Ditulis oleh: @Nariana1007
"Hadapi apa yang seharusnya lo selesaikan. Hadapi diri lo yang patah hati dan hadapi orang yang bikin lo merasa sesakit ini. Kabur nggak akan bikin lo jadi lebih baik, Rin."
―
"Oke, kayaknya cukup. Buat orang-orang yang terpilih, mulai lusa kita latihan rutin di sekre."
Bang Reza, ketua UKM Bemawa menutup rapat sore itu tanpa mengucapkan salam. Beberapa minggu ke depan akan diadakan acara tahunan prodi Sastra Inggris. Mereka menyelenggarakan pentas seni dan mengundang beberapa UKM untuk tampil meramaikan acara. Sebagai UKM seni, Bemawa tentu saja ambil bagian dalam acara tersebut. Menanggapi undangan dari Himasasing (Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris), Bang Reza mengadakan rapat sore ini untuk menentukan apa yang akan Bemawa tampilkan dan siapa saja yang ditunjuk untuk berpartisipasi. Airin dan Moses adalah dua dari segelintir orang yang dipilih.
"Lo mau langsung balik?"
Airin menghentikan gerakannya yang sedang mengemasi barang demi mendengar pertanyaan Moses.
"Iya. Udah nggak ada kegiatan lain juga." Airin kemudian mencangklok tas kecilnya di pundak sebelum bangkit berdiri. "Lo nggak balik?"
"Nanti. Gue masih ada rapat kepanitiaan."
"Gue duluan, ya."
Airin berbalik dan keluar dari sekre Bemawa. Angin sore yang sejuk langsung menyambut ketika Airin berada di luar. Pukul empat dan langit tampak cerah. Airin bisa melihat awan yang berarak pelan serta semburat jingga mulai muncul di sisi barat. Seharusnya cuaca seperti ini terasa menyenangkan. Namun bagi Airin, cuaca seperti ini tak membuatnya melupakan kejadian itu bahkan setelah sepekan berlalu. Hatinya masih gamang, amarahnya masih bulat, dan ia masih tak ingin menemui Bayu meskipun cowok itu datang terus menerus.
Jika ada lubang menganga di depan mata dan siap mengirimnya ke planet lain, Airin sudah pasti dengan suka rela akan masuk ke lubang itu. Ia hanya ingin menghilang dan berhenti dihadapkan pada situasi menyakitkan ini. Namun imajinasi tentang lubang menuju planet lain tentu saja hanya harapan fana. Yang ada di hadapan Airin kali ini justru adalah cowok yang paling tidak ingin ditemuinya.
Bayu ada di sana, sedang menatap Airin, dan berjalan berderap menuju ke arahnya. Airin yang diserang rasa panik langsung bergegas berbalik arah untuk menghindar. Diabaikannya panggilan Bayu yang semakin lama semakin keras. Ia tak bisa memikirkan banyak hal selain berlari sejauh dan secepat yang ia bisa. Mungkin isi kepalanya sudah tercecer entah di mana sebab Airin tak berpikir panjang ketika melihat sosok Revan yang hendak memasuki mobil di parkiran kampus. Langkah Airin semakin gegas untuk mencapai pintu mobil Revan. Secepat kilat, ia berhasil masuk dan duduk di kursi penumpang tepat ketika Revan mulai melajukan kendaraan.
"Rin?"
Airin mengabaikan seruan kaget dari Revan sementara dirinya sendiri berusaha untuk mengatur napas. "Jalan dulu aja, Van."
Airin beruntung karena cowok itu langsung menjalankan mobil keluar dari area kampus setelah menyuruh Airin memasang sabuk pengaman. Untuk sekarang aman. Benar, kan?
"Lo abis ngapain, sih? Ada kompetisi bikin orang jantungan? Kok gue nggak tau?"
Napas Airin masih tersengal, tetapi sepertinya Revan tak ingin menunggu. Airin tak bisa menyalahkan cowok itu atas rentetan pertanyaan yang menghujam seperti air bah. Ia sendiri yang salah karena sudah mengejutkan Revan sesaat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BK8 - Renjana Airin
Romance"Masya Allah! Emang ya Rin, lo nggak salah pilih suka sama Bayu," bisik Cika yang membuat Airin menyikut lengan Cika. Ini bukan kali pertama Cika memergoki cowok itu sedang memperhatikan Airin. "Gue rasa dia juga suka sama lo deh, Rin. Gue selalu li...