Bab 9

87 11 3
                                    

Written by: _dilaa1 (instagram)



Semalam Airin merasa dibacakan dongeng oleh Bayu. Lawan bicaranya itu tidak ada hentinya mencari topik pembicaraan. Airin tidak enak jika harus memutuskannya. Hingga akhirnya Bayu lah yang menghentikan telepon ketika mendengar suara dengkuran dari Airin.

Good night my love. Bayu mengulum senyum setelah menutup teleponnya.

Airin tipe anak yang tidak bisa bergadang. Sekali bergadang dia akan kebablasan tidur. Contohnya pagi ini, padahal Mama sudah beberapa kali mencoba membangunkan anaknya itu.

"Airin buruan bangun. Nanti telat loh ke kampusnya," Mama mencoba membangunkan sekali lagi.

Suara Mama terdengar sampai di dalam mimpi. Di dalam mimpi Airin, Mama mencoba menyiramnya dengan air seember. Airin refleks bangun dan makin kaget ketika melihat jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 07.20.

Kenapa harus telat di jam mata kuliah Pak Bambang sih?! gumam Airin yang memutuskan untuk tidak mandi dan hanya cuci muka lalu sikat gigi. Setelah menyemprotkan parfum, Airin buru-buru keluar dari kamar.

"Ini buat sarapan di jalan," Mama menyodorkan kotak bekal yang sudah diisi roti bakar.

"Kebanyakan Ma, bekalnya," Airin menyadari kotak bekalnya ada dua dan langsung mengeluarkan satu kotak.

"Itu buat teman kamu yang dari tadi udah nungguin kamu tuh. Mama udah nyuruh masuk tapi dia nggak mau," tunjuk Mama ke arah pintu. Terlihat sebuah mobil Lamborghini Aventador keluaran baru terparkir di depan rumah Airin.

Airin langsung pamit dengan Mama dan meminum segelas susu yang sudah disiapkan di meja.

"Sayang itu sepatu kamu!" teriakan Mama tidak terdengar karena nada dering khusus berbunyi di ponsel Airin.

BAYU.

Melihat nama itu Airin langsung mengangkatnya.

"Iya halo? Iya bentar aku ke mobil kamu."

Bayu belum sempat mengatakan apa-apa Airin sudah menutupnya. Bayu membunyikan klakson motornya tepat ketika Airin membuka pagar.

"Loh? Jadi itu siapa?"

"Good morning my princess," sapa seseorang cowok ternyebelin—versi Airin dan Bayu—itu keluar dari mobilnya.

***

Airin dan Bayu berhasil melarikan diri dari Revan. Untungnya Bayu membawa motor sehingga bisa menyalip di antara kemacetan pagi hari ini. Tadinya Revan berusaha mengejar Bayu, sayang dia harus terjebak macet.

Airin kebingungan ketika mendengar Bayu yang tertawa-tawa di belakangnya. Kali ini tidak ada lagi jarak di antara mereka ketika di kampus. Bayu yang meminta Airin untuk tidak menjauhinya ketika di kampus. "Kayak orang tidak saling kenal aja," kata Bayu.

"Kenapa sih kok ketawa mulu?" Airin memicingkan matanya.

"Jangan galak-galak dong." Bayu menghampiri Airin. Dia berlutut membuat jantung Airin harus berolahraga di pagi hari.

"Kamu mau ngapain?" Airin bingung ketika Bayu melepaskan alas kaki yang dikenakannya. Bayu menggantikannya dengan sepatu yang baru saja dibelikannya khusus untuk Airin.

"Makanya kalau malam jangan bergadang. Kan jadi linglung pakai sandal jepit ke kampus," ucap Bayu sambil mengikatkan tali sepatu berwarna putih yang senada dengan sepatunya.

"Kamu yang nelpon sampai larut malam. Aku berasa didongengin tau," jelas Airin yang tidak mau kalah karena disalahkan oleh Bayu bangun telat.

"Bentar, kayanya ada yang aneh deh sama kamu." Bayu berdiri dan menatap wanita di depannya yang tingginya sebahu Bayu itu.

"Kok ngomongnya jadi aku-kamu?" ucap Bayu dan Airin berbarengan. Kemudian mereka saling buang muka.

Setelah Airin memberikan kotak bekal pada Bayu. Mereka memutuskan untuk berpisah di tengah-tengah lorong kampus. Airin ke kanan dan Bayu ke kiri. Sampai di kelas Airin mendapati ruangan itu hanya diisi dengan Moses seorang.

"Cieee yang dianterin sama pangerannya. Udah kaya Cinderella aja dipasangin sepatu segala," ledek Moses membuat wajah Airin memerah.

"Kok lo tau?" Airin mengambil tempat duduk di depan Moses.

"Kayanya sepatunya couple-an tuh," Moses melirik ke arah sepatu putih yang baru saja dipasangkan oleh Bayu.

"Gue bingung, kok dia bisa tau ya ukuran kaki gue, Mos."

"Paling juga sepatu bekas mantannya yang dibalikin ke dia."

"Sembarangan aja kalau ngomong! Ini baru tau!" Airin menoyor kepala Moses sayangnya meleset.

"Eh kok kelas sepi sih? Kan pagi ini matkul Pak Bambang."

"Ini masih pagi Nona cantik. Gue aja kaget lo masuk pagi, biasanya kan suka telat. Bahkan lo dicap mahasiswi langganan yang suka ditegur Pak Bambang." Moses menunjukkan layar ponselnya ke Airin.

Airin tidak percaya dengan jam yang tertera diponsel Moses. Ketika dia melihat ponselnya, ternyata benar waktu masih menunjukkan pukul 07.05. Tadinya pas liat kelas kosong dari jendela Airin merasa salah kelas. Ternyata Airin yang kecepatan ke kampus. Sudah tidak mandi. Pakai sandal jepit ke kampus pula. Untung kampus masih sepi, jadi tidak ada yang melihatnya pakai sandal jepit dan dipasangkan sepatu dengan Bayu. Kecuali Moses.

***

Di tengah-tengah Pak Bambang menjelaskan materi terdengar suara berisik di luar kelas. Ada seorang pria yang bertanya ke setiap orang yang ditemuinya. Samar-samar Airin mencoba mendengarkannya karena dia merasa namanya disebut oleh pria itu. Airin pun jadi tidak fokus untuk mendengarkan penjelasan Pak Bambang.

"Airin." Kini Pak Bambang sudah berada di depannya yang tidak diketahui sejak kapan dia di situ.

"Sa-saya, Pak?"

"Memangnya mahasiswi yang namanya Airin di sini banyak?" Pak Bambang mengetukkan spidol di meja Airin dengan keras.

"Coba kamu rangkumkan apa yang saya jelaskan dari slide di depan." Pak Bambang menunjuk ke slide yang dipancarkan dari LCD Proyektor di papan tulis.

Sejak kapan Pak Bambang selesai menjelaskan?. Airin terkejut ketika melihat slide bertuliskan alamat e-mail dan kontak Pak Bambang, artinya Pak Bambang sudah selesai menjelaskan.

Dengan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang, beserta tangan Airin yang dingin. Airin berdiri mencoba untuk menjelaskan apa yang sudah dijelaskan Pak Bambang. Kini Pak Bambang berdiri di samping Airin. Menunggu mahasiswinya itu untuk merangkum apa yang sudah dijelaskannya panjang lebar di depan kelas.

Airin mencoba menjelaskan dengan modal nekat. Sayangnya materi yang didengarnya di awal tadi meluap dari otaknya. Materi-materi itu rupanya hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.

"Ayo cepat jelaskan," perintah Pak Bambang.

"Oh di sini rupanya wanita yang aku cari."

Pintu dibuka secara paksa oleh pria yang membuat Airin berdiri seperti sekarang ini. Bukan hanya Airin saja yang kaget. Pak Bambang dan mahasiswa lainnya juga dibuat kaget dan bingung dengan kehadiran orang tersebut.

Kegaduhan apa lagi sih yang dibuat anak ini?

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang