Bab 6

91 11 1
                                    

Written by: SeonMi0815


"Gila, gimana nih. gue ngomong jujur apa gimana ya? Ya kali gue ngomong kalau gue daftar panitia OSPEK karena gue pengen lebih deket ama Pangeran tak bersayap ini, yang gantengnya melebihi Reza Rahardian. Kalau bener, dia bakal jaga jarak ama gue apa kagak ya. Takut astaga," batin Airin


"Rin. Bengong aja, kenapa? Gue tanya itu, salahkah?" kata Bayu untuk memecah lamunan Airin.

"Kagak. Gue cuma terkejud aja. Oke, sebenarnyaaa ...."

"Jangan bikin gue kepo, elah. Kenape?"

Airin sangat gemas ketika melihat wajah Bayu yang kebingungan itu. Karena bosan digantung omongan oleh Airin, Bayu akhirnya memesan makanan yang ada di kafe itu. Dia memesan steak, nasi goreng dan tak lupa minuman kesukaan nya yaitu coklat dingin. Butuh waktu sekitar dua puluh lima menit untuk makanan itu sampai ke meja mereka.

"Nih, makan dulu. Entar lo tepar lagi denger jawaban gw."

"Dih, emang lo mau jawab apa. Jangan bilang lo mau mau jawab ...."

Kini, giliran Bayu yang menggantung ucapannya. Trik balas dendam mungkin digunakan oleh muda – mudi ini. Airin tidak peduli apa yang dikatakan oleh Bayu. Cacing – cacing di perut Airin sudah tidak sabar untuk memakan makanan itu. Sekarang, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring ditemani dengan suara binatang malam. Semilir angin malam yang begitu lembut membuat rambut Airin yang dibiarkan tergerai terbang kesana kemari.

"Dasar. Badan ama umur dah tua, kelakuan masih kek bocah. Dah tau mau pergi ke tempat terbuka dan cuaca angin kek gini, rambut digerai. Terbang semua lah," celoteh Bayu.

Bayu bangkit dari duduk dan langsung mengikat rambut Airin dengan teliti. Kupu – kupu pun terbang kesana kemari memenuhi perut Airin. Tak ia sangka, lelaki yang ia kagumi ini memperlakukan dirinya sangat lembut. Namun, ia juga harus berhati – hati. Bisa jadi, perhatian yang diberikan Bayu ini tidak GRATIS alias ada hal yang harus dilakukan Airin suatu hari nanti.

"Dah, ah. Btw, makasih dah iketin rambut gw."

"Kenape lo. Grogi ya? Badan lo dingin banget. Nggak bawa jaket? Nih, sekalian pakai aja jaket gw. Badan lo kek mati rasa gitu. Dah lanjut makan. Cacing lo demo lagi kan di dalem. Jangan bengong. Keburu dingin makanannya."

Sebenernya, nih orang maunya begimane sih? Kagak kasian apa jantung sama hati Airin? Kedua benda itu sudah tidak sabar untuk melompat keluar dari badan Airin. Sayangnya, kalau keduanya keluar, Airin mati di tempat.

Mereka melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda gara-gara drama rambut yang beterbangan.

"Eh Bay. Tumben lo makan di luar, biasanya jarang banget."

Suara lelaki itu tidak asing di telinga Bayu. Benar, dia adalah Revan. Saingan Bayu untuk mendekati Airin. Tanpa Airin ketahui, Bayu juga sudah menyukai dirinya ketika masih duduk di bangku SMA. Namun, Bayu memutuskan untuk menyembunyikan perasaannya itu karena takut kalau Airin akan menolak dan menjauhi dirinya.

"Airin. Nggak mungkin lo nggak kenal. Dia adik tingkat lo."

"Owh. Airin yang hobi nabrak orang itu ya. Berapa korban yang lo tabrak dan gimana keadaannya sekarang?"

"Nggak sampai pulang nama doang kok, Kak. Masih biasa, cuma bisa masuk rumah sakit aja gegara nabrak tiang listrik berjalan. Kesetrum dikit juga," kata Airin dengan ketus. Airin paling sebal kalau sudah ada hama yang mengganggu dia untuk menyuburkan tanamannya.

"Ngeri juga."

"Ngapain lo kesini. Mana cewek lo, Van?" tanya Bayu

"Gue dah putus ama jalang itu."

"Kasar banget dah. Sejalang – jalangnya mantan lo, dia juga manusia. Wanita. Ingat kak, orang yang lahirin lo itu wanita. Kalau sampai lo nyakitin wanita, sama aja lo nyakitin IBU lo sendiri."

"Udah Rin. Lanjutin makannya. Dingin beneran nanti."

"Wawww. Ampun Airin." kata Revan dengan sedikit nada takut, padahal ia hanya berakting saja.

Tanpa undangan pun, Revan bergabung dengan Airin dan Bayu. Sebenarnya, Airin sudah tidak nyaman dengan kehadiran Revan. Namun, karena Revan memaksa, akhirnya mereka berdua terpaksa menerima Revan. Sudah dua jam setengah mereka menghabiskan waktu. Revan terus berusaha untuk mendekati Airin dengan berbagai cara. Namun, selalu dibalas Airin dengan jawaban yang singkat, ketus dan juga menyakitkan hati.

"Pulang yuk, Bay. gue dah capek. Masalah lo pengen ngomong tadi. Omongin aja di telpon atau nggak besok ketemu di kampus lagi. Oh ya, besok gue ngampus jam 9. Selesainya nggak tau, ngerti mood dosen 'kan?"

"Oke. gue juga ada kelas jam segitu. Di mata kuliah lo juga. lo nggak inget, kita sekelas? Ada kelas Pendidikan Kewarganegaraan."

"Oh, baik. Gue lupa. Ya udah, bye."

"Eh, lo pulang sama siapa? Gue anterin ya. Mumpung gue ada mobil nih."

"Makasih. gue lebih milih pulang naik motor daripada pulang ama orang yang udah hina wanita kek lu."

"Dia keras, Van. Jangan lo pikir, lo bakal mudah deketin cewek modelan kek Airin. Salah dikit, terkam lu. Bye. Airin, tunggu."

Emosi Revan sudah menggebu. Revan buru – buru keluar dan bergegas menuju ke tempat saudaranya yang kebetulan dekat dengan Airin. Bayu mengantar Airin sampai ke rumah. Di sepanjang perjalanan, Bayu berusaha menenangkan emosi Airin. Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 20 menit untuk sampai ke rumah Airin

"Makasih dah anterin gw, Kak. gue langsung masuk ya." 

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang