Bab 7

92 11 16
                                    

Written by: itszeb


Airin berjalan sambil bersenandung tipis, sepasang earphone tersemat di telinganya.

Perlu digaris bawahi, bersenandung ala Airin adalah menggumamkan nada minor soprano yang diolah dengan teknik pernapasan diafragma tingkat tinggi. Simpelnya, senandung Airin yang hanya ham-hem-ham-hem itu saja sudah terdengar merdu.

Selain itu, saat mendengarkan lagu, Airin bisa mengambang dalam dunianya sendiri. Inilah yang menyebabkan Airin punya hobi akut menabrak orang. Kepalanya selalu berada di atas awan.

"Ehhh, Ai, hati-hati."

Tuh, kan. Airin hampir nabrak lagi.

"Bayu ...," gumam Airin sedikit terhipnotis.Gadis itu buru-buru melepas earphone yang menyumpal telinganya, mengindahkan ponselnya yang masih memutar satu lagu berulang dalam single loop.

"Iya, ini gue. Mau naik kan? Bareng yuk," ajak Bayu seketika.

Airin mengangguk terpatah.

Mereka berjalan beriringan menuju gedung Perpus Pusat Universitas Dirgantara, dimana kelas Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan.

Kelas ini merupakan kelas sharing Universitas yang bisa ditempuh pada semester ganjil oleh setiap mahasiswa lintas angkatan, dari berbagai jurusan dan fakultas. Lantai tiga Perpus Pusat, merupakan tujuan Airin dan Bayu, dimana terdapat ruang-ruang kelas yang khusus diperuntukan bagi perkuliahan umum sharing Universitas.

Jangan ditanya jantung Airin sekarang kabarnya bagaimana. Naik tangga tiga lantai bersama pria idaman itu rasanya bagai berjalan di atas awan. Ringan saja. Namun begitu melangkah memasuki kelas, senyum Airin terhapus sepenuhnya. Matanya menangkap pemandangan tak sedap.

Revan.

"Pagi Airin!" sapa Revan dengan cengiran lebar dan suara bingar.

Airin tidak membalas senyum Revan. Begitu juga dengan Bayu, yang tiba-tiba menunjukkan air muka kaku.

"Lo... ngapain di sini?" Bayu bertanya dengan nada tegas, membuat Airin menoleh dengan pandangan was-was.

"Gue ada kuliah di kelas ini kok." Revan menyodorkan print-out absensi kelas yang bercetakkan nama, nomor induk, hingga fakultas dan jurusan masing-masing mahasiswa.

Benar, nama Revan tertera di sana. Revan Adi Prakarsa. Teknik Industri.

"Kalian mungkin nggak pernah liat gue karena gue ga pernah masuk kelas, hehe," lanjut Revan dengan nada tanpa dosa.

"Lah terus, sekarang lo ngapain masuk? Ini udah minggu kelima loh. Absensi lo udah bolong empat, otomatis gak akan bisa ikut UAS." Kini suara Airin yang menyahut. Gadis itu tak habis pikir dengan mahasiswa macam Revan.

"Ya suka-suka gue dong," celetuk Revan ringan.

Dengan mengembus napas jengkel, Airin berjalan ke sudut ruangan, duduk di kursi paling jauh dari Revan, diikuti Bayu. Sialnya, Revan malah mengikuti mereka. Jadilah trio ini duduk di sudut kiri kelas, menunggu bel masuk.

Beberapa menit kemudian, dosen pengampu mata kuliah PKN memasuki kelas. Tenaga pengajar dari Fakultas Hukum, bernama Prof. Yoseph. Baru saja sang Prof. mengucapkan salam pembuka, Revan sudah mencolek belakang leher Airin, mencondongkan posisi duduknya ke arah gadis itu.

"Airin, rambut lo wangi banget. Pake sampo apa sih? Gue boleh nyium nggak? Hmmmhhh..." Revan berbisik dari belakang telinga Airin.

Gadis itu buru-buru menggeser kursinya maju. Airin risih. Sementara Bayu, yang menyaksikan itu semua dari bangku samping Airin, diam-diam mengepalkan tangan, menahan emosi.

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang