PRAKK!!
Jungkook menutup matanya cukup lama. Ia belum merasakan sakit sama sekali. ’Apakah dia benar-benar sudah mati?’
Jungkook membuka matanya. Dia melihat Reyna sedang tersenyum menahan tawa. Dia kemudian berbalik melihat Guci mahal dibelakang sana sudah hancur karena tembakan pistol dari Reyna.
”Kau takut? pffftttt.” Reyna membekap mulutnya menahan tawa yang langsung ditatap bingung oleh Jungkook.
”Kau ... tidak menembakku?”
”Menurutmu bagaimana?” Jungkook masih terlihat bingung dengan kondisi saat ini.
”Aku tidak mungkin tega membunuh suamiku sendiri.”
Reyna memeluk tubuh Jungkook cukup erat, Jungkook membalas pelukan itu dengan pertanyaan-pertanyaan di otaknya yang menghantuinya.
'Aku memang tidak membunuhmu, tapi aku akan menyakitimu secara perlahan hingga kau tewas dengan sendirinya. Aku tidak suka mengotori tanganku untuk hal ini.' Reyna tersenyum miring dibelakang tubuh Jungkook. Hingga detik berikutnya, ia melepas pelukan itu.
”Kau ... bercanda?.”
Reyna hanya mengangguk lalu berjalan menuju tempat sampah yang terletak di sudut kamar dan membuang pistol yang sudah kosong itu.
”Itu tidak lucu, Rey.” Ujar Jungkook. Ia menatap tak suka ke arah Reyna.
Reyna melirik ke arah Jungkook lalu tersenyum pada pria itu. Setelahnya ia beranjak mendekati Jungkook dan menangkup pipi pria itu.
Chup!
Reyna mengecup pelan bibir Jungkook lalu memeluknya kembali membuat Pipi dan Baju pria itu terkena darah milik Reyna.
”Mianhee, heoh? Jangan marah, kau terlihat semakin jelek.”
Jungkook melepas pelukan Reyna perlahan lalu memegang lengan Reyna. Ia melihat tangan yang terluka penuh sayatan dan darah yang terus menetes itu.
”Yang ini ... kau juga bercanda?.”
Reyna hanya mengangguk. Ia kemudian menuju ranjang dan duduk disana.
”Wah, kau benar-benar menyeramkan, Rey.”
”HAHAHAHA ... Santai saja, eoh?” Reyna tertawa lepas membuat Jungkook tersenyum tipis melihatnya. Kecantikan Reyna bertambah berkali-kali lipat ketika wanita itu tertawa.
”Jeon.” Panggil Reyna pelan.
Jungkook berjalan mendekati Reyna dan duduk disampingnya. Ia menatap Reyna intens. Mata wanita itu sudah terlihat berkaca-kaca.
”Ada apa, Rey?”
”Heesung.”
”Heesung kenapa?”
Tes.
Air mata Reyna justru sudah jatuh sebelum Reyna menjelaskan tentang Heesung. Jungkook tentunya panik melihat hal itu. Seumur hidupnya, Ia belum pernah melihat Reyna meneteskan air matanya.
Ia membawa tubuh Reyna kedalam dekapannya lalu membelai lembut surai hitam itu.
”Heesung sudah tidak ada ... Hiksss ... Heesung meninggalkanku ...hikksss ... hiksss ... Dia benar-benar jahat padaku, Jeon ... hiksss ...”
Jungkook juga ingin menangis mendengar tangisan Reyna. Wanita itu menangis dan mengadu. Lirihan perihnya membuat siapapun akan ikut menangis jika mendengarnya. Namun, Jungkook menahannya. Ia ingin menenangkan Reyna.
”Mungkin, itu sudah yang terbaik, Rey. Heesung pasti akan lebih bahagia disana.”
”Tapi ... hiksss ... dia ... hiksss ... sama sekali tidak pamit ... hikss ... padaku.”
”Tenang, Rey. Aku tau ini sangat berat untukmu. Tolong jangan menangis. Kau akan menyakiti Heesung jika seperti ini.”
Tak ada jawaban dari Reyna. Jungkook mendorong pelan tubuh Reyna dan melihat wanita itu sudah tertidur. Ia menggendong Reyna untuk memperbaiki tempat tidur Reyna agar wanita itu bisa merasa nyaman.
Jungkook beralih membuka satu persatu laci nakas, ia menemukan sebuah kotak P3K disana. Ia mengobati tangan Reyna dengan telaten. Setelahnya, ia membelai rambut Reyna dan menatapnya cukup lama.
”Kau wanita yang kuat, Rey. Tapi itu tidak menjamin kau akan selalu baik-baik saja. Aku akan berusaha semampuku untuk melindungi. Aku mencintaimu, Jeon Reyna.”
Ia keluar dari kamar Reyna sebentar lalu mencari keberadaan seseorang.
”Soora.”
”SOORA!!”
”Bisa tidak? Kau tidak teriak-teriak? Pendengaranku masih baik.” Omel Soora yang keluar dari kamarnya.
”Bereskan barang-barangmu?”
”Kita mau kemana? honeymoon? benarkah?”
”Tidak. Aku ingin keluar dari rumahku dan jangan pernah kembali lagi. Aku akan segera mengurus surat perpisahan kita.” Ujar Jungkook cukup cepat sebelum masuk kembali ke kamar Reyna.
”YAKKK!! JEON JUNGKOOK!! KAU TIDAK BISA MENCAMPAKKAN KU SEPERTI INI?!” Teriaknya namun tak digubris oleh Jungkook.
”Ini semua pasti karena Reyna. Awas saja kau, REYNA!!”
-----
Sudah 2 minggu berlalu
Reyna masih terlihat murung setelah kepergian adiknya. Ia sesekali menangis jika menatap foto adiknya.
Jungkook tidak ada dirumah. Reyna sendiri yang menyuruhnya untuk berangkat ke kantor meski Jungkook tidak mau, melihat kondisi Reyna yang kurang baik.
Kemarin, Reyna beberapa kali pingsan, wajahnya juga terlihat pucat membuat Jungkook semakin khawatir dan ingin membawanya ke Rumah Sakit, namun Reyna bersikeras menolaknya. Reyna benar-benar benci bau obat-obatan.
”Humphhhh” Reyna membekap mulutnya lalu menuju toilet yang berada di kamarnya.
”Huekkkk .... Huekkkk.” Reyna rasanya ingin memuntahkan semua isi perutnya namun yang keluar hanya cairan bening.
”Aigo ... kenapa rasanya lemas sekali?” Reyna menatap sebuah kotak disamping wastafel dengan lekat.
”Tespack? Apa Jungkook yang menyediakannya? Tidak ada salahnya mencoba 'kan?”
----
Reyna keluar dari kamar mandi dengan menatap lekat ke arah Tespack yang sudah ia gunakan. Keningnya mengerut bingung.
”Dua garis merah?”
Reyna yang masih mengerutnya keningnya menatap ke arah perut ratanya dengan bingung.
”Aku .... hamil?”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BAR BAR [END]
Novela Juvenil[SUDAH TAMAT DAN PART LENGKAP] Reyna, seorang wanita bar-bar berusia 18 Tahun. Ia seorang petinju profesional dan petarung MMA. Ia juga menguasai Ilmu beladiri Karate dan memegang sabuk hitam. Hobinya adalah bertarung dan ... bertengkar dengan istri...