Bab 11

52 9 3
                                    


Written by: crenndi (wattpad) crenniardina (instagram)


Tatapan mata Bayu membara, otot-ototnya mengencang, dan kepalan tangannya siap dilancarkan ke satu orang, yaitu Revan.

Setelah kelas berakhir Bayu berencana mengajak Airin makan siang bersama, tetapi siapa sangka jika dia malah menemukan gadis yang menarik hatinya itu sedang bersama Revan di tempat duduk dekat gedung fakultas mereka.

Masalah apa lagi yang cowok itu perbuat pada Airin?

Belum sempat Bayu berlari dan melayangkan tinjunya pada Revan, seorang cowok yang Bayu kenal sebagai sahabat dekat Airin, sudah menginterupsi mereka dan membawa Airin pergi. Sepertinya cowok itu memang bertugas menjaga Airin dari cowok tengik semacam Revan.

Bayu akan berterima kasih padanya lain kali. Saat ini dia memiliki urusan penting dengan Revan.

"Revan!" panggil Bayu menghampiri cowok tidak tahu malu itu dengan tampang yang dingin dan tampak siap membunuh orang.

Mendapat tatapan tajam dari Bayu, bukannya takut atau waspada, Revan malah terkekeh geli. "Gue tau lo cemburu lihat gue sama Airin. For your information, dia setuju ngobrol sama gue. Jadi lo gak ada hak buat marah sama gue."

"Masalah apa lagi yang lo perbuat sama Airin? Dia gak akan setuju ngobrol sama lo kalau gak terpaksa."

Revan memasang wajah misterius yang membuat Bayu semakin tidak sabar ingin menonjok wajah tampan itu. "Itu rahasia gue sama Airin."

"Lo punya rencana licik apa kali ini? Masalah lo sama gue, jangan libatin Airin!"

Bayu tidak pernah kehilangan kesabaran sebelumnya. Entah masalah apa pun itu yang Revan rencanakan untuknya, Bayu tidak pernah terpancing. Namun, beda lagi kalau urusannya menyangkut gadis yang menarik perhatiannya. Dia tidak akan membiarkan Airin terluka karena masalah pribadinya, apalagi oleh cowok yang nekat melakukan apa pun demi kepuasannya sendiri seperti Revan.

Seperti halnya Bayu, Revan juga memiliki ketertarikan pada Airin yang sulit dijelaskan. Dia memang memiliki masalah pribadi dengan Bayu, tetapi ketertarikannya pada Airin hanya kebetulan saja terjadi. Jangan salahkan dirinya jika ia dan Bayu secara kebetulan bisa menyukai gadis yang sama.

"Tenang aja, Bay, gue cuma mau memulai pertemanan sama Airin. Lagian lo sama Airin cuma teman, gak perlu berlebihan gitu."

Revan lalu pergi sambil mentertawakan Bayu yang tegang setengah mati. Menyadari kebenaran ucapan Revan yang begitu menusuk hatinya.

**

Airin membuka pagar rumahnya sambil menghela napas lelah. Bukan hanya tubuhnya tapi mentalnya juga lelah. Memikirkan tugas-tugas kuliah saja sudah lelah, ditambah lagi dengan kejadian gila atas ulah Revan di kelas.

Untungnya tidak ada gosip yang menyebar tentang dirinya dan Revan. Selain wajahnya yang tampan dan keluarganya yang super tajir, semua orang juga sudah tahu tentang sifat Revan yang unprecdictable itu. Kalau sampai tersebar gosip yang aneh-aneh tentang dirinya dan Revan, mampus sudah kehidupan Airin selama dua tahun kedepan sebagai mahasiswa baik-baik. Belum lagi kalau sampai terdengar oleh sang pujaan hati. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Terlampaui sial!

Walau begitu, Airin masih kepikiran tentang Revan yang menyebut nama Andre. Kalau benar Revan adalah saudara jauh Andre, berarti selama ini yang memberi tahu info tentang dirinya pada Revan ialah Andre.

Airin harus mengonfirmasi hal ini. Dia tidak mau memperbanyak masalah dengan Revan lagi. Tidak jadi masuk rumah, Airin kembali menutup pintu pagar dan pergi mencari Andre.

Sore-sore begini, cowok yang sama pecicilannya seperti Airin itu biasa ditemukan di taman kompleks perumahan mereka. Benar saja, Airin menemukan Andre sedang bermain futsal bersama anak-anak kecil. Bukannya malu karena dia merupakan yang paling tua, cowok itu malah tampak kegirangan setelah berhasil memasukkan bola.

Huh, umur sama tingkah gak ada cocoknya sama sekali, batin Airin.

"Andre, sini lo!" panggil Airin di pinggir lapangan dengan galak layaknya seorang ibu yang menyuruh anaknya pulang.

"Eh, Rin. Lo barusan pulang dari kampus? Tumben masih cantik, biasanya udah kayak topeng monyet." Andre langsung tertawa melihat wajah cemberut Airin sebelum kemudian langsung mendapat pukulan telak di kepalanya. "Aduh! Sakit, Rin. Gue udah bego tambah bego lagi ntar."

"I don't care. Gue cuci sekalian otak lo biar gak ada isinya."

Begitulah Airin jika bertemu teman yang satu sinyal. Kebobrokan mereka tidak bisa ditahan. Tersadar dari kebobrokan mereka, Airin teringat tujuan utamanya mencari Andre.

"Ndre, gue mau tanya serius ke lo."

"Tanyakan apa saja Tuan Putri, tapi jin ini hanya bisa memberi tiga jawaban," canda Andre sambil membungkukkan badan.

Airin mengibaskan tangannya. Tidak terpengaruh dengan kebobrokan Andre. "Lo dulu pernah bilang punya saudara yang satu kampus sama gue. Apa yang lo maksud Revan Adi Prakasa?"

Ekspresi konyol Andre tiba-tiba menghilang mendengar pertanyaan Airin. Lebih tepatnya setelah mendengar nama saudara jauhnya. Sikap Andre berubah kikuk dan bingung. Airin merasa ada sesuatu yang disembunyikan cowok itu darinya.

"Jadi Revan beneran hit on you?"

Pertanyaan Andre membuat Airin cukup syok. Revan memiliki ketertarikan pada dirinya?

Revan bisa dibilang tampan walaupun menurut Airin masih tidak bisa dibandingkan dengan Bayu. Keluarganya juga kaya, banyak mahasiswa yang mengincar dia. Jadi tidak salah kalau Airin berpikir godaan Revan selama ini cuma main-main.

"Jadi yang kasih tahu alamat rumah gue ke Revan itu lo?" tuduh Airin sambil menunjuk Andre.

Cowok itu langsung bersujud di depan Airin, sifat tidak ada malunya kembali muncul. "Gue minta maaf, Rin. Gue pikir dia cuma iseng tanya-tanya soal lo. Lagian dia emang biasanya jemputin cewek-cewek, jadi gue santai aja kasih alamat lo."

"Jadi lo menjual temen lo ke orang sinting?"

Kini Andre mengangkat sebelah tangannya bersumpah. "Demi sekapur sirih nenek gue, gue gak ada maksud begitu, Rin."

Mau bersumpah demi apapun, roti sudah terbakar. Airin juga tidak butuh sekapur sirih milik nenek Andre, buat apa coba?

Hanya saja yang menjadi masalah saat ini, Revan meminta berteman dengannya. Airin tidak tahu apa-apa soal cowok itu. Niatnya sungguhan ingin berteman atau ada maksud lain, Airin tidak bisa menebaknya. Memang siapa yang bisa menebak jalan pikiran orang sinting?

"Kalau gitu, bisa lo ceritain soal Revan?"

Andre menatap Airin dengan penasaran sekaligus takjub. Karena setahu Andre, satu-satunya keturunan Adam yang dipedulikan Airin hanyalah Bayu Dirgaputra.

"Revan terus-terusan bikin masalah sama gue, sekarang dia minta berteman sama gue. Gue gak mau salah ambil tindakan yang nanti malah mengacaukan hidup gue," tambah Airin, tidak tahan dengan tatapan Andre.

Cowok yang kelihatannya bego tapi sebenarnya jenius itu menganggukkan kepalanya paham. "Gue gak bisa cerita banyak sama lo karena gak mau melewati batas privasi, tapi gue bisa kasih sedikit info yang mungkin bisa mencerahkan jalan hidup lo."

BK8 - Renjana AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang