Jungkook tersenyum.

"Kau memang hanya milikku. Tapi tetap saja, anak kita butuh sosok seorang ayah."

Reyna menggeleng keras, "Anak kita sudah punya kau. Jeon Jungkook, seorang pria hebat dan sabar. Aku ingin kau dan aku yang membimbing anak kita menjadi anak-anak yang hebat seperti dirimu."

Cup!

Jungkook mengecup bibir Reyna. Ia juga sesekali melumat dan mengigit kecil bibir bagian bawah Reyna. Mereka berciuman cukup lama, hingga akhirnya Reyna mendorong Jungkook.

"Jangan perlakukan aku dengan manis, jika kau mau meninggalkanku."

Jungkook kembali meraih tangan Reyna, "Anggap itu hadiah terakhir dariku."

"Tapi hari ini, kau yang berulang tahun." Jungkook terkekeh.

"Rey, berjanji padaku, kau akan menjaga dirimu dan juga anak kita baik-baik, kau harus mengawasi mereka. Didik mereka jadi anak yang hebat."

Jungkook melepas genggamannya kemudian beralih bersandar di punggung kursi taman.

"Uhuk!" Jungkook terbatuk hingga sedikit darah keluar dari mulutnya.Ia menutup matanya.

"Aku mencintaimu, Rey."

Reyna hanya terdiam. Hingga beberapa detik setelahnya, ia merasakan kepala pria itu jatuh bersandar di pundaknya.

Reyna mendongak sejenak. Kemudian ia menoleh ke arah Jungkook. Ia meraih pergelangan tangan pria itu, kemudian meletakkan Jari telunjuk dan jari tengahnya di pangkal leher pria itu. Setelahnya ia meletakkan tangannya didada bagian kiri suaminya.

Setelah melakukan itu semua. Reyna ikut bersandar di punggung kursi.

"Aku juga mencintaimu, Jeon ... hikssss."

Setelah mengatakan itu, Reyna menangis sejadi-jadinya. Tangisannya terdengar begitu pilu. Ini hampir sama rasanya saat ia kehilangan sosok ibunya dulu.

Malam itu, malam yang paling menyakitkan bagi Reyna. Malam dimana ia merasa separuh jiwanya hilang. Ia kehilangan sosok seorang suami yang sabar, calon anak-anak mereka mereka juga kehilangan sosok ayah yang hebat.

Semuanya berakhir. Hubungan keduanya benar-benar berpisah, bukan karena orang ketiga, tapi karena takdir dan maut yang memisahkan keduanya.

--

REYKOOK ENDING💔

ISTRI BAR BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang