Bab 28

15 3 0
                                    

Written by: marshine__(wattpad)



"Lo gila, Rin?" tanya Moses aneh saat Airin baru saja selesai memberitahukan rencana pertemuan empat mata Bayu dan Revan. Cika hanya menggeleng takjub dengan rencana Airin.

"Brilliant yang bener mah, Mos. Emang sih kedengarannya gue kayak gali kuburan sendiri. Tapi nih ya, kalo aja Bayu sama Revan ketemuan di rumah gue, mereka pasti ga berani yang macem-macem. Sungkan dong pastinya, so itu waktu yang tepat buat mereka selesaikan yang yang belum terselesaikan," jawab Airin dengan anggukan yakin.

"Asli sih, Rin. Gue ga nyangka lo bakal mikir rencana beginian. Biasanya kan kalo mau ajak ketemuan ke cafe kah atau ke taman gitu. Lah ini langsung ke rumah lo. Salut banget sih gue sama nyali lo."

Airin terkekeh mendengar kalimat Cika. Bukannya mau sok kecakepan nih, tapi memang bener kan, semisal Bayu sama Revan ada rasa lebih sama Airin, mereka tidak akan adu otot di rumahnya demi menjaga image pastinya. Palingan ya adu mulut saja yang ada.

"Oke, supaya urusan Bayu sama Revan kelar dan pikiran gue nggak keganjel sama mereka lagi yang berakhir makan tugas Pak Bambang, yuk bisa yuk, besok kita mulai bujuk mereka supaya datang ke rumah gue hari Minggu."

"Rin, arah jam tiga," bisik Cika di telinga Airin. Spontan saja Airin berbelok sesuai besar sudut yang disebutkan Cika. Dan sejauh pandangannya di sana seorang Bayu dengan hoodie putih dan celana jeans hitam berjalan ke arah mereka. Mereka berempat berhadapan ralat Bayu dan Airin yang berhadapan sedangkan Moses dan Cika hanya sebagai penonton bayaran.

Tatapan lembut Bayu mengarah tepat pada mata Airin. Seakan ingin menyampaikan sesuatu yang berat dengan pengharapan. Airin refleks mengedipkan mata tak menyangka mendengar kalimat yang terucap dari bibir Bayu. "Ai, besok temanin aku ke mamanya Zhudy, bisa?"

🔥🔥🔥

Airin mondar-mandir sejak tadi di bawah pohon dekat area parkir kampus. Revan, sosok yang ditunggu Airin belum terlihat batang hidungnya sejak Airin mengatakan bahwa ada yang ingin ia sampaikan pada Revan, beberapa jam yang lalu. 

Semoga Bayu enggak sadar aku di sini, batin Airin.

Perut Airin rasanya mulas memikirkan kemungkinan berapa persen rencananya akan berhasil. Rencana pertemuan Revan dan Bayu dalam tanda kutip pertemuan yang sewajarnya. Airin melongok kembali ke arah koridor, lagi-lagi Revan tak terlihat. Hembusan angin seperti menjalar di dekat telinga Airin. Tunggu ... Airin meneguk ludah kasar. Tubuhnya merinding seketika. Dirinya di bawah pohon sejak tadi. Di bawah pohon beringin yang katanya ....

"Rin? Lo mau ngasih tau apa?" Airin terperanjat mendengar suara dari balik punggungnya.

"Astaga, Revan!" kesal Airin. Revan hanya menyengir melihat ekspresi horor Airin. Astaga, begini rupanya punya teman.

"Lo ngapain sih?!" tanya Airin dengan nada kesal yang belum reda.

"Nyapa temen gue," ringis Revan melihat ekspresi Airin yang seperti ingin mengulitinya, "santuy, Rin. Asyik juga ya ngagetin lo, haha." Airin hanya menatap malas ke arah Revan.

"So, kenapa? Lo mau kasih gue apa?" tanya Revan tak sabaran.

"Jadi gini. Gue mau undang lo ke rumah gue weekend nanti. Ada Cika sama Moses juga kalo lo pengen tau. Gue disuruh Mama buat undang temen-temen gue", jelas Airin.

"Gue?" tanya Revan menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah! Kan lo temen gue," balas Airin yang membuat senyuman terukir lebar di bibir Revan.

"Beneran ga papa, Rin, gue ikut?" tanya Revan lagi.

"Van, lo tanya sekali lagi. Dapet kulkas dua pintu," jawab Airin tajam yang dibalas kekehan dari Revan.

"Oke! Kalo gitu gue balik duluan ya, Rin. Lo masih ada urusan di kampus?" tanya Revan sembari mengambil kunci mobil dari dalam tas.

"Iya, Van. Gue masih nunggu Cika," jawab Airin.

"Yaudah, see you weekend teman!" ujar Revan sembari menjauh dari Airin dengan melambaikan tangannya.

Melihat Revan yang semakin menjauh, Airin akhirnya bisa bernapas lega. Bagus sekali, rencananya akan menemui titik terang. Membujuk Revan ternyata tidak sesulit ekspektasinya.

Namun masih satu lagi yang harus dipastikan oleh Airin. Kehadiran Bayu

🏃🏃🏃.

"Gimana ini?" tanya Airin pada Cika. Airin saat ini tengah cemas setengah nyawa, pasalnya Moses dan Cika tidak membantu sama sekali untuk membujuk Bayu agar bisa mampir ke rumahnya agar bisa bicara empat mata dengan Revan. Masalah mereka harus diselesaikan segera, agar tidak ada pihak yang merasa salah dan disalahkan. Cukup mereka selama ini tidak tenang dengan kehidupan masing-masing.

Airin sedang berada di kursi tunggu. Di ruangan balik pintu yang bersisian dengannya ada Bayu dan Mama Zhudy. Hari ini sesuai dengan ajakan Bayu untuk menemaninya dirinya temu dengan Mama Zhudy, Airin benar-benar berada di sini menemani Bayu menyelesaikan apa yang harusnya memang selesai. Tentang rasa dendam dan bersalah di masa lalu.

"Ai, nggak mau pulang?" Suara itu menginterupsi Airin.

"Udah selesai, Bay?" tanya Airin yang dibalas anggukan oleh Bayu.

"Udah beres. Syukurlah, perasaanku lebih baik hari ini," balas Bayu dengan wajah yang benar-benar gembira.

"Syukurlah kalo begitu. Mau mampir ke mana habis ini?" tanya Airin sembari melangkahkan kaki mengikuti Bayu yang berjalan menjauhi ruangan tadi.

"Kamu mau ke mana, Ai? Aku ngikut aja deh hari ini," jawab Bayu menatap wajah Airin. Sedangkan yang ditatap memalingkan wajahnya mencoba mengalihkan pandangan.

Sepanjang perjalanan Airin dan Bayu banyak bertukar cerita. Dari yang mengharukan, lucu, hingga mengerikan. Hari ini Airin seperti melihat Bayu dengan pembawaan dan suasana hati baru. Semoga saja hingga nanti akan tetap begini.

Sepanjang perjalanan pula, Airin beberapa kali mengecek ponselnya memantau perkembangan kehadiran Revan di rumahnya melalui Cika dan Moses yang sudah berada di rumahnya lebih dulu. Sejak tadi pun, Airin belum ada bilang pada Bayu tentang apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Cuaca hari ini cukup terik. Motor Bayu berhenti tepat di depan halaman rumah Airin. Menyisakan Airin yang masih berkecamuk dengan pikirannya dan Bayu yang menatapnya heran.

"Ai, are you okey?" Pertanyaan Bayu menyadarkan Airin.

"Ah, iya, ga papa. Aku Cuma lupa mau bilang ke kamu, Bay. Ini kan cuaca terik banget. Ga mau mampir dulu ke rumah? Mamaku hari ini lagi masak banyak juga. Ada Cika sama Moses juga loh di dalam. Gimana? Kamu mau mampir dulu?" tanya Airin beruntun.

"Haha, astaga Ai, muka kamu lucu banget. Iya iya. Satu-satu dong tanyanya. Aku sampai bingung nih mau jawab yang mana jadinya," kekeh Bayu sambil menggelengkan kepala heran dengan Airin yang seperti akan kehabisan waktu ketika bertanya barusan.

"Jadi kamu mau mampir? Alhamdulillah!" sorak Airin spontan membuat kaget Bayu.

"Ai, segitu berharapnya kamu supaya aku mampir?" Lagi dan lagi Bayu tak habis pikir dengan Airin hari ini.

"Yaudah, yuk, masuk! Motormu taruh di garasi aja. Di sini rawan soalnya," kata Airin. Rawan dilihat Revan nanti.

Bayu dan Airin masuk ke dalam rumah disambut pemandangan Moses dan Cika yang entahlah sedang membahas apa dengan mata mereka yang saling melotot.

Melihat kedatangan Bayu dan Airin, keduanys otomatis tersenyum sangat lebar. Hawa-hawa perdamaian sepertinya mulai terdeteksi.

"Hai," sapa Bayu pada Cika dan Moses yang disambut heboh oleh Cika.

Bayu mendaratkan pantatnya ke sofa dan Airin meletakkan tasnya di atas meja tatkala terdengar suara lonceng dari pintu.

Dari balik kaca bagian pintu, mata Bayu dan Revan beradu pandang.

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang