Part 29 (Memulai Dari Awal)

884 80 4
                                    

Reyna menatap kosong ke depan. Tangannya masih senantiasa menggenggam erat ponsel Jungkook.

Baru saja, ada yang menghubungi Jungkook, membuat Reyna jadi shock mendengar ucapan orang tersebut.

Ia kemudian berbalik menatap Jungkook yang masih setia berbaring diranjang, dengan selimut tebal yang senantiasa dipeluk. Kelopak matanya masih tertutup rapat.

"Kau selama ini sudah tau, Jeon. Tapi kau menyembunyikannya dariku. Apa kau melindunginya?" gumam Reyna yang kini sudah menitikkan air mata.

Jujur, Reyna menangis bukan karena mengetahui Soora yang membunuh adiknya, tapi ia menangis karena cemburu. Perasaannya jadi sakit, ia takut Jungkook masih memendam rasa untuk mantan istrinya itu.

"Jeon, bangun." Reyna menggoyangkan tubuh Jungkook setelah mengusap air matanya.

"Eungghhhh." Jungkook melenguh panjang, sebelum akhirnya ia langsung bangkit begitu melihat mata Reyna yang memerah.

Jungkook tak bisa dibohongi. Ia sangat tau, kalau Reyna baru saja menangis.

"Kenapa menangis, Rey?"

"Siapa yang menangis, Jeon?" Reyna duduk disamping Jungkook sambil sesekali menampilkan senyumnya.

"Jangan berbohong, Rey. Katakan padaku, aku suamimu jadi aku berhak tau."

"Aku hanya ... Aku hanya benci diriku sendiri, Jeon. Otakku pintar, tapi hatiku benar-benar bodoh. Aku ... hiksss ... aku terlalu sulit percaya padamu ... hikss ... padahal kau sudah berusaha untuk setia padaku. Aku cemburu pada Soora, padahal sekarang ... hikss .. mungkin kau sendiri bahkan sudah membencinya."

Jungkook menarik tubuh Reyna kedalam dekapannya. Wanita itu menangis tersedu-sedu.

"Aku mengerti, Rey. Aku juga tidak menyalahkanmu jika sulit mempercayaiku. Aku pernah mengkhianati mu, jadi aku rasa itu cukup jadi alasan untukmu selalu curiga padaku. Tapi, Rey ... jangan biarkan hal itu menjadi alasan utamamu untuk meninggalkanku, aku sudah berubah, Rey. Aku janji ... akan menjadi suami yang baik untukmu sekaligus ayah yang baik untuk anak kita."

Reyna mengeratkan pelukannya, ia kemudian mendongak menatap wajah Jungkook yang kini menatap wajahnya juga.

"Kita ke kantor polisi sekarang. Aku ingin memberi pelajaran pada wanita sialan itu."

---

Reyna menatap datar ke arah Soora yang sudah duduk dihadapannya. Sementara wanita itu kini sudah menunduk. Soora dan anak buahnya yang pernah mencelakai Jungkoom memang ditangkap pagi tadi ditempat persembunyiannya.

Reyna menatap sekelilingnya, ada Jungkook dan juga 2 polisi yang sedang menatap mereka.

"Bisa aku bicara berdua?"

Jungkook dan kedua polisi itupun keluar dsri ruang pertemuan keduanya.

"Lama tidak bertemu." Soora hanya mengangguk.

"Tatap mataku, Bitch."

Soora sama sekali tak menggubris ucapan Reyna. Ia malah terus menunduk. Reyna pun tertawa remeh kemudian beranjak dari duduknya.

BRAKK!

Reyna menendang meja hingga bergeser cukup jauh membuat Soora semakin dibuat kaget.

"Sudah lama aku gemas denganmu. Mungkin sekarang adalah saatnya kau jadi samsak tinjuku."

BUGHHH!

BRUKK!

"Uhukk!"

Soora terjatuh dari kursi akibat pukulan yang dilayangkan oleh Reyna, bahkan eanita itu sampai mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya akibat pukulan Reyna yang terlalu keras.

SRAKK!

"Akhhhh." Soora meringis. Rambutnya rasanya ingin lepas dari tengkorak kepalanya.

"Ah, aku lupa bawa pisau. Harusnya tadi aku bawa, supaya aku bisa memutilasi wajah pas-pasan mu ini."

PLAKKK!
PLAKKK!

"Akhhhhhhhh."

Reyna hanya tersenyum setelah melayangkan beberapa tamparan ke wajah Soora.

BUGHHH!

BRAKK!

"REYY!!"

Jungkook segera menghampiri Reyna yang baru saja melayangkan pukulan lagi untuk Soora, sementara wanita yang sudah babak belur itu diambil alih oleh Polisi untuk dibantu berdiri.

"Ingat, Rey. Kau sedang hamil muda."

Reyna menyentuh dadanya yang terasa sesak. Ia terlalu emosi sampai melupakan ada dua makhluk kecil yang sedang tumbuh dirahimnya.

"Lepaskan lenganku, Jeon."

"Tidak, nanti kau buat kekacauan lagi."

"Tidak."

Jungkook kemudian melepas lengan Reyna perlahan.

BUGGHHHH!!

"REYYY!!"

Reyna hanya tersenyum puas begitu ia berhasil melayangkan tendangan ke wajah Soora hingga kini benar-benar pingsan.

---

"Kau mau punya anak laki-laki atau perempuan?"

"Hummm." Jungkook berpikir sejenak.

"Apa saja, yang penting tidak belok."

Reyna hanya mengangguk menanggapi ucapan Jungkook. Sudah pukul 7 malam, kini mereka berdua tengah duduk ditaman belakang rumah mereka yang minim pencahayaan, namun dapat terlihat jelas bintang yang kerlap-kerlip diatas sana.

Reyna memandang ke langit. Sangat indah, membuat perasaannya jadi tenang. Ia tak bisa mengelak. Ia merasa sangat kesepian. Tak ada Heesung, ibu bahkan ayahnya pun entah menghilang kemana.

Reyna menoleh ke arah Jungkook yang menatap ke langit. Ia tersenyum, membuat Reyna juga ikut tersenyum. Harusnya ia bisa sekuat Jungkook. Jungkook sudah tidak memiliki ayah, ibu, terlebih Jungkook adalah anak tunggal. Ia pasti sangat sedih dan kesepian tapi berusaha terlihat tegar.

"Jangan menatapku terus, Rey." ujar Jungkook lalu menoleh ke arah Reyna sambil tersenyum manis.

Jungkook merogoh saku depannya lalu mengeluarkan sebuah cincin. Cincin yang ia beli saat dulu ia menunggu Reyna ditaman dekat kantornya sampai ia hujan-hujanan namun Reyna tak datang.

Jungkook berjongkok dihadapan Reyna. Ia membuka kotak cincin berisi cincin berlian itu.

"Ayo kita mulai dari awal, Rey. Will you marry me ... again?"

Reyna mengangguk."Yes, i will."

Jungkook mengeluarkan cincin itu dari kotaknya lalu memasukkannya ke jari manis Reyna.

Jungkook kemudian menuntun Reyna untuk berdiri lalu mereka saling berpelukan sebelum akhirnya beberapa saat setelahnya Jungkook mengakhiri pelukan itu.

Chup!

Jungkook mencium lembut bibir Reyna yang langsung dibalas oleh Reyna, dengan tangan keduanya yang berada di pinggang pasangan mereka masing-masing.

Sejak hari itu, semuanya dimulai dari awal. Mereka menyatukan Reyna si wanita bar-bar, dan Jungkook si pria yang sabar, menjadi pasangan yang serasi dan mulai saling memahami.

.
.
.
.

END

ISTRI BAR BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang