from the other side; 2

81 15 19
                                    

notes : aku nulis ini sambil dengerin Home – Bruno Major. kayaknya bakalan lebih kerasa kalau bacanya juga sambil dengerin itu.

────

dari sudut pandang yang lain.

Kejadian Caitlin nyium pelipis gue di mobil waktu itu sukses bikin gue uring-uringan nggak jelas. Kalau sebelumnya gue selalu berdoa biar gue bisa berhenti nyakitiin Caitlin, putus baik-baik tanpa konflik dan tetep temenan, sekarang rasanya gue pingin banget narik doa gue.

"Bang Bayu pokoknya lo harus sama Kak Alin terus, ya? Gue aja sayang banget, lo pasti lebih sayang," seru Hannah waktu gue telfon dia.

"Alah, lo palingan seneng gara-gara dia suka traktir lo kan?" tanya gue, ketawa.

"Fitnah!"

"Iye dah. Emang minta disayang banget kan orangnya?"

"BANGET! Kalau gue cowok nih ya Bang, fix gue tikung lo,"

"Yee orang dia sukanya sama gue?"

"Yah... bener juga,"

Gue nyengir. "Hehe,"

"Bucin lo,"

"Hak asasi,"

ting!
ting!
ting!

Gue menjauhkan ponsel gue dari telinga dan mengecek siapa yang nge-chat gue dini hari begini. Seketika cengiran gue makin lebar.

caitlin
jd aku mo cerita
boleh ya? ya? ya? ya?
tapi kalo km sibuk...
ya gapapa sih bodoamat aku tetep cerita

Gue ketawa baca chat dari Caitlin yang bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.

"Dih, dari Kak Alin pasti,"

"Tau aje lu,"

"Telfon gih. Gue matiin deh ini,"

tut.

Hehe. Ngerti aje dia. Gue tanpa babibu nekan ikon panggil yang ada di sebelah nama Caitlin.

"Kaget... baru juga ngetik,"

"Mau cerita apa?" tanya gue. Duh... gue kok gak bisa romantis sih?

"Jadi... aku punya dua temen deket. Lagi berantem dan aku di tengah-tengah. Aku inisiatif ngajak mereka rembug gitu... Tapi, yah, pasti jauh-jauhan dan aku jadi tukang posnya. Besok jemput aku ya? ya? ya? Praacara udah selesai semua kan? Atau masih sibuk?"

"Oh... kukira mau minta saran. Nggak sibuk kok," tanggapku. "Di mana emangnya? Shareloc aja kali ya besok?"

"Itu mereka anak kampus kok dua-duanya. Beda fakultas aja. Itu... di kafe yang deket Hukum itu,"

Tongkrongan Ical and his friends pasti. Yah, mayan. Kalau ada Ical ngobrol bentar bolehlah.

"Okeeee," ujar gue setuju. "Kok belum tidur?"

"Tugas terus..." keluhnya. "Kak Bayu..."

Aduh, damage-nya. "Hm?"

"Temenin aku sikat gigi ya? Daritadi aku merinding..."

Gue ketawa. Ada-ada aja.

"Iya, mau video call?"

"Nggak usah gak pa-pa,"

"Yakin?"

"Mau sih tapi nanti kebawa mimpi. Aku bosen liat mukamu terus di mimpi,"

retreatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang