° s e p u l u h °

130 26 10
                                    

Zal keluar dari bengkel teknik saat hari sudah gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zal keluar dari bengkel teknik saat hari sudah gelap. Dengan langkah tegap, ia menyusuri koridor menuju parkiran sambil mengemut lolipop hasil pemberian dari adik tingkatnya saat di bengkel tadi. Beberapa hari ini Zal memang lebih banyak menghabiskan waktunya di bengkel meskipun tidak ada jadwal praktikum dan pasti pulang dari sana setelah hari sudah gelap. Sengaja, biar Zal semakin sibuk sehingga melupakan rasa sakitnya akibat ditolak Key tempo hari dan untuk meminimalisir pertemuannya dengan cewek itu.

Key juga sepertinya melakukan hal yang sama, gadis itu sudah tidak pernah lagi main ke rumah Zal kecuali hanya untuk mengantarkan makanan kalau mama Zal ikut dengan papa Zal dinas ke luar kota. Itu juga sepertinya Key terpaksa melakukannya karena disuruh Umi alias ibunya Key. Setiap bertemu, sekarang mereka jadi sedikit canggung. Meskipun Zal sudah berusaha bersikap biasa saja, tetapi Zal merasa seakan Key berusaha membuat sekat tak kasat mata di antara mereka. Cewek itu menjauh, membuat Zal harus rela sedikit demi sedikit berusaha memudarkan perasaannya meskipun tahu jika dirinya tidak sanggup. Zal tidak ingin membebani Key dengan perasaanya, jadi dia menghargai keputusan Key yang sepertinya ingin menjauh dengan tidak mengganggu dan menghubungi Key lagi.

Yah, beginilah akhirnya jika menyukai sahabat sendiri yang tidak memiliki perasaan yang sama. Terkadang Zal menyesal, jika akhirnya akan seperti ini seharusnya Zal berbohong saja ketika Key bertanya perihal kecurigaan gadis itu tentang perasaan Zal. Seharusnya, Zal bilang saja kalau kecurigaan Key salah dan dia memang menyukai Jae, bukan menyukai Key. Karena demi apa pun, Zal lebih baik dipandang Key sebagai cowok yang orientasi seksualnya melenceng saja daripada harus kehilangan sahabat satu-satunya.

Tetapi nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa memutar waktu dan menarik semua pengakuan tentang perasaannya tempo hari kepada Key. Zal sangat menyayangi Key, jadi tentu saja dia akan menghargai keputusan gadis itu untuk menjauhinya. Zal tidak akan melarang, apalagi menahan Key karena Key memang berhak melakukan itu.

Saat Zal sampai di parkiran dan sudah masuk ke dalam SUV putihnya, ponsel Zal yang ia letakkan pada dashboard berdering. Ternyata ada sebuah telepon masuk dari Haikal.

Meskipun sedikit malas mengangkat telepon dari teman sekelasnya itu, akhirnya ia meraih ponselnya dan menggeser tombol hijau pada layar.

"Halo, brou."

"Kenapa?"

"Lo di mana? Masih di kampus?"

"Iya, baru mau balik. Kenapa?"

"Gue, Rendy sama Hendery di depan rumah lo nih. Lo cepetan balik dong, kita mau ngungsi. Di kosan lagi ada pemadaman listrik sampe besok dan nggak ada aer, anjir."

Zal berdecak, "rumah gue bukan tempat pengungsian."

"Zal, plis atulah. Kita bertiga belum mandi dari tadi sore."

Suara Haikal terdengar memelas, membuat Zal seketika menghela napas. "Yaudah, tunggu."

"Okayyy."

ZAKEY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang