Bab 23

34 4 1
                                    

Written by: SeonMi0815


"Hanya Tuhan yang tau siapa yang berbohong."


Mungkin, ini sudah sepuluh kali usaha Airin membujuk ingatan Revan untuk kembali. Namun, sang empunya malah bodo amat dengan masa lalu itu. Sekarang, Airin menaruh curiga juga kepada Bayu. Airin tidak boleh lengah begitu saja. Meskipun yang memberinya informasi adalah orang yang selama ini ia kasihi. Bisa jadi Bayu berbohong demi mendapatkan simpati Airin.

"Gue tanya sekali lagi nih. Masa lo nggak inget sama sekali tentang kejadian enam tahun lalu?  Cobalah diingat. Dikitt aja. Siapa tau lo kesambet gledek terus inget sebagian."

"Lo mau bukti apaan lagi?  Lo dah tau kan kalau ingatan jangka pendek gw itu lebih ampuh daripada ingatan jangka panjang? Kalau gue mengalami sesuatu hal yang sangat fatal, gue bisa mencoba nggak menggali ingatan itu lagi. Karena, itu buat gue sakit banget."

Bener juga. Kalau itu yang terjadi dengan Airin, ia pasti akan mengubur dalam – dalam ingatan menyesakkan itu. Siapa yang ingin di hantui ingatan yang mengerikan? Akhirnya, karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Revan, Airin kembali ke kelas lagi dan mengikuti dua mata kuliah terakhir lagi. Sumpah. Ingin rasanya Airin menghapus mata kuliah itu dari daftar SKS yang harus dia habiskan. Masalahnya, ini mata kuliah bikin otak bernanah.

"Hadohhh. Susah banget sih Semantik. Mana kudu diteliti atu – atu lagi. Ya elah, ribet bener dah ni matkul satu."

"Eh, daripada mikirin satu puseran air doang. Mending bantu mikir sintaksis artikel. Tuh di suruh ngapain juga gw kagak tau, Rin," gerutu Cika dengan suara renyah tengah makan snack.

"Hadeh. Boro – boro. Kuliah Semantik aja gw tinggal tidur."

Kedua gadis itu menggerutu di sepanjang jalan pulang ke kost Cika yang hendak ditumpangi Airin hari ini. Dengan alasan akan mengerjakan tugas, Airin diberi izin menginap satu malam saja di kostan Cika. 

Sebelum pulang, mereka membeli bahan makanan untuk masak. Airin ingin makan ca kangkung dan membeli dua macam sosis untuk menjadi pelengkap mie instan di kala strees dengan tugas. Cika membungkus dua bakso: yang satu mie putih dan satu campur. Karena, Cika tahu kalau Airin hanya menyukai bihun.

"Huftttfthhh ... Cik, nanti mie lagi aja yaw. Lagi males masak Ca. Udah nggak selera karena keinget tugas kurikulum belum gue kerjakan."

"Ya elah. Buru, deadline entar malem."

"Contekan gih. Dah nggak mampu otak gw. Overload sejak tadi."

Ya sudah lah ya. Akhirnya Cika menurut pada permintaan Airin. Bocah satu ini apabila sudah memohon dengan puppy eyes-nya, kagak ketulungan manisnya. Membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit, akhirnya Airin berhasil mengumpulkan kurikulum. Ia pun langsung merebahkan dirinya ke kasur dan mulai memasuki alam bawah sadar.

"Rin. Ayo ke Mall. Bosen nih."

"Hahh... Apa.. Apaa. Ada apa. Kebakaran, manaa. Di mana."

Memang Cika sepertinya ingin dihajar Airin. Sudah tahu kalau Airin orang yang emosian kalau sedang lelah dan tidurnya terganggu. Cika masih tetap berusaha untuk membujuk Airin agar mau menemaninya ke Mall. Kalau berangkat sendiri, nanti juga Cika diomeli Airin. Dengan alibi "TIDAK MEMBANGUNKAN NYA." Sekarang, Airin sudah bangun, mengumpulkan nyawa terlebih dahulu, kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Awas lu ye. Jangan bikin gw kalap. Hindari barang yang berbau BT21 and miniso."

"Heh, gue mana tau tempat begituan di sini. Ini kan sejak satu semeter sebelum pandemi kita ke sini. Jadinya, gue lupa lah tuh tempat di mana."

Akhirnya, kedua gadis tersebut memesan mobil online. Hanya butuh waktu satu menit saja, datanglah mobil itu. Ketika perjalanan menuju Mall, Airin hanya diam. Ia masih memikirkan kejadian mana yang "SEBENARNYA" terjadi. Kali ini, siapa yang harus ia percayai. Bayu atau Revan? Arhghhhhh. Semua masalah itu seakan ingin "MELEDAKKAN" kepala Airin seketika. Airin tak sadar, jika mereka sudah turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk Mall.

"Eh, dah masuk Mall kah? Sejak kapan?"

"Sejak tadiii. Kenapa sih, ada masalah apa? Nggak biasanya lu kek gini."

Bagaimana ini, apakah Airin harus menceritakan peristiwa apa yang sebenarnya ingin meledakkan kepalanya? Atau ia hanya diam saja. Mencari tahu kebenaran itu sendirian, tanpa bantuan Cika. Hufftt. Lelah juga memikirkan masalah orang yang belum pasti menjadi pendamping hidupnya kelak.

"Eh. Kita belum ke nikahan Nobita lho. Yok ke sana. Nanti pasti dapet popcorn sama minuman. Kuy."

Seolah mengerti kebimbangan yang dialami sahabatnya, Cika berusaha untuk menenangkan kondisi hati nya Airin dengan mengajak menonton "Bioskop". Cika antri memesan tiket, sedangkan Airin mengantri popcorn. Karena ini edisi nikahan Nobita, mereka mendapatkan merchandise lucu ala – ala Doraemon. Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit, kedua gadis itu akhirnya masuk ke ruang bioskop.

"Nobita aja tiba – tiba dah nikah. Kita kapan ye," celetuk Cika

"Ya elah. Skripsian aja belum mulai, main pengen kawin aja lu," kata Airin sambil memukul kepala Cika perlahan

Setelah keluar dari gedung bioskop, mereka memutuskan untuk mampir ke Bubble Be Caffe. Airin memesan waffle rasa coklat dan susu pisang, sedangkan Cika memesan burger dan boba. Setelah memesan makanan, ya biasa lah aktivitas para ciwi ketika pergi. Apalagi kalau bukan ghibah. Kurang banget rasanya. Ketika sedang ghibah, Airin melihat Revan bersama sekumpulan para gadis. Sudah maklum. Naluri buayanya keluar. Airin berusaha maklum dan mengacuhkan Revan.

"Satu waffle rasa coklat, susu pisang, satu burger ukuran besar dan satu boba. Selamat menikmati," kata Pramusaji

Kedua gadis itu langsung memakan makanan yang sudah tersaji di meja. Mereka terhanyut dalam rasa makanan yang lumayan enak. Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit untuk menghabiskan makanan. Dua puluh menit pun berlalu dan tujuan mereka terakhir yaitu ke miniso.

"Eh, udah ya udah. Gw dah kalap nih. Besok masih ada hari. Nggak hari ini."

"Adoh. Ya ya.. Tinggal bayar nih. Lo tunggu depan sana aja."

"Hadeh. Nggak bilang dari tadi. Ya udah, gw tunggu di depan ye."

Cika menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan Airin pun keluar dari miniso. Sedangkan, Cika yang masih di miniso segera mengambil kotak serba guna yang sedari tadi dilihat – lihat Airin. Airin membutuhkan kotak itu untuk menaruh barang – barangnya yang berserakan di kost. Cika juga mengambil beberapa pouch dan powerbank. Kini, gilirannya untuk membayar semua belanjaan. Di sisi lain, Airin yang sudah bosan menunggu pun akhirnya pergi makan ice cream sambil menunggu Cika di sana.

"Woi. Nggak ditungguin. Nggak dipesenin lagi."

"Nih. Rasa strawberry. Kalau nggak buat kamu, buat siapa lagi."

Ya sudah lah ya. Tadi, Airin sedikit mendengarkan percakapan dua orang yang suaranya tidak asing di telinga Airin. Mereka menyebut-nyebut sesuatu soal kecelakaan. Entah siapa yang kecelakaan, namun suara mereka sayup – sayup terdengar. 

Airin berusaha cuek, melanjutkan pembicaraannya dengan Cika.

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang