Part 12 (Tertembak?)

1.1K 85 5
                                    

Raewon menghempas tangan Soora lalu beralih menatap Reyna kembali. Ia memegang kedua ujung pundak Reyna.

”Pergi dari sini, Rey. Biar Appa yang mengatasi hal ini.”

Reyna hanya mengangguk lalu berjalan keluar dari rumah. Ia berencana mengunjungi Heesung yang sudah beberapa hari ini tidak ia jenguk.

”Aktingmu sangat bagus, Chagi. Aku yakin, Reyna pasti percaya dengan sandiwara mu ini.”

”Aku tidak bersandiwara.” Ujar Raewon dengan nada datar.

”Apa maksudmu? jadi kau benar-benar ingin berdamai dengannya?”

”Memangnya kenapa? ada masalah? kau pikir setelah kau menuduhku yang tidak-tidak, aku akan membelamu lagi? Kau lupa, bagaimana kau memaksaku untuk memenuhi nafsumu itu? aku sudah menolak berkali-kali karena kau sedang hamil, tapi kau malah memberiku obat perangsang. Kau pikir, aku tidak dengar ucapanmu barusan pada Jungkook? Kau berbeda dengan putriku. Putriku memang anak brandalan, tapi setidaknya dia tidak murahan. Aku menyesal pernah menyakitinya hanya karena wanita murahan sepertimu.”

Raewon berjalan menuju ke pintu utama dan keluar dari rumah mewah itu.

”Arrgghhhhhhh!!!” Soora menjambak rambutnya sendiri.

Ia beralih mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

”Bunuh dia, sekarang!”

-----

Reyna berjalan melewati koridor Rumah sakit. Sesekali ia tersenyum mengingat Soora emosi karena Raewon malah membelanya.

BRUKK!

”Akhhh.”

”Ah, maaf.” Ujar Reyna setelah tak sengaja menabrak seorang pria.

Pria itu menatap ke arah Reyna. Matanya langsung membola. Ia kemudian berjalan dengan cepat melewati Reyna.

”Siapa dia? kenapa keluar dari kamar Heesung?” Ujar Reyna yang tak sengaja melihat Pria itu keluar dari ruangan Heesung.

Reyna hanya menggidikkan bahunya acuh, ia kemudian berjalan menuju ke depan pintu ruang rawat Heesung.

Cklek!

”Heesu--”

Reyna berhenti berucap saat mendengar alat EKG sudah berbunyi panjang, alat itu juga menunjukkan garis lurus.

Dengan tatapan kosong, Reyna berjalan mendekati adiknya yang sudah terbujur kaku.

”Heesung-ah.” panggil Reyna pelan sambil menggoyangkan tubuh Heesung pelan.

”Heesung-ah, bangun. Ada Noona disini. Jangan tidur terus, kau membuat Noona takut.”

”HEESUNG!!” Bentak Reyna lalu memeluk tubuh kaku Heesung.

”Tolong jangan tinggalkan Noona ... Hikss ... Ayo bangun ... Hikss ... Noona janji akan menuruti semua keinginanmu ... Hikss ...”

Reyna menangis sejadi-jadinya didada bidang Heesung yang wajahnya sudah pucat serta suhu tubuh yang mulai dingin.

Cklek!

Dokter memasuki ruang rawat Heesung begitu mendengar teriakan Reyna.

”Reyna.”

”Bright.”

Reyna menghampiri Dr. Bright dan memeluknya cukup erat, selang beberapa detik, ia kemudian melepas pelukan itu.

”Adikku sudah meninggal ... hikss .. tolong periksa penyebabnya ... Hikss ... hikss ...”

Dr. Bright memeriksa Heesung. Ia ingin mencari tahu penyebab kematian Heesung.

”Sepertinya ada yang menyuntikkan cairan Pancuronium Bromide dalam dosis diatas 100 miligram ke cairan infus Heesung. Penggunaan dosis yang berlebihan membuat fungsi obat yang awalnya hanya sebagai obat penenang, justru melumpuhkan otot pasien dan perlahan mematikan sel-sel dalam tubuh pasien sampai pada akhirnya pasien meregang nyawa.”

Reyna memegangi dadanya yang terasa sesak. Ia kemudian teringat pria yang tadi masuk kedalam ruangan Heesung.

----

BUGHH!!

Reyna menendang punggung Pria yang ia cari sedari tadi. Setelah mencari-cari keberadaan pria itu, kini Reyna menemukannya tak jauh dari rumah sakit.

Pria itu terlihat tersungkur. Pria itu lalu bangkit menghadap ke arah Reyna, dagunya terlihat terluka karena terbentuk di bebatuan.

BUGHH!

Sekali lagi, Reyna menendang pria itu hingga kini terbaring di bebatuan kecil itu.

”Akhhhhhh..”

Reyna melihat sebuah pistol yang keluar dsri saku pria itu. Ia mengambil pistol itu lalu menatapnya cukup lama.

”Tempat ini sepi, sangat cocok untuk menjadi tempat membunuh seseorang.”

"Ck! Kau yakin, kau berani membunuhku?” Pria itu berdecak menanggapi ucapan Reyna.

DORR!

Reyna tertawa pelan. Timah panas itu benar-benar menembus kepala pria itu.

BRAKK!!

Reyna menginjak kepala pria dihadapannya sangat keras hingga isi kepalanya pria itu keluar berhamburan.

”Aku paling tidak suka diremehkan.”

-----

Reyna memasuki area rumah. Tangannya masih berlumuran darah pria yang ia bunuh tadi pagi. Ia membuang jasad pria itu disebuah Jurang yang lumayan jauh dari tempat kejadian.

Pemakaman Heesung sudah dilakukan tadi sore.

Ia memasuki kamarnya. Saat masuk, ia langsung melihat Jungkook yang tengah duduk di tepi ranjangnya.

”Tanganmu kenapa, Rey?”

Reyna tak menggubris. Ia segera menuju meja rias yang ada di kamarnya.

PRAKKK!

Reyna melempar gelas kosong yang berada di meja rias ke lantai. Jungkook terlihat menutup matanya karena kaget. Reyna mengambil pecahan kaca itu dan meremasnya kuat hingga darahnya kini sudah berceceran di lantai.

Mata Reyna yang sembab kini menatap cermin yang ada di hadapannya.

Reyna menulis 'DEAD' di cermin besar miliknya menggunakan darahnya sebagai tintanya. Ia kemudian mengigit ibu jarinya sendiri hingga kini terluka dan mengeluarkan darah kemudian menempelkannya di cermin hingga meninggalkan bekas sidik ibu jari dari darah.

”Jeon, kau mencintaiku 'kan?”

Jungkook yang masih shock hanya bisa mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Reyna.

”Apa kau mau membuatku bahagia?”

”Kenapa kau bertanya seperti itu, Rey? tentu saja aku ingin membuatmu bahagia. Aku akan melakukan apapun demi mencapai kebahagiaan mu.”

Reyna tersenyum menanggapi jawaban Jungkook. Ia kemudian mengeluarkan pistol pria yang ia bunuh dari saku jaketnya.

”R-Rey ... Ap--”

"Kau bilang, kau mau membuatku bahagia?”

”Tap--”

"Dengan melihatmu mati, aku akan bahagia, Jeon.”

Reyna menyerahkan pistol itu pada Jungkook. Dia memaksa pria itu menggenggam pistol itu. Dengan terpaksa, Jungkook memegang pistol itu dengan gemetaran.

”Pilihanmu ada dua. Bunuh dirimu sendiri, atau aku yang akan membunuhmu.”

Jungkook terlihat diam saja setelah Reyna mengatakan hal itu padanya. Reyna pun segera mengambil alih pistol itu dari tangan Jungkook.

Reyna mengarahkan pistol itu tepat di dahi Jungkook.

”Melihat darah yang bersimbah dari orang yang terbunuh, bisa membuat suasana hatiku jadi lebih baik. Aku akan bahagia jika melihat seseorang terbunuh ditanganku sendiri.”

Reyna tersenyum licik setelah mengucapkan hal itu.

DORR!

TBC

ISTRI BAR BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang