° d u a °

166 30 6
                                    

"Nanti malem ajakin Zal makan bareng di rumah ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti malem ajakin Zal makan bareng di rumah ya. Soalnya tadi pagi Mamanya Zal nelpon Umi katanya hari ini dia sama Papanya Zal nggak bisa pulang karena harus ke Surabaya selama beberapa hari. Jadi mereka nitipin Zal ke kita. Kasian, nggak ada yang masakin."

"Ke Surabaya ngapain, Mi?"

"Biasalah, perjalanan dinas. Kan mereka mah orang sibuk."

Key mengangguk, lalu lanjut membantu Uminya mencatat barang-barang yang masuk dan keluar dari toko mereka.

Keluarga Key memang memiliki sebuah toko sembako yang berada di sebuah pasar bersih yang tak jauh dari komplek rumahnya. Tokonya cukup besar, dan memiliki beberapa pegawai. Meskipun begitu, Umi dan Abi Key selalu meminta Key untuk membantu agar suatu saat jika toko ini diwariskan kepada Key, Key sudah paham bagaimana teknis dan cara mengelola sebuah toko. Yah walaupun sepertinya, Key tidak berminat untuk mengelola toko keluarganya karena setelah lulus nanti ia ingin kerja kantoran saja. Tetapi tentu saja Key tidak pernah menolak untuk membantu. Karena jika menolak, sudah dapat dipastikan jika Key tidak akan diberi uang jajan.

"Tapi Mi, kalo Zal nggak mau makan di rumah kita gimana? Kan dia mah begitu, susah banget kalo diajakin makan atau kumpul bareng." Tanya Key sambil menghentikan kegiatannya.

"Yaudah kayak biasa aja, kamu anterin makanan ke rumah Zal terus temenin dia makan. Kalo sama kamu doang kan dia pasti mau."

Lagi-lagi Key mengangguk.

"Haduh, lagian ribet banget sih si Zal teh. Susah banget berinteraksi sama orang lain. Padahal keluarga kita udah kenal dari lama, dari dia masih kecil. Tapi cuma makan bareng aja kayaknya jarang pisan!"

"Yaudah Mi, kan si Zal kan emang kayak gitu. Kalo udah sifat bawaan lahir mah kan susah. Yang penting kita mah bersikap baik aja kayak biasanya." Abi Key yang sedang duduk di meja kasir menyaut.

"Coba atuh Key, kamu tuh ajakin dia gaul. Ajakin dia main sama temen-temen kamu yang lain biar jadi terbiasa kumpul rame-rame dan nggak introvert lagi."

Key menghela napas, "Udah sering, Umi. Tapi yaa tetep gitu, malah pas kumpul rame-rame tu dia nggak mau ngomong sama sekali, maunya ngomong sama aku doang. Terus abis itu ngajakin pulang gara-gara katanya nggak nyaman. Yaa aku juga ngerti sih, Zal kan dari kecil emang sering di rumah, jarang dibolehin main sama Tante Hara, bolehnya main kalo sama aku doang. Itu juga harus aku yang main di rumahnya. Jadi mungkin gara-gara itu juga Zal jadi susah banget berinteraksi sama orang lain. Karena ruang lingkup pergaulannya juga cuma keluarganya sama aku."

Umi memijit kepala, "Haduh, tadinya Umi mau jodohin kamu sama Zal aja biar kamu nggak usah ribet nyari jodoh, apalagi kalo sampe dapetin orang jauh, tapi kalo kayak gini Umi mikir-mikir lagi deh!"

Key yang mendengar itu lantas melotot, "Ih Umi, aku sama Zal tuh cuma temen. Lagian, aku juga udah punya gebetan!"

"Saha gebetan kamu? Si Jahe yang rambutnya warna biru tea yang akhir-akhir ini sering jemput kamu buat ngampus?!"

"Namanya Jae, Umi." Key meralat, "tapi kok Umi bisa tau sih?!"

"Esa yang cerita ke Umi."

"Dih, ember banget tu anak!"

"Heh, kalo Esa nggak cerita, Umi nggak bakal tau kamu akhir-akhir ini bergaul sama siapa!" Cerocos Umi.

"Kalo denger dari ceritanya Esa, Umi mah kayaknya nggak bakal suka sama si Jae. Apa-apaan rambut segala diwarnain, mukanya juga katanya sangar, sama pake motor gede yang suaranya bikin kuping pengang kayak gitu kan dia?!"

"Umi----,"

"Pokoknya Umi mah nggak suka kamu deket sama si Jae. Mending ngerestuin kamu sama si Zal sekalian!"

"Umi kan belum pernah ketemu Jae secara langsung. Jae itu aslinya baik, Mi. Nggak sesangar mukanya. Buktinya aku bisa suka!"

"Tapi Umi tetep nggak setuju kalo kamu sama Jae!"

"Eh, udah atuh berisik. Malu sama pegawai dan pembeli." Abi yang baru selesai melayani pembeli melerai, mendatangi istri dan anaknya yang sedang berdebat.

"Ini anak kamu, Abi. Dibilangin sama orang tua malah ngeyel, ngebantah mulu cuma gara-gara lalaki."

"Lagian Umi cuma nilai Jae dari luarnya aja, dari cerita si Esa doang pula. Aku kan kesel, Abi." Key berusaha menahan tangis, lalu beranjak dari duduknya. "Udah lah, aku mau pulang duluan aja!"

"Tuh liat anak kamu, dibilangin sama orang tua malah kayak gitu!" Umi ikutan kesel, apalagi saat melihat Key mengambil tasnya dan mulai keluar dari toko.

Sedangkan Abi menghela napas, ia begitu mengerti dengan sifat istri dan anaknya yang sama-sama keras kepala.

°°°

Umi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Umi

Abi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abi

°°°

Jangan lupa vote dan comment❤️

ZAKEY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang